Sukacita Hidup Ini

Penistaan



Penistaan

0Sang Putra Mahkota memiringkan kepalanya dan berhasil menghindari tamparan itu. Dia lalu meraih pergelangan tangan ibunya yang dingin dan menatapnya dengan tenang.     
0

Sang Permaisuri tidak mengira sang Putra Mahkota yang biasanya lemah lembut itu memiliki tatapan yang tajam. Dia merasa takut dan menarik tangannya, lalu berkata dengan perlahan, "Apakah kamu percaya bahwa ibumu ini yang salah?"     

Sang Putra Mahkota mengerutkan keningnya sambil menjawab. "Aku tidak akan berani."     

Sang Permaisuri tiba-tiba mengeraskan suaranya, "Apakah kamu tidak tahu bahwa Fan Xian telah bertemu dengan sang Pangeran Kedua di atas kapalnya?"     

Sang Putra Mahkota tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap mata sang Permaisuri. Dia berkata dengan tenang, "Ibu, apakah kamu mengizinkanku untuk menangani masalah ini? Sebagai seorang penyair yang terkemuka, bukanlah hal yang aneh jika Fan Xian bertemu dengan Pangeran Kedua."     

Sang Permaisuri benar-benar murka sekaligus frustrasi, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa.     

Sang Putra Mahkota memandangnya dan melanjutkan, "Aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri; tidak bisakah kamu tidak terlalu sensitif ? Kamu hanya akan mengusir calon sekutuku untuk bergabung dengan saudara-saudara ku lainnya."     

Sang Permaisuri menggertakan giginya. "Sebagai ibu dari negara ini, apa salahnya menghukum seseorang? Apakah dia berani menyimpan dendam?"     

Sang Putra Mahkota berkata dengan nada mengejek, "Ibu, kamu seharusnya tidak membiarkan Menteri Han melakukan itu tempo hari. Kamu tidak mungkin bisa membuat Fan Xian dipukuli sampai mati. Buat apa memperburuk hubungan dengan Perdana Menteri dan seluruh klan Fan? Aku yakin Menteri Han akan kehilangan jabatannya dalam beberapa hari. Lagi pula, dari awal tidak banyak orang maupun pejabat yang berani terlibat dengan Istana Timur dan ibu harus melakukan semua hal itu sehingga merugikan kita. Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu pikirkan ibu. "     

Sang Permaisuri mengerutkan keningnya. "Han Zhiwei adalah menteri yang baik. Dan pada hari itu, dia telah bertindak di bawah perintah istana. Apa yang bisa dilakukan oleh Perdana Menteri dan Fan Jian? Dengan adanya perlindungan dari Istana Timur, Yang Mulia tentu akan menyelamatkannya."     

"Jangan lupa; Fan Xian adalah Komisaris Dewan Pengawas, dan Ayah selalu menyukainya," kata sang Putra Mahkota. Dia mengerutkan kening dan menghela nafas. "Kali ini, Han Zhiwei telah membuat marah banyak orang. Ibu harusnya tahu bahwa penyelidikan skandal ujian adalah ide Ayah. Tidak mungkin kita dapat melindungi Menteri Han."     

Sang Permaisuri mengejek, "Dan jangan kau lupakan bahwa Fan Xian telah bermusuhan dengan banyak pejabat di ibukota; bahkan Sensor Kerajaan. Meskipun bibimu sekarang berada jauh di Xinyang, para pengikutnya di istana tidak akan tinggal diam."     

"Jangan bawa-bawa nama bibi dalam masahal ini." sang Putra Mahkota tampaknya tidak menyukai sang Putri Sulung. "Dia telah bertindak tidak wajar selama dua tahun terakhir, berani-beraninya dia berkonspirasi dengan Qi Utara. Dimana martabatnya sebagai warga Qing? Mengenai Guo-siapalah itu dari Sensor Kerajaan, dia hanyalah kutu buku; boneka si Putri Sulung ... Bahkan jika dia dibunuh oleh Dewan Pengawas, Bibi tidak akan peduli pada nasibnya. "     

Terlepas dari kenyataan bahwa hubungan sang Putri Sulung dengan Istana Timur semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir, setelah Fan Xian menyebarkan kertas propaganda di ibukota, sang Putra Mahkota mulai mewaspadai bibinya itu kembali. Tentu saja, bukan hanya itu alasannya.     

Sang Permaisuri dengan tidak rela mengatakan, "Tidak ada pihak yang dapat kita andalkan selain sang Putri Sulung."     

"Kita dapat mengandalkan Ayah," jawab sang Putra Mahkota dengan tenang. Putra Mahkota yang biasanya lemah lembut, akhirnya menunjukkan penilaian politik dan naluri seorang Putra Mahkota.     

Sang Permaisuri perlahan memejamkan matanya, "Bagaimanapun juga, aku tidak suka dengan Fan Xian. Dia harus mati, entah bagaimana caranya."     

Putra Mahkota memukul meja dengan marah. "Mati? Apakah kamu lupa bahwa dia adalah suami Chen'er? Tolong jangan dengarkan semua yang dikatakan oleh Putri Sulung padamu. Wanita itu sudah gila; seorang psikopat! Apakah kamu tahu itu? Apa ibu juga ingin menjadi psikopat dan diusir dari istana juga? "     

Ucapannya ini membuat sang Permaisuri marah. Tubuhnya mulai bergetar tak terkendali. Sambil menunjuk hidung Putra Mahkota, dia berkata dengan suara yang bergetar, "Anak seperti kamu tahu apa? Kamu tahu apa? Kamu tahu apa? Kamu ... tahu apa?" Mungkin apa yang dikatakan sang Putra Mahkota itu benar-benar telah menyinggung sang Permaisuri. Dia mengulangi pertanyaan yang sama empat kali.     

Para kasim dan gadis-gadis istana sudah meninggalkan 'pertengkaran' ini sejak lama. Hanya tersisa seorang ibu dan anak di dalam Istana Timur. Setelah terdiam cukup lama, sang Permaisuri berdiri. Karena merasa lelah, langkah kakinya sempoyongan. Melihat hal itu, Putra Mahkota segera berdiri dan menopang tubuh ibunya. Karena tidak ada pilihan lain, dia akhirnya memohon maaf padanya.     

Hati Permaisuri benar-benar sedih ketika melihat Putranya. Matanya yang anggun kini telah dikelilingi oleh keriput. "Sepanjang sejarah, semua Putra Mahkota selalu memiliki posisi paling sulit. Kamu harus mewaspadai terhadap orang-orang yang berada di depan dan di belakangmu. Tidak ada orang lain yang dapat diandalkan dari pihak keluargaku. Kerusuhan dua belas tahun yang lalu — aku tidak yakin kamu ingat, tetapi aku mengingatnya dengan jelas. Jika kamu tidak memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milikmu, orang lain akan mengambilnya. "     

Sang Putra Mahkota melembutkan nadanya. "Aku mengerti. Ibu, tolong beristirahatlah."     

Sang Permaisuri menggelengkan kepalanya. "Kamu tidak mengerti. Kamu tidak ... Akhir-akhir ini aku punya perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi ... Sama seperti bertahun-tahun yang lalu, ketika wanita itu memasuki ibu kota."     

"Wanita yang mana?" tanya Putra Mahkota penasaran.     

Pada saat itu, seseorang masuk melalui pintu berat Istana Timur.     

"Siapa?!" Putra Mahkota bertanya dengan marah.     

Seorang kasim tua, dengan punggungnya yang bungkuk berjalan masuk. Dia berkata dengan hormat, "Hong Sixiang, siap melayani yang mulia. Saya datang atas perintah dari sang Permaisuri Janda untuk mengundang sang Permaisuri menuju Aula Hanguang."     

Sekilas sang Permaisuri terlihat ketakutan sebelum akhirnya tersenyum cerah. Dengan ditemani oleh beberapa gadis pelayan istana, dia berjalan mengikuti kasim yang bungkuk itu ke istana tempat mertuanya tinggal.     

Putra Mahkota mengerutkan keningnya. Dia tidak menyukai sikap angkuh anjing tua itu, walaupun dia tahu bahwa kasim itu adalah pelayan terdekat neneknya. Bahkan ibunya sendiri tidak dapat menolak perkataan Kasim Hong, jadi buat apa dirinya melakukan sesuatu yang tidak perlu?     

Saat cahaya lilin mulai redup, Putra Mahkota Li Chengqian mengingat kembali dengan kekacauan yang terjadi di Kementerian Kehakiman. Dia benar-benar frustasi, dia tidak tahu mengapa ibunya begitu patuh pada sang Putri Sulung. Begitu dia memikirkan bibinya yang masih muda dan mempesona, Putra Mahkota tiba-tiba merasakan gelombang panas menyapu hatinya. Meskipun dia tampak sedikit takut, tatapan matanya tersirat tanda-tanda nafsu.     

Dia menuju ke Aula belakang. Beberapa saat kemudian, suara erangan misterius terdengar. Ketika napasnya terengah-engah, dia bertanya-tanya mengapa semua wanita cantik penuh dengan tipu muslihat seperti itu daripada patuh di tempat tidur.     

Saat itu musim semi. Bunga-bunga bermekaran dan burung-burung bercicit melengkapi hari yang indah ini. Kelompok Yang Wanli — sekarang telah menjadi pejabat yang baru ditunjuk — mengunjungi kediaman Fan, mereka berempat berharap mendapat restu dan berkat dari keberadaan Tuan Fan. Namun sayangnya, Tuan Fan tidak ada di rumahnya hari ini. Yang lebih membuat mereka frustrasi lagi adalah bahwa Tuan Fan sedang menjalankan tugas dari negara, dia akan berangkat ke Qi Utara besok.     

Para sarjana tingkat kedua tidak harus berada di Akademi Kekaisaran. Menurut tradisi, mereka bisa ditunjuk di mana saja. Dengan Badan Aparatur Negara akan segera mengirim utusan ke Qing, tidak heran bahwa ketiga orang ini - selain Shi Chanli - datang untuk meminta tugas dari Fan Xian. Bagaimanapun juga, mereka bisa melewati ujian hingga sampai ke titik ini sepenuhnya berkat kekuatan Fan Xian. Oleh sebab itu, mereka yakin bahwa Fan Xian ingin mereka melakukan sesuatu.     

Fan Xian tidak bisa bertemu dengan mereka. Dia meninggalkan mereka dua surat. Satu untuk tiga pejabat yang baru diangkat, yang harus segera meninggalkan ibukota. Satu untuk Shi Chanli yang akan pulang ke kampung halamannya untuk mempersiapkan ujian musim semi berikutnya.     

Mereka berempatnya duduk di ruang kerja Fan Xian. Tanpa pikir panjang, mereka segera membuka surat-surat itu.     

Surat untuk tiga pejabat baru hanya berisikan dua kalimat:     

"Lakukan yang terbaik sebagai individu. Lakukan yang terbaik sebagai pejabat."     

Ada satu kalimat lagi yang ditujukan khusus untuk Hou Jichang. Fan Xian menulis, "Jichang, jangan menjadi orang yang lemah."     

Kalimat itu adalah lelucon yang hanya dipahami oleh Fan Xian, sehingga ketiga pejabat baru itu lebih fokus ke dua kalimat sebelumnya. Meskipun dua kalimat itu terlihat sederhana, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah benar. Untuk dapat menjadi seorang pejabat, pertama-tama mereka harus belajar untuk menjadi individu yang baik.     

Dua kalimat itu memiliki arti lain. Tidak jelas siapa di antara mereka yang menyadarinya— "melakukan yang terbaik sebagai seorang individu" tidak selalu berarti menjadi orang baik, dan "melakukan yang terbaik sebagai pejabat" tidak selalu berarti menjadi pejabat yang baik.     

Setelah membaca suratnya, Yang Wanli dengan rasa penasaran melihat Shi Chanli. Sejauh ini, hanya Shi Chanli seorang yang tetap terdiam.     

Shi Chanli membuka suratnya dengan gelisah. Setelah melihat apa yang ditulis Fan Xian untuknya, dia hampir tertawa terbahak-bahak.     

"Aku tahu segalanya tidak berjalan dengan baik. Hidup lebih ditentukan oleh takdir daripada orang lain. Jangan khawatir jika tidak ada teman untuk berbagi payung. Nikmatilah waktu luangmu."     

Kalimat terakhir dari surat itu mengisyaratkan bahwa Shi Chanli harus menunggu kembalinya Fan Xian, karena nama 'Fan Xian' adalah homofon dari kata 'waktu luang' .     

Saat ini, Fan Xian sedang berada di vila pribadinya. Sambil sedikit bermuka masam, tangannya menjulur ke arah sabuknya dan meraba pil dari Fei Jie yang sudah lama diberikan kepadanya. Gurunya pernah berkata bahwa jika zhenqinya bermasalah, pil-pil itu akan menyelamatkannya. Setelah datang ke ibukota, zhenqinya belum pernah bermasalah, sehingga Fan Xian hampir lupa dengan keberadaan pil tersebut sampai sekarang. Sudah bertahun-tahun berlalu, dia tidak tahu apakah pil itu masih bekerja atau tidak.     

Wang Qinian yang duduk di seberangnya dan berkata dengan hormat, "Kami telah menemukan orang itu." Sambil mengangkat kepalanya, dia melanjutkan, "Orang itu sangat mirip. Dengan riasan yang tepat, seharusnya dari jarak jauh, dia akan terlihat sama. Tapi bagaimanapun juga tidak ada kata sempurna."     

"Bagaimana mungkin?" Fan Xian bertanya. "Bukankah kamu bilang orang itu memiliki kemiripan? Ini sudah sebulan. Warna kulit miliknya kurang lebih cocok."     

Wang Qinian menjawab, "Tuan, untuk menemukan seseorang yang begitu mencolok dan menarik seperti anda itu sudah cukup sulit. Meskipun penampilan luarnya identik, dia masih harus mampu memerankan sikap terpelajar anda. Dan itu sangatlah sulit. "     

Fan Xian terkejut. Dia mengejek Wang Qinian, "Kamu ini benar-benar pelawak. Keahlianmu dalam menjilat seseorang semakin hebat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.