Sukacita Hidup Ini

Memasuki Aula



Memasuki Aula

0Di kereta kuda terdepan, Ye Ling'er dan Fan Ruoruo sedang berbicara. "Maaf telah merepotkanmu," kata Ye Ling'er, raut wajahnya tiba-tiba terlihat skeptis, "tapi apakah dokter itu benar-benar murid Tuan Fei? Dia terlihat agak muda."     
0

Fan Ruoruo tertawa. "Aku tahu, orang pasti akan beranggapan bahwa seorang dokter seharusnya terlihat lebih tua. Tapi hari ini pun dia hanya memeriksa. Bagaimanapun juga, para dokter kerajaan mengakui kemampuan Tuan Fei dalam bidang pengobatan. Keluarga kami memiliki hubungan yang baik dengan Tuan Fei. Jadi tidak ada salahnya mengizinkan muridnya untuk memeriksa kondisi Nona Lin. "     

Ye Ling'er pun sependapat. Tidak ada dokter dapat mengobati tuberkulosis yang diderita Nona Lin. Pihak istana sebenarnya telah menghubungi Fei Jie. Namun, ternyata Fei Jie sedang berada di perbatasan dan tidak akan kembali ke ibukota dalam waktu yang cukup lama. Mereka cukup beruntung dapat menemukan salah satu murid Fei Jie. Ia berpikir sejenak, sampai akhirnya ia pun tidak tahan untuk bertanya. "Ruoruo," tanya gadis itu, "aku mendengar bahwa kemarin kakakmu dituduh melakukan tindak kejahatan?"     

Fan Ruoruo bertanya-tanya mengapa Ling'er tiba-tiba bertanya sekarang. Dia pun tertawa. "Apalagi yang membuatmu keberatan atas kakakku?"     

Ye Ling'er mendengus. "Aku berterima kasih padamu, tetapi aku tetap tidak suka dengan kakakmu. Dia kasar, namun dia lemah dan mudah terpengaruh orang. Dia akan melakukan apa pun yang disuruh orang, dia tidak punya kemauan sendiri. "     

Diam-diam, Fan Ruoruo merasa pernyataan Ye Ling'er itu lucu. Jika menuruti apa yang diinginkan kakaknya, pernikahan ini bisa saja dibatalkan, namun entah siapa yang akan marah jika itu terjadi. Tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, dia justru tersenyum. "Orang-orang seperti kita sadar bahwa ada banyak hal yang berada luar kendali kita."     

"Tapi kakakmu yang telah berbuat masalah, bukan? Jelas-jelas dia ingin menikahi Nona Lin, tetapi dia masih ... sering datang ke tempat-tempat yang tidak senonoh. Dia anggap apa Nona Lin?" Ye Ling'er teringat desas-desus yang baru-baru ini didengarnya, dan ia pun naik pitam. "Tidak hanya itu, dia juga memukuli orang di jalan. Perilaku seperti itu ... Ruoruo, tolong jangan marah kepadaku, tapi coba bayangkan ... jika kamu diharuskan menikah dengan orang yang seperti itu, apakah kamu bersedia? "     

Fan Ruoruo menghela napas. Sejak kapan pembahasan mereka jadi soal kebebasan? "Orang cerdas tidak akan percaya dengan desas-desus. Ini semua hanyalah gosip, mengerti? Kakakku adalah orang yang terhormat. Dia tidak sedang menyembunyikan perilaku buruknya."     

Ye Linger tertawa dingin. "Benarkah? Apakah kamu tahu, dia dijuluki apa oleh orang-orang ibukota?"     

"Memangnya dia dijuluki apa oleh orang-orang?" Mata Fan Ruoruo terbuka lebar sembari dia bertanya dengan penasaran. Dia benar-benar ingin tahu pendapat orang-orang ibukota tentang kakaknya yang hebat itu.     

"Mereka memanggilnya ... Si Kasar dari Kediaman Fan!" kata Ye Ling'er yang terengah-engah karena marah. "Itulah kata orang tentang kakakmu."     

Fan Ruoruo menutupi mulutnya yang sedang tersenyum dengan tangannya. "Apakah kamu tahu kalau kakakku punya panggilan lain?"     

"Apa itu?"     

"Permaisuri Janda berkata 'Sepuluh ribu mil dalam musim gugur yang menyedihkan, selalu menjadi tamu, namun dia masih memukuli orang?'" Dia menahan tawanya. "10 ribu mil-dalam-musim gugur-yang menyedihkan-selalu-menjadi-tamu, bukankah itu terlalu panjang untuk sebuah nama panggilan?"     

Ye Ling'er tahu bahwa Ruoruo mencoba memberitahunya sesuatu. Fan Xian bukan hanya seorang petinju handal, dia juga merupakan seorang penyair yang hebat. Ia mendengus tidak setuju, tetapi ia tidak bisa membantah pendapat sang Permaisuri Janda. Sudah jelas bahwa sang Permaisuri Janda menghargai puisi Fan Xian.     

Dua kereta kuda itu memasuki sebuah halaman yang sepi. Jaraknya tidak begitu jauh dari istana. Di luar halaman terdapat banyak penjaga istana. Mereka mengenakan ikat pinggang sederhana, jadi mudah bagi mereka untuk menghunus belati-belati mereka.     

Ye Ling'er pun beranjak keluar dari kereta itu dan berjalan menuju ke istana, tetapi tiba-tiba ia dihadang oleh seorang penjaga. "Apa yang sedang terjadi?" tanya Ye Ling'er.     

"Aku tidak boleh mengizinkanmu untuk masuk, Nona Ye," kata penjaga itu dengan agak malu-malu.     

Ye Ling'er tertawa terbahak-bahak. Dia menarik Fan Ruoruo ke sisinya. "Dia ini adalah putri Count Sinan. Dia terkenal di ibukota." Dia melirik Fan Ruoruo. "Jadi kau berkata bahwa adik perempuan dari 10 ribu mil-dalam-musim gugur-yang menyedihkan-selalu-menjadi-tamu tidak bisa masuk?"     

"Siapa itu '10 ribu mil-dalam-musim gugur-yang menyedihkan-selalu-menjadi-tamu '?" Penjaga itu bukan orang yang terpelajar, dan ia pun memandang kedua gadis itu dengan wajah keheranan.     

Orang yang dijuluki '10 ribu mil-dalam-musim gugur-yang menyedihkan-selalu-menjadi-tamu' sebenarnya berada dibalik Ye Ling'er dan memaksakan diri untuk tetap tersenyum.     

Ye Ling'er terkikik. "Aku telah mengundang seorang dokter untuk memeriksa keadaan Nona Lin hari ini. Apakah kamu akan mengizinkan kami untuk lewat?" ucapnya menjelaskan dengan ramah kepada si penjaga.     

Penjaga itu berpaling untuk melihat sosok dokter di hadapannya. Dokter itu terlihat jelek, dan postur tubuhnya agak bungkuk. Kondisi kesehatan dokter itu saja tampak buruk, dan dia ingin memeriksa Nona Lin?, pikir si penjaga. Tetapi dia tidak mengatakan apa-apa karena ingin menjaga kehormatan Nona Ye. Kebanyakan penjaga memiliki koneksi dengan keluarga Ye, maka penjaga itu memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Nona Ye, jika anda sebelumnya memberi tahu Tuan bahwa anda akan datang, saya tidak akan berani melarang anda dan dokter ini untuk lewat. Tetapi saya tidak bisa membiarkan anda lewat hari ini. Dokter yang anda panggil belum mendapat persetujuan dari istana. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi saat dia merawat Nona Lin?"     

Fan Xian menundukan kepalanya. Dia merasa cemas dan tegang. Dia sudah repot-repot menyamar, namun dia masih belum bisa melihat wajah Nona Lin. Apakah lebih baik menyerah saja? Dia tidak yakin apakah rencananya ini merupakan sebuah kesalahan atau tidak. Terakhir kali, saat dia tidak sengaja masuk ke Kuil Qing dan saling bertukar tinju dengan penjaga kuil, seluruh penjaga istana mendapat teguran keras dari Kasim Hong dan kepala komandan, jadi hari ini penjagaan mereka menjadi lebih ketat.     

"Kamu ini bicara apa? Pria ini adalah murid Tuan Fei Jie dari Dewan Pengawas." Ucap Ye Ling'er sambil memelototi penjaga itu dengan tajam.     

Ketika si penjaga mendengar nama Tuan Fei, dia melihat ke arah Fan Xian dengan terkejut sambil melangkah mundur, namun dia mengerutkan keningnya dan berpikir. "Muridnya Tuan Fei? Aku belum pernah mendengar orang macam itu."     

Ye Ling'er pun merasa ragu. Siapa pun yang menjadi murid Tuan Fei pasti akan terkenal. Namun kenapa dia tidak pernah mendengar tentang dokter yang satu ini? Merasa curiga, dia berbalik dan menatap Fan Xian. Untungnya, Fan Xian sudah mempersiapkan semuanya. Dia menggelengkan kepalanya dengan suram, lalu mengambil sebuah tanda mata dari saku di dadanya.     

Tanda mata itu berasal dari Dewan Pengawas. Tidak ada orang yang dapat memalsukannya - atau lebih tepatnya, tidak ada pengrajin di negeri ini yang berani memalsukannya. Fei Jie memberikan tanda mata itu kepada Fan Xian di Danzhou, dulu saat dia berusia 6 tahun.     

Si penjaga mengambil dan memeriksa benda itu itu. Tanda mata itu membuktikan dengan jelas identitas dokter ini. Penjaga itu sekali lagi memperhatikan wajah pucat dan kulit kekuningan si dokter, dan dia akhirnya percaya bahwa dokter ini adalah murid Tuan Fei, orang yang telah bereksperimen dengan racun selama bertahun-tahun – penampilan Fan Xian yang pucat telah meyakinkan penjaga.     

Setelah menerima kepastian yang cukup meyakinkan, penjaga itu membiarkan mereka lewat. Ketiganya berjalan masuk menuju sebuah halaman yang sepi. Mereka menyusuri jalan setapak yang penuh dengan bunga-bunga di kedua sisinya menuju ke sebuah bangunan kecil.     

Seorang gadis pelayan mengantar mereka masuk dan menyajikan teh untuk mereka. Fan Xian mengamati gerakan pelayan itu dan memperhatikan bahwa setiap gerakannya sempurna. Jelas pelayan ini telah mendapatkan pelatihan yang lama dari istana. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tua yang terlihat agak sombong muncul. "Nona Ye."     

Terlihat jelas bahwa Ye Ling'er tidak menyukai wanita ini. Dia mendengus lalu bertanya. "Di mana Nona Lin?"     

"Nona Lin sedang tidur. Bolehkah saya bertanya mengapa Anda datang hari ini, Nona Ye?" Wanita tua itu terlihat sopan, tetapi didengar dari nada bicaranya, jelas dia ingin mengusir orang-orang ini. Fan Xian bertanya-tanya, hambatan apa lagi yang harus dia hadapi sekarang.     

Ye Ling'er tidak berminat untuk berdebat dengan wanita tua itu hari ini. "Aku membawa seorang dokter untuk memeriksa kondisi Nona Lin," katanya dengan nada mencela. "Pergi dan katakan padanya. Saat dia sudah siap, dokter ini akan masuk dan memeriksanya."     

Wanita tua itu menatap Fan Xian. "Anda tahu tentang kondisi kesehatan Nona Lin," katanya dengan dingin. "Selain tabib istana, siapa yang bisa mengobatinya?"     

Ye Ling'er mengungkapkan identitas Fan Xian, sebagai murid Fei Jie. Anehnya, wanita tua itu tidak menyerah. Dia jauh lebih merepotkan daripada penjaga di luar. Fan Xian tidak tahu seperti apa peraturan yang berlaku di istana, tetapi sepertinya seorang gadis yang belum menikah selalu dikelilingi oleh banyak pelayan wanita. Meskipun wanita tua ini tidak sejahat perawan tua yang dikisahkan dalam sejarah dinasti Qing di kehidupan Fan Xian sebelumnya, dia tetap tidak memperbolehkan mereka bertemu dengan Nona Lin.     

Fan Xian pun mulai merasa kesal. Dia melirik Fan Ruoruo. Fan Ruoruo mengerti apa maksud tatapan itu, dia berdiri dan tersenyum. "Karena bertentangan dengan peraturan istana," katanya kepada Ye Ling'er, "kurasa kita sebaiknya pergi. Lagipula, di sini bukan seperti tempat yang sembarangan."     

Tentu saja, Ye Ling'er pun muntab. Ia berdiri sambil melontarkan kata-kata kasar kepada wanita tua itu. Fan Xian memperhatikan Ye Ling'er sambil mengerutkan keningnya. Dia benar-benar gadis yang pemarah, pikirnya. Siapa yang kelak bisa mengajarkannya untuk mengendalikan emosinya? Pada saat itu, Fan Ruoruo berusaha untuk menengahi dengan meminta wanita tua itu untuk duduk di meja dan memberinya secangkir teh.     

Setelah beberapa saat, ekspresi wanita tua itu berubah, dan dia pun bergegas pergi. Setelah mendengar keributan yang terjadi, salah satu gadis pelayan Nona Lin muncul. Saat dia mendapati bahwa wanita tua itu sudah tidak ada di sana, pelayan itu mengantar ketiga tamu ke atas.     

Meskipun Ye Linger mudah naik pitam, ia tidak bodoh. Ia melirik Fan Xian dengan curiga. Fan Xian sedikit menundukkan kepalanya dan tidak mengkatakan sepatah kata pun sembari berjalan menuju ke atas.     

Fan Xian selalu membawa benda-benda yang orang lain tidak akan duga - obat pencahar, obat tidur, obat perangsang nafsu berahi. Tidak hanya obat-obatan, dia juga membawa pisau belati dan panah tersembunyi; benda-benda ini ditujukan untuk melindungi dirinya sendiri, dan agar dia dapat selalu mengatasi masalah apa pun yang tiba-tiba muncul.     

Ketika mereka memasuki kamar tidur Nona Lin, Fan Xian menundukkan kepalanya. Dia tidak berani bertindak sembarangan. Fan Xian mencium aroma lembut dupa-dupa, dan dia tahu bahwa jenis dupa yang dibakar itu digunakan untuk membantu orang sakit agar cepat pulih. Namun bau dupa-dupa itu begitu tajam hinggai aroma wangi kamar gadis itu tertutupi.     

Ye Ling'er pergi ke balik sebuah tirai dan terlihat sedang mengatakan sesuatu, kemudian tak lama Ruoruo mengikutinya ke balik tirai itu. Fan Xian memasang telinganya baik-baik, dia dapat mendengar adiknya sedang menyapa Gadis muda itu. Gadis muda itu terbatuk-batuk, tampaknya ia kehabisan napas. Dalam benaknya, Fan Xian berusaha menggambarkan adegan yang terjadi di balik tirai. Dia tidak tahu bagaimana dia harus bertindak saat melihat wajah calon istrinya.     

Saat memikirkan ini semua, Fan Xian sadar bahwa dirinya adalah pria yang tidak setia. Cintanya sudah jatuh kepada gadis berbaju putih yang telah ditemuinya di kuil. Saat memasuki kamar tidur Nona Lin dan mencium wangi parfumnya yang unik, dia mulai bertanya-tanya seperti apa wajah merona calon istrinya itu.     

"Silakan masuk, Tuan." Ye Ling'er mempersilahkannya masuk, setelah mendapat persetujuan Nona Lin.     

Fan Xian merapikan bajunya, lalu dia mengangkat tirai dan masuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.