Sukacita Hidup Ini

The Grand Wedding (Bagian 1)



The Grand Wedding (Bagian 1)

0Musim gugur di ibukota berbeda dengan tampat-tempat lainnya. Gadis-gadis muda mengumpulkan dedaunan merah yang ditemukan di pegunungan di sebelah barat ibukota dan menjualnya di jalanan seperti bunga. Rumput putih di sekitar danau besar di sebelah timur ibukota dikumpulkan dan diikat menjadi bundel-bundel — rumput-rumput itu diberikan kepada keluarga kaya untuk menangkal setan. Angin musim gugur yang dingin berembus di sepanjang jalan-jalan ibukota, bertiup melewati hutan, menyapu pipi halus para wanita yang keluar rumah, memecah uap yang muncul dari warung makan, seolah-olah mencoba untuk membuang jauh-jauh peristiwa kelam dan nasib buruk di sepanjang tahun.     
0

Di antara jalan-jalan ibukota, Jalan Tianhe adalah yang jalan yang paling bersih, tenang dan indah. Berbagai gedung pemerintah berjajar di kedua sisi jalan. Hari ini adalah hari pertama di awal bulan, sehingga para pejabat mendapatkan libur sepuluh hari. Namun mereka tidak berani bersantai sepenuhnya. Hari ini adalah hari pernikahan Fan Xian — putra tertua dari keluarga Fan. Terlepas dari pangkat atau jabatan mereka, semua pejabat akan pergi.     

Pernikahan yang luar biasa ini adalah berita utama di ibu kota. Klan Fan sudah cukup terkenal. Karena hubungan Count Sinan dengan keluarga Kerajaan, dalam beberapa tahun terakhir Qing dapat menikmati masa-masa kemakmuran yang panjang, dan fungsionaris yang menjabat saat ini sedang sakit. Dalam beberapa tahun, Fan Xian akan mengambil posisi itu.     

Adapun mempelai pria Fan Xian, dia baru saja menjadi sosok yang lebih terkenal lagi. Setengah tahun yang lalu dia berhasil membunuh petarung berlevel delapan dan sebulan yang lalu dia telah melantunkan puisi-puisi yang menakjubkan dalam keadaan mabuk. Kejadian itu membuatnya menjadi bahan pembicaraan dari rumah ke rumah. Sejak hari itu, Fan Xian menyembunyikan diri di dalam rumahnya, membuat orang bertanya-tanya seperti apa sarjana yang baru diangkat itu.     

Mempelai wanita juga sama terkenalnya. Meskipun dia baru masuk ke keluarga Lin pada awal tahun, dia adalah putri dari Perdana Menteri. Sebagai kepala dari semua pejabat sipil yang memerintah negara, pernikahan putrinya adalah peristiwa besar. Meskipun ada kejadian-kejadian tertentu di dalam istana yang membuat posisi Perdana Menteri kurang stabil, tidak ada bahaya politik dalam pernikahan ini, sehingga para pejabat dengan senang hati hadir.     

Kedua mempelai adalah anak yang tidak sah, tetapi sepertinya semua orang di ibukota telah melupakannya sekarang.     

Adapun pejabat-pejabat tinggi yang tahu latar belakang kedua mempelai ini, mereka diam-diam meningkatkan standar hadiah pernikahan. Mereka hadir lebih awal di kediaman Fan, karena penasaran seperti apa perkembangan yang akan terjadi hari ini.     

...     

Lima nenek pengasuh mendandani Fan Xian seakan-akan dia adalah boneka kayu, membuatnya bersumpah bahwa jika dia harus melalui siksaan ini lagi di masa depan, dia akan menolak semua pernikahan, atau bahkan bersumpah untuk tidak pernah menikah lagi. Alih-alih diikat oleh pernikahan, dia lebih memilih untuk kumpul kebo.     

Biasanya, menurut tradisi Qing, pernikahan diadakan saat senja. Tapi Fan Xian diseret keluar dari tempat tidur bahkan sebelum matahari terbit. Mandi dan sikta gigi adalah hal-hal yang sederhana, tetapi setelah itu, salah satu pengasuh mulai melarutkan gincu pipi dengan air hangat. Fan Xian merasa ketakutan dan dia bertanya kepada pengasuh tersebut apa yang dilakukannya. Baru sekarang dia menyadari bahwa, sebagai pengantin pria, dia harus memakai riasan wajah!     

Jelas, dia dengan tegas menolaknya. Bahkan Fan Jian tidak dapat membujuknya setelah lebih dari setengah jam. Meskipun akhirnya Fan Xian menang, dia telah kehilangan banyak waktu, itulah mengapa lima pengasuh membantunya berpakaian.     

Pakaian yang dia biasa gunakan tidak bisa digunakan hari ini. Di bawah jubah merah ada tiga lapis pakaian. Di bagian luar, jubah dihiasi dengan berbagai macam perhiasan, pita, dan jumbai; warnanya sangat berwarna hingga membuat mata yang melihat akan berair.     

Setelah mengenakan hiasan kepala, Fan Xian mengambil papan giok. Sepatu peraknya membuat lecet kakinya, sementara kerah emasnya menekan lehernya. Seperti anak yang idiot, dia didorong ke ruang depan oleh para pengasuh.     

Baik Fan Ruoruo dan Fan Sizhe juga berpakaian meriah, terutama Ruoruo. Atasan pinknya terlihat kontras dengan wajahnya yang tenang. Kedua adik Fan Xian berusaha menyembunyikan tawa mereka saat mereka melihat kakak laki-laki mereka. Fan Sizhe mengejek, "Dari mana pangsit bunga ini berasal?"     

Fan Xian mengambil dua langkah ke depan dengan marah, namun, semua dekorasi di pakaiannya berbunyi. Dia menertawakan dirinya sendiri, dan berkata, "Pangsit bunga? Aku ini seperti kelintingan angin yang memuntahkan warna."     

Berat bagi Fan Xian untuk berjalan keluar dengan penampilan seperti kelintingan angin. Untungnya, dia akan naik tandu, bukan menunggangi kuda. Kalau tidak, dia pasti akan lari ke Danzhou karena tidak kuat menanggung malu. Akhirnya, pawai pernikahan tiba di kediaman Fan. Lin Wan'er pindah kembali ke kediaman Lin sepuluh hari yang lalu. Pawai pernikahan di luar istana tidak akan pantas untuk dilihat seluruh ibukota.     

Duduk di dalam tandu, suara petasan membuatnya melamun. Ketika Fan Xian mencium bau asap, aroma itu entah bagaimana mengingatkannya pada kenangan masa lalu. Dia menggelengkan kepalanya dan kembali kedirinya yang semula. Dia memaksakan senyum yang kaku dan turun dari tandu.     

Secara tradisi, Fan Xian tidak bisa memasuki kamar pengantin wanita, sedangkan Perdana Menteri tidak bisa masuk ke rumah Fan. Di antara keributan petasan dan instrumen, gerbang kediaman Lin perlahan-lahan dibuka. Orang yang keluar untuk menyambut mereka adalah Yuan Hongdao. Sehelai bunga merah menghiasi topinya, membuatnya terlihat cukup keren.     

"Tuan Muda Fan." Yuan Hongdao menyapanya dengan senyuman.     

Fan Xian tersenyum gelisah, perutnya terasa mual, tapi dia memaksakan dirinya untuk memperlihatkan ekspresi yang ramah. Dia membalas, "Tuan Yuan." Keduanya saling bertemu di rumah Perdana Menteri. Mereka berdua sudah saling mengenal.     

Dari para veteran spesialis di ibukota, sekitar setengah dari mereka telah disambut oleh Fan Xian. Begitu pintu depan dari rumah Lin terbuka, wanita-wanita tua membuka mulut mereka dan mulai lontarkan harapan baik. Banyaknya kata-kata yang dilontarkan membuat Yuan Hongdao tertegun. Tidak lama kemudian kerumunan orang berkumpul di pintu masuk.     

Then, they witnessed a truly strong stopping power.     

Jadi, ke mana sisanya pergi? Tentu, diambil oleh keluraga Lin. Segera ludah mulai beterbangan di udara saat obrolan berlanjut. Meskipun di permukaan terlihat sebagai perayaan, mereka sebenarnya saling menghina. Mereka tidak terdengar seperti sedang merayakan pernikahan antara putri Perdana Menteri dan putra Count Sinan, sebaliknya mereka terdengar seperti sedang bergaul dengan sepasang orang biasa yang kaya dari pedesaan.     

Fan Xian tidak bisa menahan senyuman pahitnya; dia mengerti bahwa ini hanyalah tradisi. Sebelum menikah, pihak pengantin wanita harus memulai pertengkaran. Seharusnya, pertengkaran ini akan menghabiskan semua pertengkaran yang akan dihadapi pengantin baru di masa depan.     

Fan Xian terpaksa berdiri di sana dan mendengarkannya. Seiring waktu berlalu, dia mulai merasa mual. Saat dia menyadari bahwa keramaian mulai mereda, dengan gembira dia membuka matanya dan berteriak, "Selesai?"     

...     

Suasana menjadi hening, seseorang diam-diam berkata kepadanya, "Tuan Muda Fan, ini masih terlalu dini."     

Seseorang dari keluarga Lin menambahkan dengan terkekeh, "Sepertinya pengantin pria mulai tidak sabar. Yah, tidak bisa menyalahkannya, karena Nona kita ..." Dia kemudian mengeluarkan satu ton pujian mengenai Lin Wan'er.     

Seiring berjalannya waktu, Yuan Hongdao menyadari bahwa wajah Fan Xian menjadi pucat. Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Tolong tahan sedikit lagi. Ibukota tidak sama seperti Danzhou. Adat istiadat disini lebih banyak."     

Fan Xian berusaha tersenyum, "Aku bukannya tidak sabar." Di dalam benaknya, dia berkata pada dirinya sendiri, "Aku sudah menunggu tiga puluh tahun, ini bukanlah apa-apa." Setelah beberapa saat, upacara setan ini akhirnya berakhir. Setelah terdengar beberapa sorakan, gerbang ke kediaman Lin dibuka untuk yang kedua kalinya. Putri keluarga Lin berjalan keluar, dipimpin oleh dua pengasuh.     

Mata Fan Xian berbinar. Lin'er mengenakan jubah serba merah dengan lengan jubahnya yang lebar. Bersamaaan dengan terlihatnya kecantikannya adalah suasana pesta yang tiada tara. Namun, kerudung merah menutupi penutup kepala yang dihiasi dan wajahnya yang tak terlupakan.     

Kerumunan berkumpul untuk menyaksikan, memulai keriuhan sebelum Fan Xian bisa melakukan apa pun. Kerumunan orang berteriak agar Fan Xian segera mengangkat kerudung mempelai wanita, agar mereka dapat melihat apakah pengantin wanita itu cantik atau tidak.     

Jika mereka rusuh seperti ini di hari biasa, mereka dapat dipastikan akan menerima pukulan telak dari keluarga Wan'er; mereka bahkan akan dipenjara seumur hidup oleh Dewan Pengawas.     

Tetapi hari ini adalah hari perayaan besar, dan semuanya harus bersukacita. Jadi tidak ada keluarga yang ingin mengganggu suasana ini. Fan Xian masih merasa tidak senang dan menatap kerumunan orang itu. Para pengawal mengerti apa maksud tatapan Fan Xian. Tidak lama kemudian beberapa teriakan terdengar dari kerumunan itu, sepertinya satu orang yang paling gaduh telah ditendang keluar.     

Setelah serangkaian upacara lainnya, Lin Wan'er, yang berpakaian serba merah, naik ke tandu pernikahan.     

Selama proses upacara, Fan Xian tidak bisa berbicara, melakukan kontak mata, atau bahkan menyentuh ujung jari Wan'er sama sekali     

...     

Kembali di kediaman Fan, semua tamu telah hadir ada di sana. Musik disana membuat suasana menjadi sangat hidup.     

Pengantin perempuan dipersilahkan masuk ke kamar terlebih dahulu, sementara pengantin pria menyambut para tamu di aula depan. Ketika dia menyapa para kenalan dan orang asing dengan senyumannya, Fan Xian diam-diam bertanya kepada seseorang di sebelahnya, "Kapan aku bisa bertukar sumpah?"     

"Masih terlalu dini untuk itu, Tuan Muda. Pertama-tama kamu harus duduk bersama, makan bersama dengan peralatan yang sama, dan ..."     

Fan Xian tidak mendengar sisanya. Dengan menahan keinginannya untuk mengutuk, dia menghibur dirinya untuk bersabar. Seperti yang dia katakan sebelumnya, dia sudah menunggu selama tiga puluh tahun, mengapa tidak bisa sabar sekarang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.