Sukacita Hidup Ini

Kembali ke Ibukota



Kembali ke Ibukota

0Angin musim semi membawa sukacita bagi orang-orang dan kuda-kuda. Fan Xian, yang telah beristirahat di Gunung Cang selama musim dingin, memutuskan untuk kembali bersama keluarganya. Secara keseluruhan, rombongan mereka total ada enam kereta, dimana satu kereta sebagai bagasi. Ketika mereka menuruni pegunungan, mereka tidak menemukan adanya orang-orang seperti Guo Baokun, serta tidak ada kejadian yang tidak menyenangkan lainnya. Semua anggota wanita di dalam rombongan tampaknya mabuk oleh angin musim semi.     
0

Fan Xian sangat bersemangat. Baginya, "hibernasi" di Gunung Cang ini merupakan keputusannya yang tepat; kemampuan bela diri dan spiritualnya telah meningkat banyak. Saat menatap jauh ke depan, dia melihat bahwa lereng Gunung Cang sudah berubah menjadi hijau, dan langit terlihat penuh dengan tanda-tanda kehidupan.     

Langit saat ini tampak cerah, tetapi terlihat adanya awan gelap dari kejauhan. Anehnya, di belakang mereka, langit biru dan awan putih masih bisa terlihat, memberikan perasaan kelam pada siapa pun yang menyaksikan ini.     

Dengan bunyi dentuman langkah kuda, kereta-kereta itu menyusuri jalan turun dari gunung. Setelah melewati bagian jalan yang teduh, rombongan itu tiba-tiba dimandikan oleh sinar matahari yang terik. Menembus awan, tampak mengintimidasi.     

Memalingkan matanya dari langit, Fan Xian tersenyum kepada istrinya. "Tinggal di gunung begitu lama, kamu pasti merasa terkungkung."     

Lin Wan'er bertanya, "Terkungkung tentang apa?" Fan Xian tidak menduga respon istrinya. "Meskipun gunungnya bagus, pemandangan disana hanya ada salju dan pepohonan. Kamu pasti bosan melihatnya. Lin Wan'er, apakah kamu merindukan kehidupan yang ramai di ibukota?"     

Lin Wan'er tersenyum tulus. "Di ibukota, aku selalu berada di dalam istana atau di halaman. Selain itu, kau sendiri tahu bahwa aku belum tinggal lama di rumah perdana menteri. Aku tidak pernah punya banyak kesempatan untuk pergi ke luar. Meskipun kehidupan di pegunungan sedikit membosankan, menikmati pemandangan disana lebih nyaman daripada pemandangan tembok-tembok di istana. " Ketika menyadari bahwa suaminya sangat peduli padanya, Wan'er merasakan kehangatan di hatinya. Dia terkikik, "Juga karena ada kamu."     

Sebelum Fan Xian dapat bereaksi, Wan'er tersipu malu dan memalingkan wajahnya.     

Fan Xian tertawa dan berpikir untuk membicarakan hal yang lain. "Setelah ujian musim semi selesai, kurasa istana akan mengirimku sebagai duta ke Qi Utara."     

Kereta menjadi hening. Hanya ada suara tapak kuda dan roda yang terdengar dari luar. Setelah beberapa saat, Lin Wan'er berkata, "Jangan khawatir, aku akan selalu berada di ibukota."     

Fan Xian berpikir sejenak dan berkata, "Aku rasa aku akan membawa Wang Qinian. Jika ada masalah, temui ayah. Jika Fei Jie masih ada di ibukota, kau juga dapat meminta bantuannya. Aku juga sudah menyampaikan semuanya kepada Teng Zijing."Dia tersenyum. "Semua akan baik-baik saja."     

Begitu mereka kembali ke ibu kota, mereka mendapati sisa-sisa lentera dan sisa-sisa kertas dari petasan di sepanjang kota. Di jalanan, tampak orang-orang berjalan dengan pakaian baru, mereka masih mabuk oleh suasana pesta. Fan Xian menyesal karena pergi ke gunung dan melewatkan festival yang meriah.     

Sesampainya di kediaman Fan, rumah menjadi riuh saat mereka membongkar barang muatan. Pasangan itu memberi hormat kepada orang tua mereka dan bertemu dengan kerabat lainnya. Fan Xian menemukan bahwa klan Fan persis seperti yang orang-orang katakan. Meskipun tidak ada kerabatnya yang menduduki posisi tinggi di istana, mereka semua tampaknya memiliki posisi di berbagai gedung pemerintahan dan mempunyai kehidupan yang nyaman.     

Beberapa hari kemudian, Fan Xian mengantar Wan'er kembali ke kediaman Perdana Menteri untuk menyapa ayah mertuanya dan mengucapkan selamat tinggal pada Dabao. Kemudian dia pergi mengunjungi Raja Jing. Tidak ada waktu baginya untuk beristirahat, dia ditraktir dua kali oleh wakil menteri dari Xin Qiwu Kuil Honglu dan wakil menteri Ren Shao'an dari Kuil Taichang; karena mereka pejabat yang telah melalui banyak hal dengan dia, Fan Xian tidak bisa menolak ajakan mereka.     

Saat itu adalah bulan kedua dalam tahun imlek. Calon-calon siswa sudah memasuki ibukota. Mereka yang punya uang tinggal di penginapan. Beberapa tinggal bersama kerabat. Mereka yang tidak punya uang tinggal di toko-toko buku di pinggiran ibukota. Namun pada akhirnya asrama Universitas Kerajaan dibuka untuk mengakomodasi para siswa yang tidak memiliki tempat tinggal.     

Ujian diadakan oleh Dewan Ritus, dan para siswa harus mengikutinya pada salah satu dari tiga hari di bulan kedua: hari kesembilan, kedua belas, atau kelima belas. Fan Xian sampai di ibukota ketika Ujian sudah dekat. Tapi untungnya, posisinya tidak terlalu penting; gelarnya itu hanyalah buatan Yang Mulia. Akademi Kerajaan tidak pernah memiliki niat untuk memberinya tugas apapun, jadi dia sebenarnya tidak perlu pergi ke Universitas; kehidupannya santai.     

Terkadang beberapa siswa akan datang ke ruangannya dan menatapnya dengan tatapan mata yang serakah, menyerupai tatapan dari sekawanan serigala yang lapar.     

Fan Xian membuka kipas di tangannya dan mulai menghembuskan udara musim semi yang masih sejuk. Para siswa menyadari maksud dari gerakkannya dan mundur menjauh. Fan Xian tersenyum pada mereka. "Perhatian, aku ini masih muda, aku tidak akan menerima tugas yang penting seperti mengajar. Jika kalian terus membawa-bawa hal ini, kalian hanya akan mempermalukanku."     

Para siswa memperhatikan cara bicara Fan Xian yang unik. Bagi seseorang yang menjabat peringkat kelima pada usia tujuh belas tahun, Fan Xian bukanlah tipe yang memandang rendah orang-orang di bawahnya. Hal itu menghilangkan kesenjangan guru dan siswa. Seseorang bercanda, "Tuan Fan, andalah yang menggunkana style di penginapan Yishi, dan sekarang anda di sini sambil melambaikan kipas."     

Fan Xian tertawa, "Memangnya kenapa? Aku hanya suka bermain-main. Kamu seharusnya tidak menggunakan ucapanku untuk melawanku."     

Semua penguji dan panitia yang berhubungan telah dipilih. Usia dan pangkat Fan Xian saja sudah cukup mengintimidasi, tapi dia masih belum pantas untuk mendapatkan peran seperti itu. Meskipun demikian, ketenarannya sebagai seorang penyair telah menyebar jauh dan luas. Meskipun dia bersumpah untuk tidak pernah menulis puisi lagi, hanya sedikit orang yang menganggap ucapannya serius. Para siswa selalu ingin memancing sesuatu darinya. Jika mereka berhasil mendapatkan sesuatu, itu akan menjadi hadiah yang tak terbayangkan bagi mereka.     

"Antologi Puisi Banxianzhai" sudah menjadi buku yang terlaris nasional, dan itulah sebabnya semua siswa dari luar ibu kota penasaran terhadap pemuda ini. Beberapa dari siswa itu berusia cukup muda, dan mereka berhasil menemukan lokasi kediaman Fan. Tetapi setelah tiba di depan gerbang, dan menatap patung singa-singa batu, mereka bahkan tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk mengetuk ketika sadar dari keluarga macam apa Fan Xian berasal.     

Hanya tinggal beberapa hari masa tinggalnya dia di Universitas Kerajaan, Fan Xian mengikuti Biro Keempat untuk memeriksa berbagai siswa yang datang ke ibukota untuk mengikuti ujian. Dia menemukan banyaknya penderitaan yang dialami siswa-siswa yang miskin. Meskipun Istana memerintahkan semua toko buku dan kuil setempat untuk mengakomodasi mereka, beberapa dari mereka masih sengsara. Bahkan beberapa dari mereka tidak punya cukup uang untuk membeli makanan.     

Saat mengingat kisah dari Wu Zhu di Danzhou, Fan Xian sedikit terguncang. Dia mengambil beberapa perak dari anggaran toko buku dan meminta penjaga toko di Balai Qingyu untuk membuat kehidupan para siswa miskin itu menjadi lebih nyaman. Meskipun tindakan baiknya ini bukanlah tindakkan yang akan menggemparkan dunia, Fan Xian masih menyembunyikan identitasnya sebagai penyumbang. Setelah kembali ke rumah, Fan Xian mengeluhkan tentang situasi ini kepada ayahnya, yang telah dipromosikan menjadi Direktur Menteri Keuangan.     

Fan Jian terkejut bahwa putranya peduli dengan hal-hal seperti itu. Selain merasa bangga, dia semakin yakin dengan keselamatan dan masa depan Fan Xian.     

Pada hari ketujuh di bulan kedua, dua hari sebelum ujian, Fan Xian merasa bosan, dia memutuskan untuk menyelinap keluar dari Universitas Kerajaan. Dia benar-benar tidak tahan dengan para siswa yang tidak rajin namun masih membawakan dia puisi. Beberapa dari murid-murid itu cukup tua untuk menjadi ayahnya, membuat suasana semakin canggung.     

Di luar tembok kota, Fan Xian menyaksikan air jernih yang mengalir di parit dan mulai bersantai. Bahkan, hingga saat ini, tidak banyak orang di ibukota yang tahu seperti apa tampangnya, jadi dia dapat dengan bebas berkeliling kota, terutama di bawah tembok merah istana. Dia memandangi tembok-tembok itu dengan para penjaga yang menakutkan berdiri di atasnya, "Memangnya kenapa? Aku pernah menyelinap masuk sekali."     

Menara di bagian ujung kompleks istana adalah milik pasukan kerajaan; dari sanalah Yan Xiaoyi menembakkan panahnya.     

Fan Xian mengalihkan pandangannya dan menggelengkan kepalanya. Yan Xiaoyi telah dipindahkan ke utara sebagai jenderal. Jika dia pergi ke Qi Utara, dia harus melewati wilayah bertugas Yan Xiaoyi. Bagaimanapun juga, Fan Xian tidak ingin mengekspos dirinya yang merupakan pembunuh pada malam itu.     

Dia tiba di jalan Tianhe, yang letaknya tidak terlalu jauh dari istana. Air yang mengalir di parit jalan masih hangat, sedangkan tulisan emas di depan pintu masuk memancarkan kilauan. Fan Xian pura-pura tidak memperhatikannya dan melewatinya.     

"Tuan Fan, sulit sekali untuk dapat bertemu dengan kamu. Kamu benar-benar telah menjadi selebriti di ibukota."     

Fan Xian berbalik dengan tersenyum malu. Pangeran Jing duduk di atas kudanya, tersenyum pada Fan Xian. Fan Xian memberi hormat padanya. "Suatu kehormatan dapat bertemu denganmu, Pangeran. Aku hanya menginginkan kedamaian dan ketenangan. Benar-benar kebetulan dapat bertemu denganmu."     

"Bukan kebetulan." Li Hongcheng melambaikan tangan, "Aku mengejarmu jauh-jauh dari Universitas Kerajaan."     

Fan Xian sedikit terkejut, tetapi segera kembali tenang, "Memangnya ada apa, Pangeran?"     

Pangeran tersenyum, "Hari ini, seseorang ingin mengajakmu keluar untuk pesta."     

"Siapa?" Fan Xian bertanya terus terang. Sepertinya ada yang salah.     

"Pangeran Kedua." Li Hongcheng menjawab.     

Fan Xian menggelengkan kepalanya karena frustrasi. Pangeran kedua ini, yang belum pernah dia temui sebelumnya, sekarang mulai beraksi. Tidak mungkin Fan Xian bisa menolak undangan yang satu ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.