Sukacita Hidup Ini

Memasuki Kamar tidur



Memasuki Kamar tidur

0Fan Xian melangkah masuk ke dalam kamar tidur "tunangannya" untuk pertama kalinya, meskipun dia masuk dengan menyamar sebagai seorang dokter. Hal pertama yang dilihatnya adalah sebuah ranjang yang dihiasi dengan kerang-kerang berwarna biru dan kaca ungu, dan tiga orang wanita — Ye Ling'er, adik perempuannya, dan kepala gadis pelayan yang sibuk merapikan selimut.     
0

Fan Xian berdeham lalu berjalan maju. Dia duduk di kursi bundar yang disediakan oleh si gadis pelayan sambil membelai jenggot layaknya seorang dokter. Ternyata, jenggot palsunya itu kurang rekat, jadi dia hampir saja menarik jenggotnya hingga lepas. Dia berhenti membelai jenggot, lalu berkata, "Nona, tolong ulurkan tanganmu."     

Nona Lin berbaring di tempat tidur; bayangan wujud tubuhnya terlihat samar-samar di balik tirai yang menutupi tempat tidur.Sesuai arahan dokter itu, ia perlahan mengulurkan dan meletakkan tangan kirinya di atas bantal kecil yang empuk. Bantal ini sepertinya sering digunakan; para dokter kekaisaran pasti sering menengoknya.     

Jantung Fan Xian berdebar kencang ketika dia melihat lengan Nona Lin yang pucat. Dia membayangkan jika Nona Lin menjadi istrinya, dia dapat membelai tangan itu setiap hari. Pemikiran yang sangat seru ... Kembali fokus ke kenyataan, Fan Xian meletakkan jarinya di atas pergelangan tangan Nona Lin. Entah mengapa, keduanya gemetar saat mereka pertama kali bersentuhan.     

Ye Ling'er tidak ingin mengganggu dokter yang sedang memeriksa denyut nadi Nona Lin. Ia tetap diam sambil memperhatikan murid Tuan Fei ini dengan sedikit rasa curiga. Saat ia melihat bahwa dokter ini hanya menggunakan satu jari, sama seperti yang biasa dilakukan Fei Jie yang legendaris itu, Ye Ling'er semakin merasa percaya kepada dokter ini. Ia tidak mungkin bisa mengtahui bahwa sebenarnya Fan Xian telah mempelajari teknik penyembuhan, walaupun baru 1 tahun. Kemampuan Fan Xian tidak mungkin sama dengan kemampuan dokter kerajaan. Satu-satunya kelebihan yang dimilikinya adalah pemahamannya dan pengalamannya dalam penggunaan obat-obatan di kehidupan sebelumnya. Fan Xian memeriksa denyut nadi Nona Lin hanya untuk memperlihatkan citranya sebagai dokter yang hebat di hadapan orang-orang di sekelilingnya.     

Sensasi kelembutan kulit Nona Lin kurang lebih terasa sedikit aneh baginya, dan untuk sesaat dia tidak ingin melepaskan tangan itu. Dia berkata dengan muram, "Denyut nadi Nona ini agak lemah, tetapi ada banyak kekeringan, seperti api yang mencampuri urat-urat nadinya. Ini agak rumit."     

"Jadi, apa yang salah?"     

"Bolehkah saya melihat wajah Nona, agar saya dapat membuat diagnosis dengan lebih baik?"     

"Tidak Boleh!" Kepala pelayan langsung menentang permintaan si dokter tanpa pikir panjang. Walau norma sosial di Qing sebenarnya cukup terbuka, namun gadis yang terbaring di tempat tidur itu tetap putri angkat sang Kaisar. Karena identitasnya yang istimewa, bahkan para dokter kerajaan pun dilarang untuk melihat wajahnya, apalagi dokter yang tidak jelas asal-usulnya ini.     

Fan Xian agak kecewa. Dia bertanya, "Saya mendengar dokter-dokter kerajaan mendiagnosis bahwa ini adalah kelelahan paru-paru?"     

"Betul."Masih kepala pelayan yang menjawabnya. Nona Lin tampaknya sedang lemah, karena dia belum mengatakan sepatah kata pun.     

Fan Xian berpikir sejenak, dia merasa cukup yakin dengan diagnosisnya. "Kelelahan paru-paru" ini tidak lain adalah tuberkulosis: penyakit yang ditemukan di kehidupan sebelumnya. Meskipun dia tidak membawa kotak obat darurat, masih ada banyak cara untuk mengobati penyakit ini. Dia pun melanjutkan pertanyaannya: "Apakah Nona sering merasa lelah? Sering batuk?"     

"Betul."     

"Apakah berat badannya perlahan menurun?"     

"Betul."     

"Sering tiba-tiba demam?"     

"Betul."     

Fan Xian semakin kesal; kepala pelayan ini terus yang menjawab pertanyaannya. Dia melanjutkan bertanya, "Apakah Nona sering berkeringat?"     

"Betul." Kepala pelayan itu masih menjawab dan menyela omongannya.     

Kali ini Fan Xian pura-pura tidak mendengar. Dia menyentuh telapak tangan Nona Lin dan mendapatinya agak lembab. Nona Lin tidak menyangka bahwa seorang dokter dari luar istana bisa begitu berani, sehingga ia menarik tangannya secara mendadak. Tetapi Fan Xian melakukannya dengan cepat dan tiga wanita lainnya tidak menyadari hal itu.     

Fan Xian mengerutkan keningnya. "Tidak ada batuk berdarah?"     

"Dulu awalnya, sempat membaik saat awal musim semi, tetapi beberapa hari terakhir dia mulai batuk berdarah lagi." Takjub dengan ketepatan diagnosis dokter muda itu, kepala pelayan berhenti menganggap remeh si dokter dan mulai menjawabnya dengan sedikit cemas dan putus asa.     

"Jadi begitu," kata Fan Xian setelah diam untuk beberapa saat, "Nona benar-benar menderita kelelahan paru-paru."     

Mendengar dia mengatakan sesuatu yang sudah jelas diketahui, kepala pelayan menggigit bibirnya, dia menahan keinginannya untuk mengusir dokter ini. Ye Ling'er menatap si dokter dengan mata mendelik. Merasa agak malu, Fan Xian menundukkan kepalanya.     

Namun, dia tidak tinggal diam dan segera berjalan ke sebuah meja. Dia mengambil kuas dan mulai menulis resep. Kepala pelayan membacanya dan menyadari bahwa obat itu masih berupa tonik yang sama, yang terbuat dari bunga lili dan bubuk bunga kacapiring, kecuali dengan tambahan dua dosis beautyberry dan satu dosis tambahan skullcap. kepala pelayan itu mengerutkan keningnya dan bertanya, "Skullcap itu dingin sekali, itu dapat menekan api dan memperkuat energi yin, tetapi juga melukai qi yang harmonis. Benarkah tumbuhan itu diperlukan?"     

Pelayan ini sudah lama merawat Nona Lin, dia telah melihat berbagai resep dari dokter yang berbeda-beda selama bertahun-tahun ini. Karena itu, dia telah menjadi cukup hafal dengan obat-obat yang dikonsumsi oleh Nona Lin. Fan Xian menatapnya dengan sedikit terkesan, kemudian menjelaskan, "Jika pasien memiliki fisik yang kuat, seharusnya tidak ada masalah. Pertama-tama kita perlu menyerang penyakitnya dengan sesuatu yang kuat, lalu setelah itu baru kita bisa perlahan-lahan memberikan dosis yang lebih ringan."     

Kepala pelayan memandang Fan Xian dengan geram dan dia berkata, "Nona itu mengidap kelelahan pada paru-paru dan tubuhnya lemah; bagaimana bisa tubuhnya kuat menerima dosis seperti itu?"     

Fan Xian terkekeh; dia tidak marah. Dia berkata, "Karena dia sudah mulai batuk darah, itu berarti penyakit ini telah memasuki tahap lanjut. Oleh karena itu, kita harus memperkuat tubuhnya terlebih dahulu sebelum memberi dia obat."     

"Memberinya obat atau memperkuat tubuhnya; jadinya yang mana?" Ye Ling'er sudah mulai bingung.     

Fan Xian berdeham, "Mulai sekarang, suruh Nona minum semangkuk susu kambing setiap hari. Pastikan susunya segar." Dia pernah mendengar tentang cara pengobatan macam ini di masa lalunya, dan itu benar-benar efektif. Dia kemudian bertanya, "Bagaimana dengan menu makanan Nona?"     

Kepala pelayan masih memikirkan susu kambing. Mendengar pertanyaan Fan Xian, dia menjawab dengan bangga, "Bubur encer dan sedikit sayur setiap hari. Dia tidak mengkonsumsi daging."     

Mendengar hal ini, Fan Xian menjadi marah. Gadis ini sudah sakit. Bagaimana bisa mereka memperlakukannya seperti itu? Melarang seorang gadis yang sedang sakit untuk makan makanan yang bergizi adalah tindakan yang benar-benar tidak manusiawi! Fan Xian baru menyadari bahwa amarahnya tidak masuk akal saat mendapati Ruoruo dan Ye Ling'er sedang menatapnya keheranan. Berdasarkan kondisi kesehatan Nona Lin, tidak akan ada yang beranggapan kalau menu tersebut bermasalah. Fan Xian tertawa, lalu bertanya, "Apa alasannya?"     

Ketiga wanita itu menatapnya seolah-olah dokter ini benar-benar dungu.Orang yang terjangkit kelelahan paru-paru harus menghindari konsumsi daging; semua orang seharusnya sudah tahu itu.     

Bagaimanapun juga, dalam sepengetahuan Fan Xian, tidak ada informasi yang seperti itu, jadi dia bersikeras. "Nona itu harus makan makanan yang bergizi. Tambahkan makanan berminyak dan berisi daging ke dalam menunya. Dan yang terpenting, dia harus rutin minum susu kambing. Intinya, makanan yang dia konsumsi harus beragam. Jika dia belum terbiasa, berikan dia campuran jelai dan ubi kukus. Kemudian campurkan potongan-potongan buah kesemek kering. Setelah sebulan, baru gunakan resepku."     

Saat dia berbicara, semua orang di ruangan itu mengerutkan kening; mereka tidak mempercayai ucapannya.     

Pada saat itu, wanita tua yang awalnya melarang mereka naik muncul kembali. Entah mengapa, dia terlihat kelelahan. Sambil memegang pinggangnya, dia berkata dengan suara yang pelan, "Kenapa kamu masuk ke kamar?" Kepala pelayan tersenyum dan menjelaskan, "Dia adalah dokter yang dibawa kesini oleh Nona Ye. Nona Lin juga telah setuju untuk diperiksa." Wanita tua itu tampak tidak senang, "Para dokter kekaisaran datang setiap dua hari sekali. Apa yang membuat dokter ini begitu istimewa?"     

Pembantu kepala sekolah tertawa, "Istimewa, seperti yang anda katakan. Dia menyuruh kami untuk memberi Nona menu makanan yang beragam."     

Mendengar ini, wanita tua itu menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa mereka tidak melakukan apa yang disuruh dokter itu. Bagaimana jika kondisi Nona Lin memburuk? Setelah mengatakan beberapa hal, wanita tua itu ijin meninggalkan ruangan. Lalu, sebuah gagasan muncul di benak Fan Xian, dia mengatakan kepada kepala pelayan itu, "Resep itu harus digunakan bersamaan dengan menu yang saya sarankan, jika tidak resep itu akan sia-sia."     

Si pelayan tampaknya masih tidak mempercayai omongannya, dan ini membuat Fan Xian marah. Dia berpikir, "Jika aku nanti jadi menikah dengan Nona Muda mu, aku akan membuatmu menyiapkan ranjangnya!" Dia lalu berkata dengan santai, "Aku telah membawa beberapa pil racikan yang sudah aku persiapkan. Suruh dia meminumnya sekarang; jika dia kondisinya membaik, apakah kamu akan percaya padaku?"     

"Pil anda mungkin akan efektif, tetapi dia tetap tidak boleh makan daging." Pelayan ini menolak untuk menyerah.     

Fan Xian menggertakkan giginya; dia tidak tahu harus berbuat apa.     

Ketika dulu Fan Xian batuk berdarah, begitu pula Nona Lin; ketika Fan Xian menggertakkan giginya, Nona Lin pun melakukan hal yang sama. Sambil berbaring dengan lemah di tempat tidur, Nona Lin dapat mendengar suara dokter dari balik tirai yang memisahkan mereka, dan ia mulai merasa panik. Suara dokter itu terdengar tidak asing lagi baginya. Tidak diragukan lagi, suara itu sama persis dengan suara pemuda yang ditemuinya di kuil. Meskipun dia tidak tahu alasan pemuda ini datang ke rumahnya atau bagaimana pemuda ini menjadi murid Tuan Fei, tetapi tetap saja...     

Nona Lin mencengkeram ujung selimutnya dengan erat dan ia menggigit bibir bawahnya. Ia merasa sangat bersemangat. Pipinya pun merona merah yang tidak terlihat begitu sehat. Apa yang harus ia lakukan? Meskipun orang itu berada di sisi lain tirai yang memisahkan mereka, ia tidak tahu bagaimana bisa melihatnya.     

Percakapan di balik tirai tampaknya telah berakhir, dan pemilik suara itu bersiap-siap untuk pergi. Nona Lin akhirnya tidak tahan lagi. Ia bangun dari tidurnya dan dengan sekuat tenaga dia mengeluarkan suara yang hanya sekeras dengungan nyamuk:     

"Tunggu!"     

Mendengar suara itu, tanggapan orang-orang di balik tirai itu berbeda-beda. Pelayan itu berjalan mendekat dan bertanya apakah ada masalah; Ye Ling'er terlihat khawatir; dan Ruoruo berpikir bahwa kakaknya telah menyamar agar dia bisa melihat Nona Lin, tapi dia tidak bisa melihatnya, jadi Ruoruo penasaran seperti apa raut wajah kakaknya. Ia tidak menyangka Fan Xian akan menunjukkan wajah tertegun.     

Fan Xian berhenti dan membatu ditempat saat mendengar suara itu. Dia menatap tempat tidur Nona Lin sambil tercengang, seolah menginginkan tatapannya untuk tembus melihat wajah yang ada di balik tirai tempat tidur itu. Saat di kuil, dia telah mendengar suara gadis berbaju putih itu, suara dari satu-satunya kalimat yang diucapkan gadis itu: "Siapa ... kamu?"     

Dua kata itu membekas di dalam benak Fan Xian. Dia tidak akan pernah melupakan dua kata itu.     

Fan Xian langsung menyadari siapa sosok dibalik tirai itu, dan perasaan bahagia seketika itu juga membanjiri benaknya, membuat tubuhnya seolah mati rasa beberapa saat. Setelah terkejut sejenak, dia teringat syair lagu milik Huan Lixing: "Gelombang suara terlalu kuat, jika kamu tidak bergerak, kamu akan jatuh ke tanah ..." Dia mulai bergerak sedikit demi sedikit. Dia pun akhirnya sadar dan berusaha menahan keinginannya untuk membuka tirai itu.     

"Nona, apakah ada masalah?" Pelayan itu bertanya dengan suara yang pelan. Ye Ling'er juga berjalan mendekat, "Chenchen, berbaringlah. Mengapa kamu bangun?"     

"Ini ... Dokter ini, ucapannya ... aku rasa ucapannya cukup masuk akal." Gadis di balik tirai itu tampaknya berusaha mencari alasan, "... Jika dia bisa melihat wajahku, mungkin ... mungkin diagnosis dokter itu bisa lebih pasti."     

Meskipun telah mendengar kata-kata majikannya sendiri, si pelayan masih mengindahkan peraturan, jadi dia memandang ke arah Ye Ling'er untuk meminta bantuan. Ye Ling'er sudah mulai mencurigai kemampuan Fan Xian, dia berusaha membujuk Nona Lin. Tetapi usahanya sia-sia, Nona Lin telah bersikeras. Nona Lin tahu ajalnya sudah dekat, dan karena itu dia tidak akan melewatkan secercah harapan — Ye Ling'er menghela nafas dan membuka tirai itu.     

Pada saat itu, wanita tua yang hina itu datang untuk ketiga kalinya. Saat dia melihat apa yang akan terjadi, dia segera mendekati Fan Xian untuk menyeretnya pergi. Fan Xian marah, dalam benaknya, "Betapa merepotkannya kamu ini?" Fan Xian memelototi wanita tua itu dengan tatapan bagaikan dewa guntur yang sedang marah. Wanita tua itu tiba-tiba memegang perutnya dan berlari keluar.     

Fan Ruoruo tahu wanita tua itu berlari keluar bukan karena tatapan kakaknya; namun karena obat pencahar yang sepertinya masih manjur. Ruoruo menutupi mulutnya dengan tangannya agar ia tidak tertawa, sedangkan Fan Xian tersenyum gembira. Ruoruo memperhatikan tirai yang terbuka perlahan, ia menanti saat dimana kakaknya bertemu dengan Nona Lin.     

Setelah tirai diangkat, tampak seorang gadis cantik dengan kulit pucat dan mata yang jernih. Meskipun sedang dilihat oleh beberapa orang, pandangan matanya hanya tertuju ke satu arah.     

Pandangan Fan Xian dipenuhi kegembiraan, tetapi Nona Lin … tatapannya dipenuhi dengan kekecewaan! Fan Xian langsung sadar bahwa dirinya masih menyamar sebagai seorang dokter. Tunangannya hanya pernah melihatnya sekali, tentu saja dia tidak akan mengenalinya.     

Si pelayan membantu Nona Lin untuk duduk. Saat melihat dokter muda yang aneh ini, Nona Lin tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Namun ia mengerutkan kening seakan mengingat sesuatu, seakan ia melihat sesuatu dalam sepasang mata dokter muda yang sedang menatapnya dengan gembira ini.     

Ye Ling'er merasa terganggu dengan tatapan murid Fei Jie itu. "Apa yang kamu lakukan, berdiam diri di sana?"     

Fan Xian melangkah maju sambil tersenyum. Dia dengan teliti memperhatikan wajah cantik yang selalu berada dalam ingatannya selama beberapa hari terakhir. Saat melihat wajah Nona Lin yang pucat, Fan Xian merasa sangat sedih. Dia berkata dengan suara lembut, "Anda harus makan sesuai dengan saran yang tadi saya berikan, mengerti?"     

Saat mendengar suara itu dipadukan dengan wajah yang benar-benar berbeda, Nona Lin menjadi sedikit pusing. Sambil menopang tubuhnya, ia berkata dengan suara yang lemah, "Maaf telah merepotkan anda."     

Saat mereka hendak meninggalkan kamar, Nona Lin dengan hormat mengucapkan terima kasih kepada si dokter dan Nona Fan. Dia tahu bahwa Nona Fan ini adalah calon "ipar perempuannya" di masa depan, jadi ada kecanggungan tidak terhindarkan diantara mereka. Ia kemudian menatap dokter muda itu dan hatinya menjadi gelisah. Suara yang sama, tapi kenapa bukan dia?     

Melihat dokter muda tersebut akan keluar, Nona Lin mulai panik. Tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Mengingat statusnya sebagai putri angkat kaisar, bersikeras untuk bertemu secara langsung dengan seorang dokter saja sudah merupakan tindakan yang berani. Dia tidak mungkin bisa mengejar si dokter dan bertanya, "Apakah betul kamu pergi ke kuil beberapa hari yang lalu? Apakah kamu tidak melihat seorang gadis berpakaian putih? Apakah kamu masih ingat paha ayam?"     

------Sudahlah. Dokter itu bukan dia, hanya suaranya saja yang mirip. Sepertinya aku terlalu banyak tidur dan membayangkan suara pemuda itu beberapa hari terakhir. Aku sepertinya hampir kehilangan akal sehat.     

Pada saat yang kritis ini, Fan Xian tiba-tiba berhenti di ambang pintu. Dia berbalik sambil tersenyum dan berkata, "Anda harus minum susu kambing dan makan daging. Jika anda benar-benar lapar, makanlah beberapa paha ayam."     

Mendengar apa yang barusan dikatakan, mata Nona Lin berbinar. "Tapi perutku terasa tidak enak akhir-akhir ini. Aku sering merasa mual."     

"Tidak apa-apa. Lama-lama Anda akan terbiasa." Setelah mengetahui bahwa calon istrinya itu cerdas, Fan Xian merasa semakin gembira. "Kamu bisa menghirup udara segar saat siang hari, tetapi saat malam tiba kamu harus ingat untuk ... menutup jendelamu."     

Ye Ling'er dan pelayan berpikir sepertinya dokter ini agak tidak waras karena telah mengatakan hal-hal seperti itu.     

Dalam perjalanan kembali ke rumah, Fan Xian berusaha menahan tawa, sementara Fan Ruoruo tertawa terbahak-bahak di sebelahnya. Saat melihat kakaknya menahan tawa, ia berkata, "Sudahlah, tertawa saja. Buat apa ditahan?" Begitu dia mengatakan itu, suara tawa memenuhi seisi kereta itu. Suara tawa mereka begitu keras hingga Teng Zijing yang berada jauh didepan dan orang lain yang bersliweran pun terkejut.     

"Kebetulan sekali." Melihat kakaknya bahagia, Fan Ruoruo pun turut senang. "Siapa yang mengira bahwa Nona Lin adalah gadis yang kamu temui di kuil itu."     

"Memang kebetulan." Fan Xian menggaruk alisnya yang gatal. "Hentikan memanggilnya 'Nona Lin'. Mulai sekarang, dia adalah kakak iparmu; panggil dia 'kakak perempuan'."     

Fan Ruoruo mengejeknya, "Pernikahanmu masih sepuluh bulan lagi. Bukankah terlalu dini untuk memanggilnya seperti itu? Lagipula, kau tahu sang Perdana Menteri dan Putri Sulung tidak begitu menyukaimu. Dan bukannya kamu telah mempertimbangkan untuk menghindari pernikahan ini? "     

Fan Xian tersenyum malu, "Itu dulu. Sekarang aku harus menikahi gadis itu. Lupakan si Perdana Menteri dan Putri Sulung. Aku tidak peduli, bahkan jika Komandan Pertahanan itu sekali pun kembali ke ibukota."     

Tiba-tiba, Fan Ruoruo menjadi penasaran, "Aku juga baru melihat Nona ... KakakLin untuk pertama kalinya tadi." Dia tidak bisa menahan tawanya. "Dia memang cantik, tapi tidak secantik gambaranmu dulu."     

Fan Xian terkejut dan bertanya dengan nada serius, "Menurutmu dia bukan wanita secantik dewi?"     

Fan Ruoruo pun menjawab dengan jujur, "Tidak."     

Fan Xian berpkir sejenak. Setelah beberapa saat dia berkata, "Mungkinkah ini yang mereka sebut ... Xi Shi hanya terlihat cantik bagi orang yang mencintainya?"     

"Aku kurang lebih bisa memahami arti omongan itu, tapi siapa Xi Shi ini?" Fan Ruoruo selalu penasaran dan ingin belajar.     

Saat ini, benak Fan Xian dipenuhi pikiran tentang Nona Lin; dia telah melupakan sikap biasanya sebagai sosok guru dan pembimbing bagi adik perempuannya. Dia menjawab dengan polos, "Xi Shi adalah seorang penjual tahu di Danzhou. Dia sangat cantik dan kulitnya putih."     

"Bohong." Fan Ruoruo merasa agak tidak senang. Ia menyadari sejak kakaknya mengetahui bahwa calon istrinya adalah orang yang selama ini dia cari, dia seperti menjadi orang lain.     

Fan Xian berusaha meyakinkannya, "Aku tidak berbohong kepadamu. Waktu kamu masih kecil, kita menyelinap keluar untuk pergi ke pasar. Saat itu Xi Shi menjual tahu di sana. Kamu terlalu muda untuk mengingatnya."     

Fan Ruoruo setengah percaya padanya.     

Memikirkan kembali peristiwa hari itu, Fan Xian merasa sangat bersyukur. "Ini bukan perjalanan ke dunia lain; ini adalah kisah romansa."     

Nama depan Nona Lin adalah Wan'er, dan nama panggilannya adalah Yi Chen. Dia dibesarkan di istana dan tidak punya banyak teman. Latar belakangnya agak aneh. Meskipun dia tahu ayahnya adalah perdana menteri yang menjabat saat ini, dia tidak pernah sempat untuk bertemu dengannya. Malahan, dia lebih dekat dengan pamannya, terutama sejak empat tahun lalu, saat pamannya mengatur pernikahannya dan ibunya dilarang mengendalikannya. Setelah itu semua, dia menjalani hari-hari dengan santai. Namun dia merasa kesepian, sedangkan Ye Ling'er sering bermain dengan teman-teman lamanya di Dingzhou. Meskipun sekarang mereka semua berada di ibukota, tidak mudah bagi mereka untuk masuk ke istana. Nona Lin tidak pernah mempunyai orang yang dapat diajak mengobrol secara pribadi.     

Pada awal tahun, pamannya mengungkapkan hubungannya dengan ayahnya tanpa alasan yang jelas. Pada saat itu, dia mengira bahwa pamannya ingin mempersulit ayahnya dan memaksanya untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Tapi sepertinya dugaan dia salah. Sebaliknya, setelah 4 tahun pernikahannya kembali dibahas.     

Nama calon suaminya adalah Fan Xian. Bukankah dia adalah putra haram Menteri Fan dari Danzhou? Lin Wan'er tersenyum. Dia juga menjalani kehidupan yang sulit, terpisah dari orang tuanya sejak kecil. Tapi mengapa dirinya harus menikah dengannya? Apakah latar belakang dirinya sehina itu sampai-sampai dia dijodohkan dengan Fan ... Xian?     

Dia tidak tahu seperti apa wajah Fan Xian.     

Lin Wan'er memikirkan dokter itu sepanjang siang hari. Dia menutupi tawanya dengan tangan, dia merasa dokter itu menarik. Menyamar seperti itu untuk dapat menyelinap masuk ke istana kerajaan, yang dijaga ketat. Dia tidak tahu bagaimana pemuda itu berhasil — berpura-pura menjadi murid tuan Fei? Nyalinya tak terbatas — tetapi Lin Wan'er kemudian berpikir; mengapa dia datang bersama dengan Nona Fan. "Apakah pemuda itu memiliki hubungan dengan keluarga Fan? Berarti dia harusnya tahu tentang pernikahanku dengan Tuan Muda Fan ... OMG! Jika dia sudah tahu, mengapa dia masih datang untuk menemuiku? Dan mengapa dia mengatakan semua itu?"     

Dia tersipu malu, wajahnya cantik, seperti awan-awan yang disinari cahaya matahari yang sedang terbenam. Pelayan yang sedang merapikan tempat tidur memperhatikan dia. Pelayan itu terkekeh dan bertanya, "Nona, apakah anda memikirkan sesuatu yang membuat anda bahagia? Anda sering tersenyum tanpa alasan akhir-akhir ini."     

Karena Lin Wan'er merasa sedikit tertekan, dia merespon "Kenapa, aku tidak boleh tersenyum sekarang?" Pelayan itu menjulurkan lidahnya dan berjalan ke jendela untuk menutupnya. Sekarang sudah lewat jam tidur. Lin Wan'er memikirkan kata-kata terakhir yang diucapkan pemuda itu sebelum pergi. Dia berkata dengan suara pelan, "Ambilkan dupa." Pelayan itu keheranan, karena di sana masih ada beberapa dupa yang tersisa, namun akhirnya dia tidak mempertanyakannya dan turun untuk mengambil dupa.     

Lin Wan'er berjalan menuju jendela, sambil mengistirahatkan tangannya di kusen jendela, dia berpikir, "Haruskah aku menutupnya atau tidak?" Saat memikirkan penyakitnya dan fakta bahwa dirinya telah dijodohkan dengan orang asing bernama Fan Xian membuat hatinya terasa sakit. Dia mengumpulkan tenaga pada jari-jari tangannya lalu menutup jendela dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.