Sukacita Hidup Ini

Sekolah Klan



Sekolah Klan

0"Kami rakyat biasa, hari ini merasa bahagia! Benar-benar bahagia!" Fan Xian sedang duduk-duduk di paviliun tamu sambil minum susu kedelai dan mengunyah gorengan. Dia merasa benar-benar lega dan nyaman.     
0

Dia harus mengakui bahwa keberuntungannya sangat baik. Dia telah mati dan dibangkitkan untuk hidup kembali di dunia ini; dia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan yang menyedihkan, ibunya sudah meninggal dan ayahnya tidak dapat ditemukan di mana pun juga — tetapi kemudian dia mengetahui bahwa musuh yang telah membunuh ibunya telah dibasmi. Nafsunya untuk membalas dendam sebenarnya tidak besar. Meskipun dia masih memiliki beberapa masalah dengan ayahnya, dia masih mampu bertahan. Dan sekarang, dia sedang bersiap-siap menyalin beberapa buku untuk menghasilkan uang untuk mempermudah kehidupannnya — tetapi dia tidak menduga ada setumpuk uang yang berkilauan menunggunya.     

Yang paling penting, sudah jelas bahwa jika dia ingin mendapatkan uang dengan cepat, dia harus melakukan sesuatu yang bukan keinginannya. Antara lain, dia harus setuju untuk menikahi seorang gadis yang bahkan belum pernah dia temui sebelumnya. Dan ternyata—gadis itu adalah gadis yang disukainya!     

Ada orang yang beruntung. Ada orang yang sangat beruntung. Tapi Fan Xian tidak bisa percaya betapa beruntungnya dia. Melihat Fan Xian yang sedang bersemangat, Lady Liu tidak berkata apa-apa. Berbeda dengan Fan Sizhe yang tertarik pada kakaknya yang satu ini. Setelah ibunya pergi, Fan Sizhe diam-diam bertanya kepada Fan Xian. "Kenapa kamu begitu bahagia? Tokonya sudah terlihat bagus. Kapan kamu akan pergi untuk melihatnya?"     

"Bukankah seharusnya kamu bertanya kepada penjaga toko?" Fan Xian sedang dalam suasana hati yang bahagia, dengan senyum berseri-seri di wajahnya dia merasa tidak usah sewaspada biasanya. "Aku kan sudah bilang sebelumnya; kamu bisa mengatasinya sendiri. Jika ada masalah baru datanglah kepadaku. Kalau kamu beranggapan bahwa dirimu terlalu muda untuk mengurus semuanya, bawalah beberpa penasihat bersamamu."     

Fan Sizhe menggerutu. "kamu kan bosnya? Buku-buku itu juga milikmu, sebagian besar modal juga dari kamu, kamu harus melihatnya."     

Mendengar Fan Sizhe memanggilnya bos, Fan Xian pun tersenyum. "Baiklah. Aku akan datang ke sana dalam beberapa hari kedepan. Tapi bukankah akhir-akhir ini Ayah pernah memarahimu dan menyuruhmu agar jangan malas belajar?"     

"Itu bukanlah masalah, jika kamu mengajakku pergi pergi. Setelah itu aku akan membawamu berkeliling ibukota."     

"Sudahlah. Jika aku pergi bersamamu, kamu hanya akan mengacau lagi. Aku tidak ingin pergi ke pengadilan setiap hari." Fan Xian menghabiskan susu kedelainya, dia menikmati ampas kedelai yang tersisa. Dia merasa agak tidak puas. "Jika kamu bisa menangani bisnis buku ini dengan baik, saat kamu dewasa, akan ada banyak bisnis yang dapat kamu urus."     

Fan Sizhe tidak mengerti apa yang dimaksud kakaknya dan dia pergi sambil menggaruk kepalanya. Fan Ruoruo duduk di dekat mereka sambil mendengarkan percakapan mereka dengan tenang. Ia lalu tertawa. "Jadi, kamu sudah memutuskan untuk menerima pernikahan ini?"     

"Hormatilah ibumu dan ayahmu." Ucap Fan Xian sembari menghela napas. Tidak ada yang lucu tentang omongan itu. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Tentu aku ingin menikah. Tetapi yang menjadi masalah justru hal-hal yang terjadi setelah pernikahan berlangsung. Pernikahan itu akan menyinggung banyak pihak tanpa ada dampak positifnya, dan aku belum sepenuhnya memahami masalah ini — aku sudah memikirkan hal ini, dan tampaknya tidak sepadan saja. "     

Fan Ruoruo tahu bahwa kakaknya sedang berbicara tentang usaha dan bisnis yang sekarang dimiliki keluarga kerajaan. Ia mengkhawatirkan kakaknya. Bagaimanapun juga, sang Putri Sulung telah mengelola seluruh bisnis itu selama bertahun-tahun; siapa yang tahu berapa banyak uang yang diperoleh Perdana Menteri dan faksi Putra Mahkota? Jika mereka benar-benar akan menyerahkan bisnis itu kepada Fan Xian, Fan Xian harus mengaudit laporan keuangannya. Siapa yang bisa benar-benar tahu ada berapa banyak orang yang memperhatikan bisnis dan harta kekayaan kerajaan?     

Fan Ruoruo mengerutkan keningnya. "Bagaimana jika laporan keuangan itu tidak kamu audit?"     

"Aku tidak harus mengauditnya, tapi aku harus sepenuhnya membekukan laporan yang lama. Jika tidak, kita yang akan disalahkan atas tindakan kotor mereka. Intinya adalah, jika aku memotong mata pencaharian mereka, pasti beberapa orang akan marah. "     

"Bagaimana jika ... jika kamu hanya menikahi Nona Lin dan mengabaikan bisnis milik kekaisaran ini. Lagipula, bisnis itu adalah hasil negosiasi antara Ayah dan Sang Kaisar. Jika kamu membuat Ayah menyerah, Yang Mulia tidak akan terlalu marah."     

Fan Xian menggelengkan kepalanya. Dia teringat dedikasi ayahnya untuk merebut kembali bisnis yang dahulu dimiliki mendiang ibunya. Meskipun dia tidak tahu dari mana asal dedikasi ini, tidak mudah baginya untuk melepaskan kesempatan ini.     

Fan Xian juga tidak ingin melepaskannya.Apa lagi bisnis itu adalah peninggalan ibunya. Buat apa dia membiarkan keluarga kerajaan mengambil untung dari apa yang seharusnya sudah menjadi haknya? Berdasarkan desas-desus dari istana, setelah Fan Xian menikahi Lin Wan'er, perlu beberapa tahun sebelum dia dapat mengelola bisinis kerajaan secara pribadi. Namun dia ingin membiasakan diri dengan bisnis tersebut. Oleh karena itu, sekarang Fan Xian memulai bisnis toko buku. Di satu sisi dia terampil; di sisi lain dia ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa dia juga mampu mengelola bisnis.     

"Bisakah ... bisakah seseorang menggunakan strategi-strategi yang tidak biasa?" tanya Fan Ruoruo dengan gelisah.     

Fan Xian berpikir untuk beberapa saat. "Meskipun aku belum pernah bertemu dengan sang Putri Sulung ataupun dengan para pemain besar di istana, aku rasa dia adalah orang yang cerdas. Entah seperti apapun sifatnya, dia telah mengelola bisnis itu selama lebih dari sepuluh tahun. Dengan adanya bisnis toko buku ini, jika aku benar-benar terbunuh, tidak peduli apakah pelakunya dia atau bukan, orang-orang akan mengira dia pelakunya. Sang Kaisar mungkin tidak peduli apakah aku hidup atau mati, tetapi Sang Kaisar tidak akan membiarkan siapa pun yang diam-diam membangkan dari titahnya. Sebagai penguasa, kehormatan dan gengsi-nya adalah prioritas utama, dan dengan gugatan dari Guo, aku tidak dapat meninggalkan ibukota. Jika ada yang berusaha melawanku saat aku masih berada di ibukota ... "     

Fan Xian menggelengkan kepalanya. "Itu akan menjadi keputusan yang benar-benar bodoh."     

Fan Ruoruo menatap kakaknya dengan kagum. "Analisismu benar."     

"Jangan menatapku seperti itu." Fan Xian menatapnya. "Semakin kesini kamu semakin mempercayaiku semua kata-kataku. Aku bukan dewa. Aku hanya orang biasa. Masih banyak hal-hal diluar ekspektasi kita."     

Mendengar ini, Fan Ruoruo merasa agak khawatir, namun Fan Xian tetap merasa biasa-biasa saja. Bagaimanapun juga, Wu Zhu selalu bersembunyi di dalam kegelapan, dan jika ada seseorang yang hendak melawannya, itu hanya akan terjadi jika Ye Liuyun, yang saat ini sedang bepergian, kembali ke ibukota.     

Pada siang hari, dengan dikawal sekelompok penjaga yang dipimpin oleh Teng Zijing, Fan Xian bergegas ke sekolah swasta Klan Fan untuk melihat Fan Sizhe. Di dalam kelas, anak-anak Klan Fan bermain dengan gembira dan riuh, tidak memperhatikan guru yang sudah tua. Beberapa anak lelaki yang bandel terlihat mencelupkan kuas mereka dengan tinta dan menyemprotkannya ke depan mereka sambil tertawa. Tidak hanya mereka membuat dinding menjadi kotor, mereka bahkan telah menodai pakaian Guru mereka.     

Guru tua itu berwajah pucat, dan dia sadar — mengingat latar belakang siswa-siswanya — tidak ada gunanya marah dengan bocil-bocil ini, meskipun orang tua mereka sering mengingatkan mereka untuk mendengarkan ajaran Guru yang dihormati itu. Tetapi ketika mereka tiba di sekolah swasta, wajah anak-anak itu berubah. Terlebih lagi, mereka memiliki pelayan keji yang mendukung kelakuan mereka, oleh karena itu mereka mengacau tanpa henti di sekolah dan di jalanan.     

Fan Xian mengintip ke dalam kelas dan melihat dengan cermat. Dia menemukan bahwa Fan Sizhe bersikap lebih baik dibandingkan dengan para siswa lainnya. Dia duduk di meja pojok dan tampak sedang menulis sesuatu. Para pelayan yang ditugaskan untuk menemani adiknya terlihat sedang berjongkok di sebelah adiknya sambil minum teh. Sepertinya adiknya juga tidak mendengarkan ajaran Guru tua itu, tetapi setidaknya Fan Shize tidak mengacau. Mungkin dia telah melebih-lebihkan adik laki-lakinya, jika ada sesuatu yang lebih menarik bagi adiknya ketimbang menulis buku, mungkin Fan Sizhe akan lebih mengacau dibanding siswa-siswa nakal lainnya .     

Fan Xian memanggilnya. "Jadi ini tempatmu belajar?"      

Entah mengapa Fan Sizhe merasa marah. "Iya, memangnya kenapa?" .     

"Kamu seharusnya memimpin kelas." Fan Xian percaya pada kemampuan kepemimpinan yang dimiliki adiknya. Terlebih lagi, dari semua keluarga klan Fan, rumah Count Sinan adalah yang paling megah, jadi seharusnya posisi Fan Sizhe lebih tinggi dibanding anak-anak lainnya.     

Fan Sizhe menggaruk kepalanya. "Mereka mendengarkan omonganku kok."     

"Itu bagus," jawab Fan Xian. "Kamu masuklah, aku akan memberi anak-anak ini pelajaran, akan ku buat mereka mendengarkan guru."     

"Hah?" Fan Sizhe sepertinya tidak mengerti maksud kakaknya.     

"Kamu tidak mendengarkan gurumu?" Fan Xian mengerutkan keningnya, dia mengingat kembali masa-masanya saat berada di Danzhou. Entah itu Guru Xixi atau Fei Jie, dirinya selalu hormat kepada mereka. Suara di kelas semakin ramai dan kacau. Dengan marah, dia menegur adiknya. "Jika kamu berani bertindak seperti mereka, aku akan menamparmu dengan keras."     

Fan Sizhe tidak tahu mengapa Fan Xian yang biasanya lembut tiba-tiba menjadi marah. Dia menatapnya dan melolong. "Kenapa kamu mau menamparku?"     

Para pelayan Fan Sizhe datang berkumpul. Mereka kenal dengan Fan Xian, tetapi saat mereka mendengar bahwa Fan Xian akan menampar Fan Sizhe, mereka berusaha melindungi Fan Sizhe. Mereka melotot ke arah Fan Xian, dan seorang pelayan mulai memarahi Fan Xian dan mengumpat padanya.     

Fan Xian mengerutkan kening.     

Teng Zijing dan pengawal lainnya melangkah maju, dan dengan tanpa ampun mereka memberi para pelayan itu pelajaram. Pelayan yang telah berani memarahi dan mengumpat pada Fan Xian mendapatkan hukuman terburuk. Orang-orang yang mengawal Fan Xian adalah bawahan langsung dari Count Sinan, dan karena itu mereka tidak peduli sedikit pun dengan para pelayan Fan Sizhe , yang pangkatnya jelas dibawah mereka. Para pengawal itu bahkan berani melukai Fan Sizhe sekalipun. Mereka tidak takut untuk memulai perkelahian.     

Begitulah pelajaran yang diberikan oleh para pengawal. Suatu pelajaran yang dipenuhi dengan rasa sakit dan takut; para pelayan itu hanya bisa memandang Fan Xian dan melangkah mundur. Terdapat bekas tamparan di pipi pelayan yang tadi mengumpat Fan Xian, ia hanya bisa mengerang kesakitan.     

Fan Xian menatap wajah adiknya yang nampak ketakutan dan berkata. "Aku tidak pernah bilang bahwa aku akan menamparmu, tetapi jika kamu melakukan sesuatu yang salah, tentu saja, aku akan menamparmu. Alasannya? Sederhana. Kamu tidak bisa mengalahkan aku, dan kamu tidak bisa memarahiku. Dan kamu tidak akan berani memberi tahu Ayah. Jika kamu ingin menantangku dengan mengacau, itu berarti kamu telah mencari masalah. "     

Melihat bahwa kakaknya tidak bermaksud untuk memukulnya, Fan Sizhe menghela napas lega. Jauh di lubuk hatinya, dia adalah putra dari keluarga bangsawan yang tidak peduli dengan orang-orang di bawahnya, dan dia tidak peduli Fan Xian telah memukuli para pelayannya. Meskipun dirinya harus menanggung malu, namun dengan tetap berada di dekat kakaknya dia akan mendapatkan beberapa manfaat. Dia berpikir tentang prilaku seorang pengusaha, lebih baik memikirkan itu ketimbang menyinggung Fan Xian.     

"Sana kembali kedalam kelas dan damaikan suasana. Aku akan menunggumu di luar. Bukankah kamu tadi bilang kalau kamu ingin pergi ke toko?" Setelah mengatakan ini, Fan Xian merapikan lengan bajunya dan berjalan keluar pintu sekolah. Anggota klan Fan lainnya merasa keheranan saat melihat kejadian sebelumnya. Putra haram Count Sinan benar-benar tangguh. Dia berani menggertak putra sah Count Sinan di siang bolong! Orang-orang yang berkerumun disitu hanya bisa menatapnya dengan perasaan takut.     

Fan Xian duduk di bangku luar dan tidak mempedulikan mereka. Beberapa saat kemudian dia mendengar suara tangisan dari dalam sekolah, dan bunyi tamparan yang diikuti oleh suara amukan Fan Sizhe. "Tenangkan dirimu! Jika kamu tidak menghormati guru kita lagi, aku akan menamparmu dengan keras!" Kata-katanya mirip dengan apa yang Fan Xian katakan sebelumnya. Tampaknya tuan muda Fan Sizhe telah melampiaskan kemarahan kakaknya kepada teman-teman satu klannya.     

Kali ini dia tentu saja mengganggu mereka. Para pelayan Klan Fan lainnya yang menunggu di luar sekolah mendengar tangisan tuan-tuan mereka dari dalam sekolah. Mereka menatap Fan Xian dengan marah dan bergegas masuk. Fan Xian khawatir jika Fan Sizhe akan terluka, jadi dia memberi isyarat kepada Teng Zijing dengan matanya. Teng Zijing bersama pengawal menerobos kerumunan, dan tidak lama setelah itu, mereka keluar dengan membawa Fan Sizhe.     

Fan Sizhe tampaknya masih belum puas. Dia mengayun-ayunkan tinjunya dan berkata. "Jangan khawatir, jangan khawatir, mereka tidak akan berani mengacau lagi." Dan seperti yang dia katakan, para pelayan klan Fan bergegas masuk untuk melindungi tuan-tuan mereka, namun tidak ada yang berani membalas tamparan Fan Sizhe. Tampaknya dari seluruh klan Fan, keluarga Count Sinan memang memiliki kedudukan yang istimewa.     

Setelah murid-murid lainnya dipukuli, Fan Xian menyeret Fan Sizhe dengan memegang kerah bajunya kembali menuju kereta, meninggalkan kekacauan yang terjadi karena dirinya. Di sebelah mereka, Teng Zijing mengerutkan keningnya. "Tuan Muda, meskipun ada beberapa anggota Klan Fan yang keterlaluan, beberapa dari mereka bisa membantu kita di masa depan. Menyinggung terlalu banyak orang tidaklah baik."     

Fan Xian tertawa getir. "Apa yang kau takutkan?" Mungkin teman-teman satu klan mereka benar-benar memiliki kekuasaan, tetapi dia akan segera menikahi seorang putri, dan sang Kaisar akan menjadi paman istrinya; apa yang harus dia takuti? Dia bisa memberi pelajaran kepada anak-anak nakal itu dan mereka tidak akan bisa melawan.     

"Apakah kamu sudah puas?" dia bertanya pada Fan Sizhe.     

Fan Sizhe agak bingung. "Aku sering memukuli orang, tapi itu semua tidak pernah membuatku merasa puas seperti yang terjadi hari ini. Kok bisa begitu?" Kemarahan yang dia dapatkan dari pembelajaran yang diberikan kakaknya hari ini telah reda setelah dia menghajar anak-anak nakal itu.     

"Sederhana. Kamu perlu memiliki alasan untuk menghajar orang, sama seperti ketika berperang. Jika kamu memiliki alasan yang terhormat, maka kamu dapat memukuli orang tanpa beban mental. Ketika kerajaan kita menyerang Kerajaan Wei Utara, bukankah itu karena mereka yang melanggar perbatasan? Apa pun masalahnya, intinya sama; kita harus menjunjung tinggi kebenaran. Apakah kamu mengerti apa arti kebenaran? "     

"Tidak," Fan Sizhe menjawab dengan jujur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.