Sukacita Hidup Ini

Terpecahnya Teka Teki



Terpecahnya Teka Teki

0"Baiklah." Chen Pingping menerima perintah itu dengan hormat.     
0

"Apakah dua wanita pembunuh itu benar-benar murid dari gaya pedang Sigu?"     

"Betul."     

"Dan benarkah si Pedang Sigu itu tidak akan balas dendam terhadap putra Fan?"     

Chen Pingping menjawab dengan hormat, "Sebagai salah satu dari Empat Guru Besar Agung, dia masih memiliki martabatnya, dan saat ini dia masih berlatih di Dongyi. Segalanya akan baik-baik saja selama Fan Xian tidak pergi ke sana. Lagi pula saya yang menangani situasi ini."     

"Baiklah. Kita belum selesai membahas masalah lain dari dua hari yang lalu. Mari kita lanjutkan hari ini." Sang Kaisar setengah menutup matanya untuk beristirahat. Dia kemudian bertanya, "Setelah berlibur sebulan lamanya, kamu akhirnya kembali ke ibukota. Bahkan jika kamu tidak takut dengan keluhan-keluhan di istana, aku masih harus menanggapi mereka. Aku tahu bahwa kamu tidak ingin memenuhi tuntutannya. "     

Chen Pingping mengetuk meja dengan satu jari tangan kanannya, entah apakah itu menandakan bahwa ia sedang gugup atau justru bersemangat. Tapi wajahnya yang keriput masih terlihat tenang seperti biasanya. "Setelah kejadian ini, perdana menteri pasti akan mencoba untuk balas dendam. Meskipun untuk sekarang dia akan percaya bahwa si Pedang Sigu yang bertanggung jawab atas kematian anaknya, pada akhirnya, dia akan menyalahkan Fan Xian. Jadi, lebih baik pernikahan itu ... dibatalkan saja."     

Sang Kaisar pun berkata dengan tenang, "Itu tidak akan menjadi masalah. Raja Jing sudah datang ke ibukota. Entah mengapa, dia benar-benar menyukai anak itu. Raja Jing yang biasanya tidak suka direpotkan, telah memutuskan untuk melindungi seseorang, tidak ada seorang pun di istana yang dapat mencegah hal itu. Sedangkan Lin Ruofu, dia adalah orang yang cerdas. Sekarang karena Lin Gong sudah mati, dia akan berusaha mencari tahu siapa yang harus dipercayainya setelah dua puluh tahun berlalu. "     

"Raja Jing?" Chen Pingping terdengar terkejut.     

"Tentu saja, dia tidak mengenalinya, mungkin ini juga merupakan alasan mengapa dia menyukai anak itu," ucap sang Kaisar. "Mungkin semua ini adalah takdir."     

Kalimat terakhir itu sepertinya telah mengingatkan keduanya akan suatu kenangan yang menyedihkan; mereka pun terdiam.     

Tiba-tiba, Chen Pingping berkata, "Saya menentang pernikahan itu empat tahun lalu. Dan sampai hari ini, saya masih menentangnya."     

Sang Kaisar membuka matanya dan mengatakan "Kamu lebih muda dari aku, namun kerja keras selama bertahun-tahun ini telah membuatmu terlihat begitu tua. Aku menyarankanmu untuk menjauh diri dari begitu banyak hal. Lagipula kamu tidak berhak untuk mencampuri urusan anak itu."     

Chen Pingping tersenyum. "Setelah ini selesai, aku akan pensiun."     

"'ini' apa?"     

"urusan dengan anak itu, Yang Mulia."     

Nada sang Kaisar tiba-tiba menjadi santai. "Aku harus melalui banyak rintangan untuk dapat memberikan harta kekayaan milik ibunya kembali kepadanya. Aku berpura-pura untuk memanjakan Chen'er dan menjadikannya penguasa. Aku menjadikan harta kekayaan istana itu sebagai hadiah pernikahan dan kemudian meminta permaisuriku untuk membuatnya sah. Baru saat itulah aku dapat membuatnya menerima apa yang sudah menjadi haknya. Setelah semua yang kulakukan ini, apakah kau masih belum puas? "     

"Saya tidak berani menjawab pertanyaan itu." Chen Pingping tahu bahwa sang Kaisar telah mengeluarkan banyak upaya untuk memastikan warisan keluarga Ye kembali ke tangan Fan Xian. Ia pun berkata dengan serius, "Aku hanya khawatir soal ini... Setelah aku pergi, apa yang akan terjadi pada Dewan Pengawas? Jika orang luar mengambil alih, tentu itu akan sangat berbahaya."     

Berbeda dengan kedaulatan seorang kaisar, Dewan Pengawas adalah lembaga khusus yang sepenuhnya bergantung pada kepercayaan sang Kaisar terhadap Chen Pingping. Begitu Chen Pingping meninggal, dunia politik Qing akan kacau balau, terlepas dari siapa pun penggantinya sebagai direktur. Jika pejabat lain yang menggantikan, itu akan membahayakan keluarga kerajaan, sebaliknya, menunjuk salah satu pangeran akan menyebabkan pembagian kekuatan yang tidak seimbang. Ini akan mempersulit proses pewarisan takhta.     

Sang Kaisar kembali memejamkan matanya, kali ini dia berpikir. "Apakah menurutmu aku harus menyerahkan Dewan Pengawas kepadanya?"     

"Benar. Anak itu bukan orang luar dan tentu saja tidak akan membahayakan istana. Selain itu,dengan kedudukan dan latar belakangnya, dia tidak akan dapat ikut campur dalam perebutan tahta. Dia adalah pilihan yang paling netral," Ucap Chen Pingping dengan perlahan-lahan.     

sang Kaisar tampaknya setuju dengan usulnya. "Akan aku pertimbangkan terlebih dahulu. Jangan lupa jaga kesehatan badanmu; sisa hidupmu seharusnya masih ada sepuluh atau duapuluh tahun lagi. Tidak perlu terburu-buru."     

"Baik." Merasa tujuannya untuk hari ini telah tercapai, Chen Pingping memberi hormat kepada sang Kaisar dan pergi. Seorang gadis pelayan istana sudah bersiap untuk mendorongnya keluar.     

Sang Kaisar pun berdiri, dia memejamkan matanya untuk waktu yang lama. Tiba-tiba dia membuka mata dan menyaksikan pria di atas kursi roda itu keluar dari istana. Dia tidak pernah mempertanyakan kesetiaan Chen Pingping, tetapi dia penasaran mengapa wanita itu selalu ada di pikiran anjing tua itu. Saat memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan otoritas keluarga Ye kembali tangan anak itu, tiba-tiba untuk sesaat wajah sang Kaisar terlihat lembut. Keduanya belum pernah bertemu, oleh karena itu terkadang sang Kaisar merasa ingin bertemu dengan Fan Xian.     

Setelah gadis pelayan istana mendorong kursi roda Direktur Chen keluar dari istana, pelayan lain mengambil alih dan mendorongnya menuju gerbang, di sana orang-orang dari Dewan Pengawas telah siap menunggu, dan mereka membantunya naik ke dalam keretanya. Kereta berjalan di sepanjang jalan Zhuque, bunyi roda-rodanya yang berputar di atas jalan batu menciptakan suatu suara yang berirama. Namun, setelah beberapawaktu berlalu, kereta itu masih belum juga meninggalkan pusat kota.     

Jalan menuju ke arah timur sangat sunyi dan langit tampak mulai gelap. Kereta itu lalu berhenti pada sebuah tempat terpencil. Di tempat yang sama, ada kereta lain yang sudah menunggu. Para pengawal dari kedua kereta tampaknya tidak saling mengenal, tetapi mereka bergerak secara teratur untuk membentuk formasi lingkaran mengelilingi kedua kereta itu.     

Kedua kereta itu berdekatan satu sama lain. Pada saat bersamaan, kedua tirai kereta itu diangkat. Tampak Chen Pingping dan ayah Fan Xian, Count Sinan, saling bertukar pandangan. Chen Pingping menjadi marah saat melihat wajah Fan Jian. "Kau mengambil kesempatan untuk meminta Yang Mulia untuk mengatur pernikahan yang mewah untuk putramu ketika aku sedang tidak di sini!"     

Melihatnya marah, Fan Jian tidak takut ataupun tegang. Justru sambil tersenyum, dia berkata, "Empat tahun yang lalu, kamu merusak barang-barangku. Sekarang aku hanya berusaha untuk membalas tindakanmu."     

Chen Pingping berkata dengan dingin, "Memangnya apa yang pantas dibanggakan dari setumpuk uang yang busuk itu?"     

Fan Jian menggelengkan kepalanya. "Uang adalah segalanya. Jangan lupa, ketika Dewan Pengawas pertama kali dibentuk, jika bukan karena ibunya Xian'er, hari ini kalian semua akan mengemis di jalanan."     

"Harta istana saat ini bukan lagi milik keluarga Ye. Jika kalian, Keluarga Fan, ingin mengambil alihnya, kalian hanya akan memperburuk keadaan. Yang Mulia memaksa keluarga Ye untuk mengakui putri tidak sah itu agar kalian bisa hidup berdampingan secara damai dengan sang Perdana Menteri. Itu juga dilakukan jauh-jauh hari agar tidak ada yang tahu kalau sang putri telah menikahi pangeran," Chen Pingping tertawa mengejek, "Sekarang dengarkan aku, batalkan saja pernikahan ini. Pembatalan pernikahan ini hanya akan berdampak baik padamu dan padanya."     

"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan?" Fan Jian mengerutkan keningnya. "Kamu selalu percaya bahwa ada hubungan antara sang Putri Sulung dan apa yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Dari dulu sampai sekarang, kamu masih tidak punya bukti sedikit pun."     

"Bukan cuma itu, bahkan jika Yang Mulia merasa dia berhutang sesuatu kepadanya, pikirkanlah: Jika Yang Mulia benar-benar menyerahkan keluarga Ye kepadanya, apa yang akan terjadi pada Dewan? Yang Mulia bersumpah untuk tidak pernah mengizinkan siapa pun memiliki dua senjata nasional pada saat yang sama, tak terkecuali Yang Mulia sekali pun. "     

Fan Jian hanya mengerutkan keningnya lebih dalam lagi. "Jika kamu tahu itu, lalu mengapa kamu melibatkan anakku dalam masalah-masalah ini. Bukankah lebih baik membuatnya menjadi orang kaya saja?"     

"Dan menurutmu itu hal yang mudah, menjadi kaya?"     

"Dengan adanya kamu dan aku di ibukota, dan Putri Sulung yang telah belajar dari kesalahannya, tahun-tahun mendatang seharusnya menjadi lebih damai."     

Chen Pingping berkata dengan nada dingin, "Jangan lupa…. Anakmu sendiri hampir terbunuh hanya sebulan yang lalu."     

Fan Jian menatap Cheng Pingping tepat di matanya. "Itu adalah kecerobohananku dan bukan menjadi masalahmu. Seandainya kamu tidak berulah dan langsung kembali bertugas - seperti yang seharusnya kau lakukan, ibukota tidak akan terguncang separah ini."     

Chen Pingping bertanya dengan tenang, "Jika putramu benar-benar mati saat itu, apakah kita masih harus bersaing sesengit ini?"     

Setelah diam beberapa saat, Fan Jian berkata, "Gara-gara kejadian ini, aku jauh lebih dirugikan daripada kamu. Jadi, setiap kali tidak ada pilihan yang tersisa bagiku, aku harap kamu dapat menghargai keputusanku." Chen Pingping memikirkannya sejenak dan setuju. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Fan Jian menurunkan tirai dan memberi sebuah perintah. Kedua kereta pun berpisah dan melanjutkan perjalannya masing-masing.     

Kegelapan pun menyelimuti ibukota. Di malam yang sehitam dan sepekat tinta itu, beberapa orang saling bertemu demi kepentingannya masing-masing, sementara yang lainnya bertemu karena sudut pandang mereka yang serupa. Sering kali, mereka akan berpisah karena alasan yang sama pula; mereka hanya bisa menunggu takdir yang dapat menyatukan mereka lagi suatu hari nanti. Di luar kompleks istana, di bawah dinding merah, sebuah kursi tandu dan iring-iringan rombongan yang bergerak dengan perlahan-lahan di belakangnya. Para penjaga istana melihat tandu bergerak di sepanjang dinding istana, tetapi mereka tidak merasa heran atau mempertanyakan pemandangan yang mereka lihat.     

Kursi tandu itu milik sang Perdana Menteri. Setiap kali Kerajaan Qing sedang dilanda oleh masalah, dia akan naik kursi tandu itu dan mengelilingi tembok istana. Ada yang mengatakan bahwa ia menggunakan suasana yang sunyi dan hening agar mendapatkan ketenangan untuk berpikir. Mereka yang tidak senang dengan sang Perdana Menteri menganggap bahwa obsesinya terhadap kewenangan dan kekuasaan telah membuatnya menjadi sedikit tidak waras. Pada tahun kedua setelah Kerajaan Qing didirikan, wilayah selatan mengalami banjir besar. Sang Perdana Menteri pada saat itu mengelilingi dinding-dinding istana dengan kursi tandu dan ia berhasil menyusun rencana terperinci untuk mengatasi bencana keesokan harinya. Rencananya cukup jelas. Namun, kas negara tidak dapat memenuhi anggaran yang telah diajukan untuk penanganan bencana. Pada saat-saat genting seperti itu, sejumlah besar bantuan dana masuk dari luar sehingga dapat membantu menutup anggaran penanganan bencana yang direncanakan oleh sang Perdana Menteri. Sang Kaisar tentunya merasa senang.     

Orang-orang di dunia ini selalu berkata "Perdana menteri dekat dengan kejahatan", seperti yang ditunjukkan oleh keluarganya. Tetapi dari sudut pandang lainnya, perdana menteri itu terbukti sangat cakap. Entah jahat ataupun cakap, dalam keadaan tertentu, perdana menteri akan kembali ke perannya yang paling mendasar, yaitu perannya menjadi seorang ayah. Hari ini, dia berkeliling mengitari tembok istana tanpa ada orang yang menganggunya, karena orang-orang tahu bahwa ia sangat terpukul akibat berita kematian putra keduanya.     

Malam pun semakin larut. Lilin dan lentera merah terlihat menyala di istana. Cahaya kuning yang remang-remang bersinar dari jendela, tetapi dinding dibawahnya masih tertutupi dengan kegelapan. Perlahan-lahan, kursi tandu milik sang Perdana Menteri bergerak menuju ke sebuah tempat terpencil. Dari arah berlawanan terlihat sebuah lentera yang mendekat. Setelah semakin dekat, terlihat tandu kedua berjalan mendekat pula.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.