Sukacita Hidup Ini

Kediaman di Pedesaan



Kediaman di Pedesaan

0Dekret Kekaisaran Qing sudah dikirim ke kota Dongyi, tetapi Dongyi hanya mengirim balasan rendah hati yang berisi sanjungan. Mereka menawarkan sejumlah besar uang emas dan perak, namun mereka menolak untuk mengakui ketterlibatan mereka dengan insiden pembunuhan pada kediaman di Gunung Cang. Tanggapan mereka jelas, bahkan orang bodoh saja dapat mengerti, dan tanggapan tersebut memungkinkan seorang Guru Agung dan satu-satunya pembela negara Dongyi yang berusaha untuk tetap menjaga harga dirinya. Mereka juga tidak ingin jika rakyatnya diserang oleh pasukan militer Qing, jadi mereka memutuskan untuk tetap diam.     
0

Situasinya di daerah Utara menjadi tegang. Tidak ada yang menduga bahwa kerajaan Qi Utara diam-diam ikut campur dengan urusan politik Kerajaan Qing. Kedua belah pihak telah mengerahkan pasukan untuk bersiaga di perbatasan, ditambah lagi, negara pengikut masing-masing kerajaan mulai saling bentrok. Dilihat dari situasi ini, sepertinya Qing dan Qi Utara berada di ambang peperangan.     

Awan-awan gelap melayang di atas Kerajaan Qing utara, sedangkan cuaca Kerajaan Qing sedang berada di pertengahan musim panas. Orang-orang kesana-kemari dengan tenang dan damai sambil menikmati keamanan dan kemakmuran zaman keemasan Kerajaan Qing. Fan Xian adalah salah satu dari mereka yang menikmati masa itu. Meskipun imbas dari kejadian di Jalan Niulan masih belum terselesaikan, setidaknya ada penjelasan terkait dengan Fan Xian dan mereka yang telah meninggal. Dan dalam proses penyelesaian masalah ini, Fan Xian telah belajar banyak hal. Walau setiap langkah yang telah diambilnya bergantung pada kekuatan Dewan Pengawas, dia menjadi mengerti banyak hal tentang cara kerja Dewan tersebut, dan dari hal-hal yang yang dikatakan Fei Jie sebelumnya, dia memiliki pengetahuan langsung tentang beberapa hal lainnya.     

Musim panas itu terasa sulit, dan kasus hukum antara keluarga Fan dan keluarga Guo akhirnya terselesaikan juga. Banyak orang melihat kasus tersebut sebagai masalah yang sepele. Karena Fan Xian telah ditunjuk sebagai Pengurus Kuil Taichang, tentu semua orang tahu bahwa dia akan menikahi seorang putri istana, dan keluarga Guo yang yang kedudukannya tidak penting tentu tidak berani mengganggu istana dengan masalah pribadi mereka, sehingga mereka dengan cepat menarik tuduhan mereka - dan karena itu, Fan Xian akhirnya diizinkan untuk meninggalkan ibukota.     

Perlu nyali yang besar untuk meninggalkan kota meski baru tertimpa kejadian yang mengerikan. Namun untungnya sekarang Fan Xian punya banyak penjaga yang mengawal dirinya kemana pun dia pergi. Mereka adalah para penjaga veteran dari kediaman Fan dan juga dari Dewan Pengawas. Sekarang Fan Xian memiliki identitas rahasia - komisaris Dewan Pengawas. Sama seperti Wang Qinian, beberapa rekrutan baru di berbagai bidang telah ditempatkan di bawah kendalinya.     

Pada dini hari itu, sebelum matahari yang terik terbit, ketiga anak dari keluarga Fan masuk ke dalam sebuah kereta kuda. Dengan pengawalan beberapa penjaga dan juga Wang Qinian, mereka meluncur pergi dari ibukota. Tujuan mereka adalah tanah milik keluarga Fan yang letaknya tidak jauh dari ibukota. Kepergian ini bukanlah untuk liburan musim panas, namun untuk ziarah makam.     

Para penjaga telah mempersiapkan buah-buahan, dupa, dan persembahan lainnya di kuburan. Fan Xian terdiam dan memperhatikan batu-batu nisan yang masih baru itu. Hatinya dipenuhi dengan perasaan yang campur aduk. Ide dan kepercayaan yang telah dia pegang teguh sejak kelahirannya, yang dianggapnya stabil dan masuk akal, tiba-tiba menjadi kacau.     

Uang kertas sesajen yang mereka bakar sebagai persembahan kepada orang mati mengeluarkan asap yang tebal. Karena tidak tahan dengan asap tersebut, Fan Sizhe dengan cepat kembali ke kereta, sedangkan Fan Ruoruo berusaha menahannya, sampai-sampai matanya terlihat menyipit dan setengah tertutup. Dia menarik adiknya ke makam dengan lengannya. Dia tahu bahwa tiga jasad di kuburan itu, yang sekarang beristirahat selamanya, adalah ketiga penjaga yang telah mengorbankan nyawa mereka demi melindungi kakaknya, dan hatinya dipenuhi dengan rasa syukur. Seperti yang telah ia pelajari dari surat-surat yang telah dikirim kakaknya di masa kecilnya, mereka yang berkedudukan lebih rendah dari dirinya juga tetap pantas untuk menerima penghormatan.     

Di dalam kepulan asap itu, sekelompok penjaga baru sedang berdiri dengan diam di belakang Fan Xian. Mereka tidak tahu apakah itu karena asap atau api yang membuat mata mereka merah, tetapi ketika mereka melihat punggung Tuan Muda itu, mereka merasakan sesuatu yang berbeda darinya. Beberapa waktu kemudian, seorang penjaga berbicara dengan ramah. "Tuan Muda, anda telah menunjukkan ketulusan dalam memberikan penghormatan kepada saudara-saudara kami ini, tetapi disini penuh dengan asap; mungkin lebih baik kita segera pulang."     

Kepulan asap itu benar-benar menyengat mata Fan Xian. Dia tersenyum sembari mengusap kedua matanya, dan akhirnya kembali masuk ke kereta. Di dalamnya, Fan Sizhe sedang melihat buku rekening bulan lalu dari Toko Buku Danbo. Ketika ia melihat bahwa kedua kakaknya mendekat, ia bergeser, dan tiba-tiba berbicara dengan suara rendah. "Kak Xian, bukankah ini cuma salah satu cara untuk menyuap orang dan memenangkan hati mereka?"     

Suasana hati Fan Xian sedang suram, di menanggapi ucapan adiknya dengan tersenyum sambil mengacak-acak rambutnya. "Dasar, kamu! Selalu percaya bahwa ada maksud tersembunyi di balik segala macam tindakan," ucapnya. "Orang-orang yang tidak berperasaan bukan selalu pahlawan sejati ..." Fan Ruoruo melanjutkan kalimat kakaknya dengan lembut. "Pria sejati adalah seseorang yang mencintai anak-anaknya."     

Fan Xian menatap adik perempuannya dengan sedikit terkejut. "Kamu ..."     

Fan Ruoruo menunduk. "Kakak dulu pernah mengatakannya," jelas gadis itu. "Aku ingat ungkapan itu."      

Fan Xian merasa senang bahwa adik perempuannya sangat cerdas. "Ungkapan yang kamu ingat itu adalah kutipan dari seseorang yang bermarga Zhou."     

Fan Sizhe memandang mereka dan menggerutu. "Oh, membahas nama penulis lagi? Kapan kakak akan mulai menulis bab-bab terakhir dari Story of the Stone?"     

Suasana hati Fan Xian sedang dalam keadaan yang terpukul , dan kata 'penulis' telah membuatnya semakin merasa tertekan. Dia merasa tidak perlu menjelaskan siapa yang berpengaruh dibalik hasil tulisannya.     

Fan Xian merasa sedikit marah dan malu, sehingga dia terus menceramahi Fan Sizhe. "Kamu mungkin bisa memenangkan hati orang-orang, tetapi perasaan datang secara alami. Monster macam apa yang tidak punya perasaan? Hidup di dunia ini tanpa peduli dengan apa pun, baik itu untuk keluarga ataupun untuk hidup atau mati; bahkan jika hidupmu abadi, apa tujuannya? "      

Fan Sizhe menggelengkan kepalanya, dan membalas dengan bantahan, "Hidupmu tidak abadi, jadi bagaimana kamu tahu tentang perasaan seseorang yang hidup abadi?"      

Fan Xian membalas dengan cepat. "Aku bukan makhluk abadi; Aku hanyalah manusia biasa, jadi aku tahu bahwa orang tidak bisa hidup selamanya. Sayang sekali."     

Setelah mengatakan itu, Fan Xian tiba-tiba memikirkan Wu Zhu, dia dipenuhi dengan rasa gelisah yang kuat dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia khawatir ketika Wu Zhu bertambah tua, pamannya itu akan menjadi orang tua yang pendiam dan kesepian - tetapi selama Wu Zhu terus menghilang dalam gelapnya malam, Fan Xian tidak punya cara untuk menemukannya.     

Kereta pergi meninggalkan kuburan Klan Fan dengan melewati jalan yang lebar di tengah-tengah ladang tumbuhan pangan. Mereka akhirnya tiba di pedesaan setelah menempuh perjalanan yang lumayan sulit. Saat tiba di kaki lereng gunung yang mengelilingi pedesaan, mereka disambut oleh penduduk setempat. Bukan hanya petani yang tinggal di sana, tetapi juga beberapa kerabat jauh Klan Fan yang kesulitan tinggal di ibukota karena tidak mampu membeli tanah yang mahal; mereka justru memilih untuk pindah ke wilayah pertanian di pinggiran kota. Mereka tidak memiliki ladang, dan karena gengsi, mereka juga tidak sudi bekerja bersama petani di ladang. Meskipun Count Sinan tidak mau menyisihkan uangnya untuk kerabatnya yang miskin, dia juga tidak tega melihat mereka kelaparan, jadi Count Sinan mempekerjakan kerabat jauh Klan Fan di sini untuk menangani urusan pertanian dengan imbalan upah kecil.     

Anehnya, Fan Jian tidak pernah mengatakan bahwa Fan Xian akan dijadikan anak yang sah; Fan Xian berasumsi bahwa ayahnya telah lupa, tetapi dia masih ada keraguan dalam dirinya yang tidak dapat dikesampingkan. Di ibukota, dan pada saat itu, tidak ada yang memandang Fan Xian dengan hina atau jijik karena statusnya sebagai anak haram. Dan di dalam Klan Fan, para anggota klan menyadari bahwa kekayaan klan di masa depan bergantung pada pemuda tampan ini, oleh karena itu dia diperlakukan dengan sangat hormat.     

Fan Xian menerima teh yang dihidangkan oleh orang yang lebih tua darinya dan dia menghabiskan cangkir itu dalam sekali teguk. Kemudian, dengan dikawal para penjaganya, Fan Xian berjalan menuju ke halaman kecil di hutan di bagian barat desa. Ini adalah halaman milik Teng Zijing. Setelah dia masuk, dia mendapati bahwa Teng Zijing telah berdiri dan menunggu kehadirannya dengan sopan. "Tuan Muda," kata Teng Zijing dengan gelisah, "Saya tadinya hendak menyambutmu, tetapi saya tidak dibolehkan melakukan itu oleh Hou San'er."     

Fan Xian tidak membalas pernyataan tersebut itu secara resmi, dan justru memegang lengan Teng Zijing dan membantunya berjalan ke aula utama. "Jangan salahkan Hou San'er, aku yang menyuruhnya." Hou San'er adalah seorang pengawal baru yang berada di bawah perintah Fan Xian dan dia terlebih dulu tiba di pedesaan sebelum Fan Xian. Fan Xian menatap wajah Teng Zijing yang tampak gagah dan bertanya "Bagaimana kakimu akhir-akhir ini?"      

Teng Zijing terkekeh. "Baik-baik saja. Sekarang sudah bisa saya gerakkan. Kemungkinan saya sudah bisa kembali ke ibukota dalam beberapa hari kedepan."     

"Jika kamu merasa kesulitan untuk memulihkan diri di sini, sebaiknya kamu kembali dan memulihkan diri di ibukota saja." Saat Fan Xian berbicara, istri dan anak perempuan Teng Zijing masuk ke aula untuk menyambut tuan mereka. Mereka berdiri di samping. Fan Ruoruo menyerahkan sejumlah uang kepada mereka, dan menarik putri Teng Zijing yang berusia lima tahun ke samping untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya sebelum membawanya keluar, meninggalkan para pria sendirian di dalam ruangan itu.     

Fan Sizhe masih melihat buku rekening, dan ketika Teng Zijing menyapanya, ia hanya mendengus. Fan Xian tidak punya pilihan selain menatap mata adiknya saat ia mendengarkan penjelasan Teng Zijing. "Saya tinggal di sini karena istri dan anak saya ada di sini. Setelah saya benar-benar pulih, saya akan kembali ke ibukota untuk melayani Anda, Tuan Muda."     

Mereka berdua telah bersama-sama berada di ambang kematian, karena itulah mereka tidak banyak basa-basi. Fan Xian pun mengangguk. "Kamu menjalani kehidupan yang baik - istri, anak-anak, dan tempat tidur yang memiliki pemanas ," kata Fan Xian dengan kagum. "Kenapa kamu tidak menetap di desa dan menikmati semua ini?"      

Teng Zijing tertawa. "Di saat cuaca yang panas begini, pemanas itu terasa semakin panas."     

Cuaca di Danzhou sangat unik, dengan musim dingin yang hangat dan musim panas yang sejuk, jadi tidak ada penduduk di sana yang menggunakan ranjang dengan pemanas. Tetapi setelah datang ke ibukota, Fan Xian baru merasakan musim semi dan musim panas yang sesungguhnya, sehingga dirinya dia belum memiliki kesempatan untuk tidur di atas pemanas. Dia duduk di atas kang saat mendengarkan obrolan dan dia mendapati bahwa pemanas itu benar-benar keren dan nyaman. Dia mengalihkan pandangannya untuk berpikir tentang waktu yang akan dia habiskan di Pegunungan Cang setelah pernikahannya. Sepertinya mereka harus menemukan cara untuk memasang pemanas di sana.     

Teng Zijing tidak menyadari bahwa pikiran Tuan Mudanya telah beralih ke gunung bersalju tempat tuannya akan tinggal setelah bulan Oktober. "Tuan Muda, tinggallah lebih lama lagi disini dan makan buah-buahan yang ada sebelum kembali ke rumah. Tidak banyak makanan yang enak di sekitar sini, jika anda berkeluyuran dan terlambat kembali ke ibukota, saya khawatir anda tidak bisa memasuki gerbang kota. "     

Fan Xian tertawa dan melambaikan tangannya. "Aku sudah bilang pada Ayah untuk mengirim kabar sebelum aku datang ke sini. Hari ini kami bertiga akan menginap di sini, kita baru kembali besok. Beberapa hari terakhir situasi di ibu kota sangat menegangkan, jadi sulit bagiku menemukan kesempatan untuk mendamaikan dan menenangkan pikiran. Meskipun kami tidak akan tinggal lama disini, aku yakin tidak masalah bagi kami untuk bermalam disini. " Saat menyadari bahwa Tuannya berencana untuk menginap di kediamannya, Teng Zijing dengan cepat memanggil istrinya dan memintanya untuk segera menyiapkan kamar tamu dan air panas. Meskipun kehidupan di pinggiran kota itu tidak megah dan gemerlap, ada banyak orang yang tinggal di sana. Begitu mereka mendengar bahwa Tuan Muda keluarga Fan berencana untuk menginap, banyak wanita paruh-baya datang untuk membantu menyiapkan keperluan Tuan Muda Fan, dan tak lama kemudian, semuanya pun sudah beres. Fan Xian melihat sekeliling, dan berbisik ke telinga Teng Zijing."Pastikan para pengawalku tinggal di tempat-tempat yang terdekat denganku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.