Sukacita Hidup Ini

Delegasi Diplomatis dari Kerajaan Qi Utara



Delegasi Diplomatis dari Kerajaan Qi Utara

0Fan Xian tidak berani bersikap sombong. Dia dengan cepat berdiri dan menangkupkan tangannya sembari tersenyum untuk memberi hormat serta menyapa para diplomat Kerajaan Qing. "Tuan-tuan," ucapnya, "Saya belum lama bertugas di Kuil Taichang, dan tidak tahu banyak mengenai tradisi kerajaan kita. Pihak istana telah menugaskan saya sebagai wakil duta, dan saya berasumsi bahwa istana ingin agar Kerajaan Qi Utara yang licik dapat menyadari bahwa mereka tidak dapat sesukanya membunuh warga negara Kerajaan Qing. Istana berharap agar saya menjadi pengingat bagi mereka; Istana tidak benar-benar menginginkan saya untuk menjadi bagian dari pertemuan ini." Dia tertawa, kemudian lanjut berbicara. "Saya tidak memiliki pengetahuan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan diplomasi, dan saya tidak ingin menyinggung pihak mana pun. Saya dengan rendah hati memohon bimbingan anda semua."     
0

Bagaimanapun juga, Fan Xian belum lama menjadi seorang pejabat resmi; pidato semacam itu dapat membuat dirinya terlihat agak sembrono dan seakan-akan sedang mencari musuh. Namun,, pidato yang disampaikan Fan Xian justru membuat para pejabat Kuil Honglu merasa lebih nyaman. Awalnya, ketika mereka mengetahui bahwa putra dari Menteri Fan akan turut terlibat dalam proses negosiasi, para birokrat yang menyombongkan pengalaman mereka dalam urusan kebijakan luar negeri sebagai para diplomat Kerajaan Qing merasa agak tidak nyaman. Mereka merasa seperti sekumpulan gagak yang tiba-tiba disela oleh seekor burung bangkai yang mencoba mencuri bangkai mereka.     

Ketika Fan Xian menunjukkan kepada mereka bahwa dia tidak berniat untuk menyaingi mereka, semua pejabat di Kuil Honglu merasa jauh lebih bahagia. Xin Qiwu menganggukkan kepalanya dengan sedikit perasaan kagum. Tentu saja, mereka semua tahu jika mereka berhasil menuntut sejumlah besar perak sebagai upeti, putra dari pejabat yang berpengaruh ini, yang hanya hadir sebagai pajangan saja, akan tetap mendapat bagiannya.     

Setelah pertemuan selesai, Xin Qiwu menuntun Fan Xian menuju sebuah ruangan yang telah disiapkan untuknya, kemudian menunjukkan lemari besar yang dipenuhi dengan dokumen. "Semua materi yang relevan ada di sini. Titik utama dari negosiasi ini adalah bahwa Kerajaan Qi Utara ingin memberikan kita perak sebagai imbalan agar kita mengembalikan wilayah yang saat ini kita duduki. Dongyi tidak memiliki tuntutan; mereka hanya ingin menyelesaikan masalah terkait dua kasus upaya pembunuhan yang telah terjadi. Yang pertama adalah insiden di Jalan Niulan yang melibatkan anda; telah dipastikan bahwa dua pembunuh wanita itu adalah murid dari Ahli Pedang Sigu. Yang kedua adalah insiden di villa di lereng Pegunungan Cang. Namun ... "     

Ia melirik Fan Xian dan terdiam beberapa saat sebelum lanjut berbicara. "Anda sendiri mengerti bahwa ini adalah masalah yang sangat rumit, jadi pihak istana tidak bisa memberikan bukti terlalu konkret mengenai masalah ini."     

Fan Xian mengangguk. Obrolan basa-basi ini mulai membuatnya pusing. Apakah dirinya benar-benar harus berurusan dengan hal-hal seperti itu selama beberapa minggu ke depan?      

Xin Qiwu tersenyum ketika ia mengetahui isi pikiran Fan Xian. "Jika anda lebih suka untuk tidak bekerja di kantor, anda dapat membawanya pulang untuk dikerjakan dirumah. Hanya dokumen rahasia dengan cap merah yang tidak boleh dibawa keluar dari kantor."     

Fan Xian sangat terkejut dan bahagia. Meskipun dia tahu bahwa Xin Qiwu tidak menginginkan kehadirannya di sana, dia merasa bersyukur. "Sebenarnya, saya merasa bingung karena tiba-tiba dipanggil untuk datang ke sini hari ini. Jika Tuan tidak keberatan dengan kemalasan saya, saya lebih memilih untuk tidur di rumah setiap hari."     

Fan Xian sadar bahwa sangat jarang di Kerajaan Qing bagi seorang pejabat tingkat delapan untuk membuat lelucon seperti itu kepada pejabat tingkat keempat di Kuil Honglu. Xin Qiwu agak dikejutkan dengan kata-kata Fan Xian, namun tidak lama kemudian ia tertawa terbahak-bahak, dan tiba-tiba berbicara kepada Fan Xian dengan suara pelan. "Tuan Fan, besar harapan Sang Putra Mahkota terhadap anda."     

Fan Xian tersenyum. Dia tahu Xin Qiwu berpihak kepada siapa, oleh karena itu dia tidak berani bersikap ambigu. "Anda tenang saja, Tuan," jawabnya dengan cepat, "Saya mengerti. Ayah saya sering menceramahi anak-anaknya. Jika seseorang ingin menjadi pejabat, dia harus dengan giat belajar dari seorang pejabat."     

Saat mendengar jawabannya, Xin Qiwu, orang kepercayaan Sang Putra Mahkota, mengangguk dengan puas. "Count Sinan telah mengabdi dengan sepenuh hati untuk melayani Kerajaan Qing. Aku selalu mengaguminya."     

Setelah berbincang-bincang untuk beberapa saat, Xin Qiwu akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Fan Xian memperhatikan bayangannya saat ia pergi dan perlahan menyipitkan matanya. Ayahnya, Fan Jian, pernah berkata bahwa selama Sang Putra Mahkota menduduki jabatannya, maka keluarga Fan akan tetap setia terhadap Sang Putra Mahkota. Tetapi, Fan Xian tidak percaya dengan kata-kata ayahnya itu. Fan Xian tidak bisa begitu saja percaya dengan Xin Qiwu, karena bagaimanapun juga pria ini adalah anak buah Sang Putra Mahkota.     

Penugasan Fan Xian untuk menjabat sebagai wakil duta dalam negosiasi ini adalah ujian oleh kubu Putra Mahkota yang dirancang sedemikian rupa untuk menunjukkan apakah Keluarga Fan mampu mengikuti perintah Sang Putra Mahkota, meski hanya perintah kecil.     

Selama minggu-minggu berikutnya, Fan Xian melakukan persis apa yang telah dia katakan, dan dia mengucilkan dirinya di kamar untuk tidur. Tentu saja, baginya, tidur juga merupakan caranya untuk tetap berlatih. Sedangkan kalau soal urusan kantor, setelah dia membawa pulang beberapa dokumen, dia memberikannya kepada Wang Qinian agar ia dapat merencanakan tindakan yang tepat saat negosiasi berlangsung.     

Sebenarnya tujuan Fan Xian sudah jelas; Wang Qinian bisa saja diam-diam melapor kepada si pria tua cacat di Dewan Pengawas. Dengan begitu, secara tidak langsung tugas yang rumit dan membosankan ini telah dibebankan kepada Wang Qinian dan Chen Pingping. Entah itu demi ayahnya atau mendiang ibunya, mereka mengerjakannya dengan tepat untuk memastikan agar Fan Xian tidak akan kehilangan muka di depan pihak istana maupun rakyat jelata.     

Fan Xian tidak segan-segan untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dia miliki semaksimal mungkin.     

Dan memang, beberapa hari kemudian, Wang Qinian yang tampak lesu datang ke sebuah pondok kecil. Mereka sebelumnya sudah sepakat untuk bertemu disana, dan ia pun menyerahkan sebuah map yang tebal pada Fan Xian. Mulut Fan Xian menganga dengan rasa ingin tahu, dan matanya seolah menyala. Dia menemukan bahwa map itu dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bahan rujukan internal yang hanya boleh dibaca oleh pejabat tinggi di Kuil Honglu, dan bagian lainnya adalah draf dokumen untuk negosiasi dengan Kerajaan Qi Utara.     

Bahan-bahan rujukan tersebut berisikan data-data analisis menyeluruh tentang situasi internal di Kerjaan Qi Utara: perebutan kekuasaan antara Sang Kaisar yang masih muda dan Permaisuri Janda, Guru Besar Agung Ku He yang menjadi seorang pasifis [1][1], dan informasi yang lainnya yang serupa. Dokumen-dokumen itu juga berisi laporan mengenai Marquis [2][2] Ning, adik dari Sang Permaisuri Janda, yang sedang diserang oleh pihak birokrasi Kerajaan Qi Utara karena kalah perang, dan Kaisar yang masih muda itu tidak peduli dengan berapa banyak uang ataupun tanah yang harus dia bayar sebagai kompensasi, asalkan Kaisar Qi Utara bisa menanggapi keluhan rakyatnya dan menggunakan kesempatan ini sebagai dalih untuk mengurangi kekuasaan signifikan yang dimiliki faksi Sang Permaisuri Janda. Dan karena Sang Permaisuri Janda sangat ingin menuntaskan kerusuhan yang terjadi, dan usahanya untuk memperbaiki politik istana gagal, instruksi yang tertulis mengatakan agar Fan Xian tetap sabar dan ramah dalam menghadapi proses negosiasi.     

Tentu saja hal-hal seperti ini, yang disembunyikan dalam kegelapan, tidak diketahui oleh para diplomat Kerajaan Qing. Ini semua berkat kekuatan rahasia milik Dewan Pengawas yang luar biasa, serta jaringan mata-mata mereka yang tersebar di seluruh Kerajaan Qi Utara. Mereka dapat menelusuri berbagai macam masalah kecil dan menyusunnya untuk diselidiki lebih lanjut. Sehingga, pada akhirnya mereka bisa menemukan kesimpulan yang pasti ini.     

"Luar biasa." Fan Xian menghela napas. "Dengan adanya laporan ini, para pejabat di Kuil Honglu akan merasa senang." Dia berhenti sejenak."Seberapa terjamin laporan-laporan ini?"     

Mata Wang Qinian setengah terpejam. Sepertinya ia belum tidur dalam beberapa hari terakhir. "Laporan-laporan tersebut sangat terjamin. Yan Bingyun telah berhasil mencapai suatu terobosan di Kerajaan Qi Utara. Dia telah berhasil memasang jaringan mata-mata dan menyelidiki semuanya dengan seksama. Seharusnya tidak akan ada masalah."     

Fan Xian merasa hormat kepada Yan Bingyun, putra muda dari seorang pejabat. Demi negaranya, dia rela bersembunyi di kegelapan seperti tikus selama bertahun-tahun, jelas ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bagi putra seorang pejabat. Fan Xian tidak tahu bahwa alasan Yan Bingyun hidup sengsara dan menjadi mata-mata di Kerajaan Qi Utara adalah karena dia gagal membunuh Fan Xian empat tahun yang lalu. Jika Fan Xian tahu alasan Yan Bingyun bersembunyi di Qi Utara, entah dia akan merasa bersalah atau justru malah tertawa terbahak-bahak.     

"Wang Qinian, aku tidak mengira bahwa kamu begitu mahir dalam menganalisis dan menelusuri informasi." Fan Xian tahu dari mana berkas itu berasal, tetapi dia tidak mengungkit masalah itu.     

Wang Qinian tidak yakin bagaimana harus merspon pujian itu. Dia hanya membalas dengan memberi hormat, dia tidak berani menerima pujian itu untuk dirinya sendiri.     

"Kalau begitu, besok aku akan pergi ke Kuil Honglu dan bertemu dengan atasanku." Fan Xian menyadari kegelishan Wang Qinian di balik keheningannya. "Apa ada yang lain?"     

"Tuan," Wang Qinian mulai membuka mulutnya, "Anda tidak bisa membagikan informasi ini kepada Kuil Honglu."     

"Kenapa?"     

"Karena ... informasi itu merupakan rahasia tingkat tertinggi. Tidak ada seorang pun di Kuil Honglu — bahkan pejabat-pejabat tertinggi sekalipun - yang berhak mengetahuinya."     

Fan Xian menepuk dahinya dan tertawa getir. "Jadi, menurutmu apa yang harus aku lakukan? Mungkin aku lebih baik membiarkan Dewan Pengawas sendiri yang memberikan berkas-berkas ini langsung kepada Kuil Honglu, melalui jalur-jalur yang tepat."     

Wang Qinian menghela napas. "Jika Direktur tidak sepenuhnya percaya bahwa Anda terlibat dalam negosiasi ini dan ada peluang terbuka bagi kemajuan karir Anda di masa depan," pikirnya, "tidak mungkin dia akan memerintahkan keenam biro Dewan untuk bekerja semalaman demi menyusun berkas-berkas ini." Meskipun berkas-berkas dalam map itu terlihat sangat biasa, tetapi faktanya berkas-berkas tersebut adalah kesimpulan dari hasil analisis berbagai laporan intelijen. Jika Fan Xian menyerahkannya kepada para pejabat di Kuil Honglu begitu saja, Direktur Chen Pingping bisa-bisa begitu marah besar sampai-sampai melompat dari kursi rodanya.     

Saat itu adalah akhir musim panas. Kelopak bunga teratai telah rontok, tetapi teriknya sinar matahari masih terasa menyengat. Para pejalan kaki dan anjing-anjing hitam di jalanan ibukota semuanya terlihat letih dan tidak bersemangat karena panasnya cuaca. Tanggal delapan Agustus adalah hari yang penuh dengan keberuntungan. Delegasi diplomatik dari Kerjaan Qi Utara dan Dongyi tiba pada saat yang sama di sebuah stasiun penghubung milik negara di bagian barat laut ibukota. Sang Kaisar memutuskan bahwa dua delegasi tersebut diizinkan untuk menginap di kediaman sementara milik Yang Mulia sendiri. Masing-masing kubu dari ketiga pihak berdiskusi selama beberapa hari, sebelum akhirnya menentukan jadwal dan perencanaan untuk masuknya kedua delegasi tersebut ke ibukota.     

Rakyat ibukota pun menjadi bersemangat, mereka merasa seakan-akan hujan di musim gugur telah muncul dan menyegarkan kehidupan sehari-hari mereka yang membosankan. Mereka beranggapan bahwa delegasi dari kedua negara ini tidak datang untuk bernegosiasi, namun justru datang untuk menyerahkan dokumen penyerahan diri.     

Sebagai wakil duta yang terlibat dalam negosiasi, Fan Xian jelas merupakan bagian dari panitia penyambutan kedatangan kedua delegasi tersebut. Dia memperhatikan para pejabat dari kedua negara itu dari gerbang barat ibukota, dan dia mengarahkan para tamu agar tetap menunggu di stasiun. Delegasi dari Kerajaan Qi Utara jelas tidak senang. Bagaimanapun juga, dalam kampanye militer antara negara-negara bawahan, Qu Utara adalah pihak yang paling merugi, dan banyak perwira dan prajurit mereka yang berhasil ditawan musuh. Yang terpenting, sejumlah besar wilayah mereka telah diduduki pula!     

"Tuan yang baik, siapa anda?" Pejabat berpangkat tertinggi di antara anggota delegasi Qi Utara yang lain adalah Marquis Ning, adik dari Sang Permaisuri Janda di Qi Utara. Ia menatap pemuda tampan di depannya dengan tatapan mata yang merendahkan, dan ia merasa sangat dongkol. Dalam benaknya ia merasa sangat marah, sepertinya Kerajaan Qing menganggap bahwa dirinya bukanlah tamu yang cukup penting dengan mengirim seorang pejabat yang masih muda dari Kuil Honglu.Mengutus seorang pemuda sebagai wakil duta tentu adalah bentuk penghinaan dari Kerajaan Qing kepadanya.     

"Saya Fan Xian. Suatu kehormatan bagi saya untuk dapat menyambut Anda, Tuanku."     

Fan Xian tersenyum saat dia memandang para tamu dari negara-negara musuh ini. Dia teringat dengan isi laporan dari Dewan Pengawas. Orang tua di depannya ini hanyalah hiasan, turut serta sebagai formalitas saja. Di belakangnya, terdapat seorang pria yang duduk di atas kursi tandu, ia adalah Zhuang Mohan, satu-satunya tamu kehormatan yang diperbolehkan oleh pihak istana untuk menginap di istana kerajaan;ialah yang sebenarnya memimpin delegasi ini.     

[1] Seorang pasifis seseorang yang menolak untuk terlibat dalam tindakan kekerasan untuk alasan apa pun.     

[2] Marquis adalah gelar kebangsawanan di atas count dan di bawah pangeran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.