Sukacita Hidup Ini

Berita yang Mengejutkan tentang Lord Yan di Utara



Berita yang Mengejutkan tentang Lord Yan di Utara

0Fan Xian tidak punya waktu untuk menjelaskan. "Aku ngomong; kamu gambar," perintahnya sambil tersenyum. Tidak ada waktu untuk menggiling tinta. Dia mengambil kuas bulu angsa, mencelupkannya ke dalam tinta, dan memberikannya kepada adiknya. Dia menutup matanya rapat-rapat dan mulai mengingat tata letak jalan rumit yang telah dia lewati di kompleks istana kerajaan.     
0

Semakin lama ia menggambar, wajah Fan Ruoruo semakin pucat. Fan Xian juga terlihat semakin pucat saat dirinya memutar otak, berusaha keras untuk mengingat-ingat tata letak kompleks istana. Wajah si kakak maupun adik menjadi seputih lembaran kertas. Dengan susah payah, Fan Ruoruo membuat peta kompleks istana kekaisaran. Akhirnya, ia pun tidak tahan lagi dan bertanya, "Kakak, kamu sadar bukan, bahwa ini adalah konspirasi pengkhianatan?"     

Fan Xian menenangkan dirinya dan duduk di kursi, dia tidak terdiam untuk waktu yang lama. Dia telah menghabiskan waktu seharian di kompleks istana, berbasa-basi dengan para bangsawan dan mengamati tata letak jalan di istana, dan di akhir harinya disana, dia menghadapi sang Putri Sulung; itu semua telah membebani benaknya, dan untuk sementara waktu, Fan Xian tidak bisa bangkit dari keletihannya.     

Tentu saja Fan Xian memahami hukum yang berlaku di Kerajaan Qing. Dia tahu bahwa pihak istana tidak akan membiarkan seorang pun untuk membuat peta kompleks istana;ini untuk mencegah siapa pun masuk secara diam-diam dan melakukan pemberontakan terhadap pihak istana. Fan Xian membutuhkan peta ini karena dia sudah mempunyai rencana: malam itu, dia akan menyelinap ke dalam kompleks istana dan menemukan kunci dari kotak hitam peninggalan ibunya.     

Dia sebenarnya bisa menggunakan rute yang biasanya digunakannya untuk bertemu dengan Lin Wan'er, tapi itu terlalu berbahaya. Rute yang barusan dia rencanakan ini jarang dilewati bangsawan-bangsawan istana. Walaupun Wu Zhu telah memberitahu rute mana yang harus ditempuh Fan Xian, itu tidak akan berhasil - jika saja Fan Xian sendiri tidak berjalan melalui taman, dan menelusuri tempat-tempat tersembunyi yang ada di balik batu dan semak-semak, dia tidak akan bisa membuat peta yang baru dia buat hari ini, yang hasilnya jujur saja memuaskan.     

Fan Xian berdiri dan mengambil peta yang telah digambar adiknya dari meja. Meskipun adiknya mengambar dengan tergesa-gesa, Fan Xian mendapat ibahwa tulisan tangan Ruoruo masih terlihat rapi, dia pun mengelus kepalan Ruoruo dengan gembira. "Kita sudah selesai," katanya. "Ayo kita makan seafood di Yi Shiju."     

Mendengar omongan kakaknya, Fan Ruoruo pun menjadi marah. Ia merebut peta dari tangan kakaknya. "Kita sudah selesai? Apanya yang selesai!? Apakah kamu tahu betapa seriusnya ini? Ini tidak boleh dibiarkan. Aku akan memberi tahu Ayah."     

Fan Xian tertawa getir. Kedaulatan sang Kaisar benar-benar telah terukir di hati para penduduk Qing. Tentu saja, dia juga mengerti bahwa adiknya sangat khawatir dengan keselamatannya dan masa depan keluarga mereka. Jika ada yang tahu tentang peta istana yang diam-diam telah mereka buat, hubungan antara Keluarga Fan dan Keluarga Kerajaan akan rusak.     

"Jangan khawatir. Aku akan menyembunyikan ini, kemudian aku akan membakarnya. Tidak akan ada yang akan tahu." Fan Xian tersenyum sambil berusaha menghibur adiknya.     

Fan Ruoruo meneteskan air mata karena cemas. "Kakak, mengapa kamu menginginkan peta ini?"     

Fan Xian menghela napas. Dia menundukkan kepalanya dan menatap mata adiknya dengan tulus sembari berbicara dengan perlahan. "Karena ada sesuatu di istana yang aku inginkan."     

"Kamu ingin pergi ke istana untuk mencuri ..." Begitu terkejutnya Fan Ruoruo sampai-sampai ia ingin menjerit, namun ia segera menutup mulutnya.     

"Benar, tapi aku tidak akan mencuri," ucap Fan Xian dengan sungguh-sungguh, "karena benda yang akan aku ambil adalah milikku."     

Fan Ruoruo tertegun, namun segera kembali sadar. Sambil memikirkan maksud perkataan kakaknya, ia mencoba untuk berkata dengan jelas. "Apakah itu ... ada hubungannya dengan Lady Ye?"     

Fan Xian tersenyum. "Aku tidak bisa menyembunyikannya darimu." Kalimat itu dipenuhi dengan rasa tahu-sama-tahu antara kedua kakak beradik itu. "Tidak ada salahnya memberitahumu orang seperti apa kakakmu ini," lanjutnya, sambil tersenyum. "Meninju seorang anak berusia tujuh tahun, menendang seorang pria berusia 70 tahun, berdiri di atas kuburan dan melolong, orang-orang yang menolak untuk mematuhiku akan berdiri, dan hasilnya, tidak ada yang berani mengatakan apa pun. Haha."     

Meski ia masih merasa cemas, Ruoruo tersenyum. Lelucon kakaknya lumayan lucu, namun ia masih merasa lumayan khawatir. Dia tahu bahwa meskipun Fan Xian terlihat tampan dan lembut tetapi hatinya sedingin es, dan tidak dapat digerakkan oleh apa pun. Orang lain hanya bisa membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan sambil mendoakannya.     

"Sebenarnya, aku ini orang yang lumayan egois." Fan Xian menyadari kekhawatiran adiknya, dan tiba-tiba dia merenung. "Setiap kali ada sesuatu yang meresahkanku, aku selalu ingin memberitahumu. Mungkin itu terlihat seperti kepercayaan, tapi mungkin sebenarnya aku hanya ingin menemukan seseorang untuk ikut tertekan juga. Tapi aku tidak pernah memikirkannya sebelumnya. Bagimu, tekanan ini terasa berat, tetapi setidaknya aku masih dapat berbagi beban pikiran ini denganmu. Tetapi siapa yang akan kamu beri tahu? Dan mau kau beritahu apa orang itu? Bahwa ibuku adalah Lady Ye? Bahwa aku akan mencuri sesuatu dari istana?"     

Ruoruo menatapnya dengan perasaan gelisah. "Kepercayaan dan tekanan adalah dua hal yang saling bertolak belakang. Aku masih lebih suka kalau kakakku tidak menyembunyikan sesuatu dariku."     

…     

...     

Proses negosiasi masih berlangsung, dan upaya menggaris ulang perbatasan-perbatasan wilayah antara Qing dan Qi Utara benar-benar melelahkan. Awalnya, dengan analisis Fan Xian, para pejabat Kuil Honglu telah menarik garis keras dan beberapa kali hampir berhasil membuat para duta dari Qi Utara untuk menandatangani perjanjian. Tapi, karena beberapa alasan - mungkin sesuatu telah terjadi di dalam Kerajaan Qi Utara – para duta dari Qi Utara tanpa tahu malu menarik persetujuan mereka dan menolak untuk tanda tangan. Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu.     

Suasana konspirasi ini segera diketahui oleh Xin Qiwu dari Kuil Honglu yang sangat berpengalaman. Sore itu, setelah rapat berakhir tanpa membuahkan hasil apa pun, ia mengambil sebuah teko, melirik Fan Xian, dan mengisyaratkan kepada pemuda itu untuk mengikutinya keluar. Sepanjang jalan, para pejabat memberi hormat pada mereka berdua. Dengan agak kesulitan, mereka akhirnya tiba di tempat yang terpencil. Xin Qiwu menghela napas, ia terlihat agak lelah. "Tuan Fan, tidakkah anda merasa ada yang aneh?"     

Selama proses negosiasi itu berlangsung, Fan Xian selalu bersikap sepantasnya; mengamati sambil duduk diam bagaikan pajangan jendela. Meski begitu dia sudah terlibat dalam proses negosiasi sejak awal, sehingga dia menyadari ada yang aneh dengan perilaku para anggota delegasi dari Qi Utara. Jika mereka memang memiliki sesuatu yang dapat mereka tawarkan, mereka seharusnya segera mengungkapkannya, tidak bertele-tele menolak perjanjian tanpa alasan yang jelas. Dia berpikir sejenak, dan tiba-tiba mengerutkan keningnya. "Mungkin Qi Utara sekarang memikirkan cara bagaimana mereka bisa mendapatkan beberapa hal yang kita inginkan, agar mereka bisa mendapat kemudahan di meja negosiasi."     

Xin Qiwu menatapnya dan mengangguk. "Aku memikirkan hal yang sama. Jadi malam ini, aku akan bertemu dengan Yang Mulia dan memintanya untuk mengeluarkan dekret yang berisi tentang perintah kepada Dewan Pengawas untuk membantu tugas kita di Kuil Honglu. Aku tidak akan bisa beristirahat dengan tenang sampai aku bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Qi Utara."     

Fan Xian bersandar di pagar dan menyipitkan matanya sembari merenung. Apa yang diinginkan Qi Utara? Itu semua tidak masuk akal. Tiba-tiba, suatu pemikiran muncul di benaknya, dia memikirkan jaringan mata-mata Dewan Pengawas yang tersebar di Qi Utara. Dia memikirkan Yan Bingyun, yang telah bersembunyi di Qi Utara selama empat tahun.     

Namun Xin Qiwu tidak yakin akn apa yang sedang dipikirkan Fan Xian. "Aku akan pergi ke istana malam ini," katanya, "tetapi ada sedikit yang bisa aku dapatkan dari mereka secara terbuka. Wakil Duta Fan, kali ini kamu harus melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan."     

Fan Xian tersenyum dengan paksa. Jelas Xin Qiwu mengira bahwa ayahnya secara diam-diam membantunya untuk mendapatkan dokumen terakhir kali, tetapi hanya Kayangan yang tahu bahwa kekuatan yang diam-diam ayahnya miliki atas nama sang Kaisar adalah sesuatu yang bahkan Fan Xian sendiri tidak pernah tahu. Tetapi setelah berpikir sejenak, dia merasa bahwa dia perlu bertanya. Setidaknya dia bisa memastikan bahwa Yan Bingyun aman di Qi Utara.     

Malam itu, pada sebuah halaman tersembunyi, Fan Xian memanggil Wang Qinian dan menceritakan kekhawatiran Xin Qiwu. Raut wajah Wang Qinian yang segera berubah ketika Fan Xian selesai berbicara tidak terlihat sebagai pertanda yang baik.     

"Sudah delapan hari Dewan belum menerima surat dari burung gagak," ucap Wang Qinian dengan khawatir. "Ini merupakan informasi yang seharusnya tidak diketahui oleh orang setingkat Anda."      

Fan Xian tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan menanyakanmu bagaimana kamu bisa tahu hal itu. Aku hanya menginginkanmu untuk mengingatkan Dewan supaya mereka memastikan bahwa semuanya aman di Qi Utara."     

Wang Qinian menggelengkan kepalanya. "Semua koneksi terhubung pada satu titik. Jika satu saja terputus, akan sulit untuk mengembalikannya. Terlebih lagi, Tuan Yan adalah kepala para mata-mata yang ditugaskan Qi Utara. Jika sesuatu terjadi padanya, akan sulit untuk kembali menghubunginya..."     

"Bagaimanapun juga, aku ingin kamu mengingatkannya untuk tetap berhati-hati." Ada sedikit hawa dingin dalam tatapan mata Fan Xian. Dia tidak setuju jika dia harus mengorbankan seseorang demi kepentingan bangsa, khususnya Yan Bingyun, putra seorang pejabat tinggi yang menjadi mata-mata selama empat tahun, yang telah mengorbankan begitu banyak hal bagi negaranya. Fan Xian sekarang telah menganggap dirinya sebagai bagian dari Kerajaan Qing, dan bagian dari Dewan Pengawas. Dia menyadari bahwa dirinya mengagumi sosok Yan Bingyun, mata-mata yang belum pernah ditemuinya itu.     

Fan Xian memikirkan hal lain. Dia menatap Wang Qinian dengan tenang dan berkata "Ada sesuatu yang harus aku lakukan, tapi Dewan tidak boleh tahu. Aku harap kamu bisa membantuku."     

Wang Qinian menatapnya dengan sedikit bingung.     

"Kamu tidak bisa melaporkan ini kepada Direktur Chen," kata Fan Xian dengan tenang. Tapi Wang Qinian mendengar hawa dingin di belakangnya.     

"Baiklah." Dengan satu kata ini, Wang Qinian tahu bahwa ia telah mempertaruhkan nyawanya sendiri dan nyawa keluarganya di tangan pemuda yang tampak lembut namun kejam ini. Dan kalau soal Dewan Pengawas - Direktur Chen telah memerintahkannya untuk melakukan semua yang diperintahkan oleh Tuan Fan. Dia tidak mengatakan hal lain.     

Malam itu, sebuah berita buruk muncul. Sebjagian besar anggota jaringan mata-mata yang telah disebar oleh Dewan Pengawas di Qi Utara tetap bertahan tanpa ketahuan. Tapi tidak ada menduga bahwa pemimpin mereka, Yan Bingyun, bisa ditangkap hidup-hidup oleh penjaga istana di sebuah toko kain di ibukota Qi Utara!     

Hal semacam ini biasanya terjadi ketika seorang bawahan membuka mulut mereka sehingga jaringan mata-mata terlacak hingga ke kepalanya. Sangat jarang melihat mata-mata tingkat tinggi ditangkap dengan cara seperti itu. Agar hal seperti itu dapat terjadi, hanya ada satu kemungkinan - seseorang di jajaran petinggi Kerajaan Qing memiliki koneksi dengan negara asing.     

Tentu saja, berita bahwa Yan Bingyun telah ditangkap ini tidak dapat dibiarkan menyebar. Meskipun tidak diragukan lagi bahwa berita ini akan memberikan pukulan besar bagi nama baik Kerajaan Qing, itu tidak akan dilakukan Qi Utara. Qi Utara perlu menggunakan pemimpin mata-mata ini untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri, bukan sekedar untuk menghancurkan semangat musuh.     

Sebatas yang diketahui oleh birokrasi Kerajaan Qing adalah bahwa putra Yan Ruohai, kepala Biro Keempat dari Dewan Pengawas, telah meninggal empat tahun lalu. Tidak ada yang tahu bahwa dia telah dikirim ke Qi Utara oleh pihak istana.     

Selama beberapa hari berikutnya, siapa pun yang mengetahui peristiwa itu tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.     

Di dalam ruang rahasia di Kuil Honglu, Xin Qiwu menutup matanya sembari menyerahkan selembar kertas kepada Fan Xian. Fan Xian mengambilnya dan melihatnya. Itu adalah lukisan bergambar awan tipis yang melayang tinggi di atas dataran es. Salah satu perwakilan dari Qi Utara diam-diam menyelipkannya ke tangan Xin Qiwu dalam rapat negosiasi di hari itu. Raut wajah yang diperlihatkan duta itu saat dia memberikan lukisan itu, membuat Xin Qiwu ingin mengambil pedang milik salah satu penjaga dan menusuk orang duta yang kurang ajar itu.     

Yang tergambar didalam lukisan itu adalah es - bing, dan segumpal awan - yun. Tampaknya delegasi diplomatik dari Qi Utara sudah menerima kabar, dan sedang bersiap untuk bernegosiasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.