Sukacita Hidup Ini

Istana Kerajaan yang Mengerikan



Istana Kerajaan yang Mengerikan

0Langit timur sudah berwarna merah. Dari balik awan yang seolah masih tidur, matahari pun perlahan terbit dan menyinari kompleks bangunan terbesar di ibukota. Tembok-tembok istana, yang bahkan lebih merah daripada langit senja, seolah dengan diam-diam dan menakutkan sedang mengamati kerumunan orang di pusat keramaian kota. Fan Xian berada di antara kerumunan itu. Dia mendongak ke atas untuk melihat tembok istana lalu menunduk ke bawah untuk melihat gerbang, pemandangan itu membuatnya terbayang mulut semacam monster. Dia pun merasa sedikit gugup.     
0

Sama seperti setiap orang yang ada di dunia ini, Fan Xian benar-benar mengagumi sosok Yang Mulia Sang Kaisar. Tetapi kekaguman tidak sama dengan kepatuhan yang mutlak, dan tidak juga mewakili tidak adanya niat untuk membangkang. Mengenai hal itu, Fan Xian berbeda dari yang lain. Penjaga gerbang istana mengangguk dengan sedikit perasaan bangga setelah memeriksa semua orang, dan baru saat itulah Fan Xian diizinkan masuk.     

Hari itu penuh dengan formalitas. Kemarin, istana mengeluarkan panggilan yang ditujukan kepada pejabat dengan peringkat kedelapan. Fan Xian pun sibuk semalaman, dan dia bisa memperkirakan berapa banyak orang yang akan hadir. Seharusnya Fan Jian, ayahnya, tidak akan ada di sana. Hanya ada sedikit wanita di kediaman Fan, jadi kerabat jauh dari klan Fan yang ada di ibukota mengajukan diri untuk mendampingi Fan Xian.     

Fan Xian belum pernah melihat adegan seperti itu sebelumnya, sehingga Fan Jian menolak keinginan mereka. Akhirnya, diputuskan bahwa Lady Liu, Fan Ruoruo, dan sepasang pengasuh tua yang akan menemani Fan Xian ke istana. Kedua pengasuh itu berasal dari waktu neneknya Fan Xian tinggal di Danzhou. Mereka tahu benar semua aturan di istana. Fan Xian tidak mengira bahwa Lady Liu mau menemaninya. Namun, sejak masih muda, bibinya itu selalu tetap berhubungan baik dengan beberapa tokoh yang terhormat di istana, jadi Lady Liu lebih dari hanya sekedar tamu biasa. Dengan adanya wanita itu di sisinya, kunjungan Fan Xian ke istana kemungkinan akan berjalan jauh lebih lancar.     

Langkah kaki yang ringan namun kacau bergema di sepanjang terowongan. Terowongan itu panjang; bahkan sinar matahari senja hanya bisa menyinari setengah dari panjang terowongan sedangkan setengah sisanya tetap gelap. Hembusan angin dingin datang bertiup dan memaksa orang-orang untuk menutup mata mereka. Saat itu baru bulan September, tetapi hembusan angin ini memberikan mereka sedikit merasakan bagaimana suasana di akhir musim gugur kelak.     

Fan Xian diam-diam menyentuh ikat pinggangnya dan meraba-raba beberapa butir pil yang dia bawa, yang ukurannya lebih kecil dari biji kedelai. Fan Xian merasa yakin akan dirinya sendiri. Dia memahami bahwa keamanan di istana akan sangat ketat, itulah sebabnya dia tidak membawa busur silang dan belati miliknya. Tapi, yang diucapkan Wu Zhu telah terukir di benaknya. Walaupun istana adalah tempat yang teraman di dunia, Fan Xian masih memastikan bahwa dirinya masih memiliki beberapa cara untuk dapat melindungi nyawanya.     

Manusia adalah hewan yang aneh. Dan ketika mereka bersama-sama, mereka membentuk kawanan yang aneh pula. Saat berjalan di bawah tembok istana yang sepi, langkah kaki mereka mulai selaras, terangkat pada saat yang sama dan turun pada saat yang sama. Langkah kaki dari Kasim muda yang memimpin mereka juga seirama. Irama itu mirip seperti petikan senar ukulele.     

Fan Xian tiba-tiba merasa tidak senang dengan irama langkah kaki itu, sehingga dia memaksa dirinya untuk berhenti melangkah dengan seirama. Dia menarik lengan adik perempuannya dan berkata dengan suara yang pelan, "Aku sedikit gugup."     

Fan Ruoruo pun tersenyum dan berusaha untuk menyemangati kakaknya. Tetapi kasim muda itu berbalik sembari mengerutkan keningnya dan memperlihatkan raut wajah yang tidak senang ke arah mereka. Lady Liu berkata dengan lembut, "Istana tidak seperti tempat-tempat lainnya. Jagalah ucapanmu."     

Kasim itu tidak terlalu tampan, dan kerutan di keningnya hanya membuatnya tampak semakin jelek. Saat Fan Xian mendengar ucapan Lady Liu, untuk sesaat dia merasa bahwa dirinya adalah sosok yang penting. Di mana tempat ini? Tentu saja, Ini adalah istana kerajaan. Fan Xian tersenyum dengan paksa, dan tanpa diduga, Lady Liu lanjut berbicara, "Tapi kamu tidak perlu gugup. Aku sudah sering mengunjungi istana sejak aku masih kecil. Saat itu Kepala Kasim Hong sendiri yang memimpin tur keliling istana. Sekarang tugas itu diserahkan kepada kasim-kasim yang lebih muda. Hmm, betapa cepatnya waktu berlalu. "     

Saat dia mendengar ini, kasim muda itu tidak berani bergaya sok penting lagi. Dia berbalik badan dan mempercepat langkah kakinya. Pada awalnya ia mengira bahwa dirinya sedang memimpin beberapa rakyat jelata biasa, bukan orang-orang yang sering berkunjung ke istana.     

Kompleks istana itu sangat besar. Setelah keluar dari terowongan, para pengunjung dihadapkan dengan sebuah pekarangan yang luas. Matahari pagi tepat berada di atas Istana Taijin. Genteng kuningnya tampak berkilau, dan atapnya ditopang oleh pilar-pilar berukuran besar. Jalan setapak dari batu yang menjulur panjang ke istana tersebut menyerupai jalan putih yang menjulang menuju Bima Sakti. Seluruh pemandangan itu membangkitkan perasaan yang teramat khidmat bagi yang melihatnya.     

Fan Xian menyipitkan matanya sembari melihat gedung-gedung di depannya. Tiba-tiba, dia mulai bertanya-tanya apakah dirinya telah tiba di Kota Terlarang [1][1]. Mungkin karena ingatannya yang aneh itu, perasaan gugupnya menjadi sedikit berkurang. Setelah itu, Fan Xian akhirnya kembali menunjukkan sikapnya yang normal; hal yang sama dengan yang dirasakannya ketika dia pertama kali memasuki Kediaman Fan. Dengan senyum cerah tersungging di wajahnya, dia melihat-lihat para gadis dan kasim istana. Dia sesekali menatap ke atap dari beberapa bangunan yang tidak dia kenal sambil bertanya-tanya siapa yang tinggal di sana.     

Si kasim muda yang memimpin tur melihat ke arah Fan Xian sambil menggelengkan kepalanya. Lady Liu tersenyum tipis, seolah-olah ia tidak dapat berbuat apa-apa akan itu. Tuan Muda yang satu ini adalah macam orang yang tidak kenal takut.     

Alasan dari kunjungan hari ini sederhana: seorang pemuda berbakat yang terkenal seperti itu akan menikahi Chen'er. Para wanita di istana ingin melihat seperti apa tampangnya.     

Meski alasannya sederhana, prosesnya kelewat rumit. Rombongan dari Keluarga Fan harus bangun pagi untuk mandi dan berdandan. Kemudian, mereka harus tiba di istana tepat saat gerbang dibuka. Setelah itu, mereka harus menunggu di sebuah ruang tunggu untuk dipanggil oleh salah satu wanita istana. Mereka bisa menunggu, tetapi wanita-wanita dari istana itu bukan tipe orang yang akan melakukan hal yang sama.     

Fan Xian duduk di pojok ruang tunggu, sambil meminum teh berkualitas tinggi yang disuguhkan pihak istana. Karena di hari itu dia bangun pagi-pagi, dia masih merasa mengantuk.     

 Lady Liu memperhatikannya, dan dengan senyum di wajahnya ia berdiri. Ia berkata kepada kasim yang telah memimpin tur mereka, "Kasim Hou, lama tidak bertemu." Sembari berbicara, Lady Liu memberi kasim itu satu taek perak.     

Fan Xian tersenyum, saat dia memperhatikan hal itu secara diam-diam. Cara seperti itu pasti merupakan pengaruh dari ayahnya; membuka jalan dengan uang.     

Namun anehnya Kasim Hou justru terlihat gelisah. Dia berkata dengan sopan, "Lady Fan, anda lebih baik menampar wajah saya. Anda tumbuh besar bersama-sama dengan tuan-tuan dan nyonya-nyonya di istana. Bagaimana mungkin seseorang seperti saya dapat menerima santunan dari Anda?"      

Lady Liu pun tidak bisa menahan tawanya, "Ini hanyalah hadiah. Apa yang kamu takuti?"     

Kasim Hou terkekeh, memperlihatkan kerutan di wajahnya. Dia berkata dengan suara yang pelan, "Para tuan tahu bahwa anda akan datang hari ini, jadi mereka sama sekali tidak berniat untuk membuat anda menunggu. Percayalah. Ini karena masih terlalu pagi. Mereka kemungkinan besar masih mandi sekarang. Silahkan, duduklah."     

Telinga Fan Xian berkedut ketika dia mendengar kata-kata 'Lady Fan'. Sepertinya istana tahu apa alasan Lady Liu dapat menjadi istri resmi Count Sinan. Setelah mendengar bahwa orang-orang di istana masih mempersiapkan diri di pagi hari, Fan Xian tersenyum getir. Dia merasa bahwa rombongannya datang terlalu pagi.     

Count Sinan telah membuat keputusan yang bijak saat dia menyuruh agar Lady Liu untuk mendampingi Fan Xian. Jauh sebelum aktivitas pagi dimulai, tiga orang anggota keluarga Fan sudah memasuki istana belakang. Kedua pengasuh tua yang mengikuti mereka menunggu di luar. Setidaknya mereka memiliki teh dan air yang baik. Mereka terbiasa dengan tradisi di dalam istana semacam ini, jadi mereka tahu apa yang harus mereka lakukan untuk tetap sibuk.     

...     

Pertama, mereka bertiga mengunjungi Yi Guipin. Wanita itu adalah ibu kandung dari Pangeran Ketiga. Dia adalah seorang wanita yang berbakat, itulah sebabnya dia mendapatkan gelar Guipin. Fan Xian berperilaku dengan sangat sopan, dia memberi hormat pada wanita itu, lalu mendengar suara lembut: "Silakan berdiri."     

Yi Guipin ini memiliki sikap yang sederhana, meski begitu ada sesuatu yang lebih dari dirinya, sesuatu yang berbeda dari harapan Fan Xian bahwa dia adalah wanita yang kelewat anggun. Yang lebih tidak terduga lagi, Lady Liu mulai menangis saat ia melihat Yi Guipin. Setelah bertukar salam, mereka berdua membuang sikap formalitas dan saling menjalinkan tangan tanpa mengatakan apa-apa. Fan Xian menatap adiknya dengan bingung, tetapi ekspresi wajah Ruoruo tetap tenang dan tidak terkejut.     

Baru setelah sesaat mendengarkan percakapan mereka, Fan Xian menyadari bahwa Yi Guipin ini adalah adik sepupu Lady Liu!     

Fan Xian merasa sangat terguncang karena sekarang dia menyadari betapa dalamnya aliran garis keturunan Liu. Dia merasa beruntung karena telah memutuskan untuk memenangkan hati Lady Liu setelah tiba dia ibukota, dan bahwa Lady Liu memperlakukan dirinya dengan agak baik. Andai kata terjadi konflik serius diantara mereka berdua, tidak ada yang tahu pihak mana yang akan mati!     

"Kamu tidak pernah mengunjungiku." Ucap Yi Guipin sembari menyeka air matanya. "Sudah empat tahun; Bisa-bisanya kamu meninggalkanku sendirian di istana. Terakhir kali aku sampai terkena masalah karena mendapatkan izin untukmu masuk ke istana, tapi kamu malah menolaknya. Aku merasa sangat putus asa."     

Kesedihan pun terlintas di raut wajah Lady Liu. Ia terdiam selama beberapa saat sebelum berkata dengan pelan, "Ini salahku. Ini semua salahku."     

Lady Liu sama sekali tidak menatap Fan Xian, namun dia memperhatikan bahu wanita itu yang lumayan kurus. Setelah mendengar 'empat tahun', Fan Xian langsung teringat kembali tentang upaya pembunuhan terhadap dirinya di Danzhou dulu. Berdasarkan apa yang dikatakan ayahnya, Lady Liu hanyalah kambing hitam. Pelaku sebenarnya adalah dua wanita yang dianggap "paling mulia" di istana. Lady Liu belum pernah ke istana selama empat tahun terakhir. Mungkinkah ini karena dua wanita yang paling mulia itu?     

"Mulai sekarang aku akan lebih sering berkunjung." Lady Liu tersenyum hangat seraya menggenggam tangan Yi Guipin. "Aku sudah datang hari ini, bukan?"     

Yi Guipin tertawa dan berkata dengan santai, "Jika bukan karena pernikahan Tuan Muda dari keluargamu dengan gadis kesayangan istana, bagaimana mungkin aku berharap bisa bertemu denganmu lagi?" Dia kemudian berbalik ke arah Fan Xian dan bertanya dengan lembut, "Jadi, kamu adalah Fan Xian?"     

Fan Xian segera berdiri dan tersenyum dengan ramah. Dia menyapanya dengan berkata, "Bibi Liu, saya datang untuk memberi hormat."     

Ucapan itu sangat tidak pantas! Para kasim dan gadis-gadis istana semuanya tercengang. Bahkan Lady Liu pun terkejut, dia berpikir "Aku bukan ibumu." Tapi tanpa rasa malu sedikit pun, Fan Xian terus berusaha membangun hubungan dengan Yi Guipin. Untungnya, sikap tidak tahu malunya ini disukai oleh Yi Guipin yang telah bosan dengan formalitas di istana.Wanita itu pun menatap Fan Xian dengan menyungging senyum yang berseri-seri di wajahnya. "Aku tahu kamu ini anak yang sangat baik."     

[1] Kota Terlarang (bhs. Inggris: Forbidden City) adalah kompleks istana kekaisaran yang terletak di Beijing. Tempat ini sempat digunakan oleh dinasti Ming hingga Qing sebagai pusat kekuasaan kekaisaran mereka. Sekarang Kota Terlarang dijadikan museum dan situs warisan budaya internasional oleh UNESCO.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.