Sukacita Hidup Ini

Mencari Tunangannya



Mencari Tunangannya

0Di dalam ruang belajar Count Sinan, tidak ada tanda-tanda bahwa intrik yang melibatkan penghuni istana sedang dibahas.     
0

Count Sinan pun tersenyum. Pikirnya, meskipun anak ini pintar, dia memiliki pengalaman yang kurang dalam pertarungan politik. Tampaknya Count Sinan harus perlahan mengajarinya. "Yang Mulia tidak akan sembarangan menjatuhkan keputusan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja, dia tidak ingin bertengkar dengan putranya, jadi gunakan masalah ini untuk menggertak para pengikut sang Ratu."     

Pengikut sang Ratu? Tampaknya mereka adalah sang Ratu, Putra mahkota, Putri Sulung ... dan mungkin Perdana Menteri. "Yang Mulia harus menemukan cara yang lebih baik untuk menyelesaikan perselisihan ini. Seperti yang tadi kukatakan, seluruh harta kekayaan negara selalu diawasi dan dikelola oleh Dewan Pengawas. Mengapa dia memilih aku?"     

"Jawabannya sederhana." Count Sinan memandang Fan Xian seolah-olah dia melihat anaknya itu dari kejauhan, dan seolah-olah ia sedang melihat orang lain. "Karena aku yang mengusulkan kepadanya."     

Fan Xian mengangkat alisnya. Dia tahu ayahnya tidak akan menjelaskan lebih lanjut, jadi dia mengganti topik pembicaraan. "Jadi mengapa Chen Pingping menentang pilihan ini?"     

"Karena dia menyarankan Kaisar untuk tidak memilihmu," kata Count Sinan. "Chen Pingping selalu merasa bahwa kamu harus memilih jalan yang berbeda."     

Direktur utama Dewan Pengawas ternyata peduli padanya! Fan Xian tiba-tiba teringat prasasti batu di dekat pintu masuk gedung Dewan Pengawas. Dia tidak bisa menahan rasa curiga yang selama ini dipendamnya. "Kenapa ... di dekat pintu masuk Dewan Pengawas ..."     

"Mengapa nama ibumu ada di sana? Itu pun sederhana. Ketika Kerajaan Qing didirikan, saat itu belum ada Dewan Pengawas. Ibumu yang menyaran dewan itu dibentuk..." Count Sinan tersenyum, ia tampak sangat bahagia. "Jadi itulah alasannya kita berhubungan dekat dengan Dewan Pengawas."     

Jantung Fan Xian berdebar kencang. Mulutnya menganga dan dia terlihat kebingungan untuk waktu yang lama. Dia teringat sebuah ungkapan dari kehidupan sebelumnya - "Dan Tuhan bersabda, munculah cahaya." Dan cahaya pun muncul seketika!     

Mereka pun lanjut berdikusi. Fan Xian akhirnya tahu seberapa hebat kekuatan yang dimiliki oleh keluarga Ye. Ketika ekspedisi militer Kerajaan Qing menuju barat dan timur membuat kerajaan hampir bangkrut, keluarga Ye lah yang telah membuat sistem politik negara yang rusak menjadi lebih stabil. Dan berdirinya Dewan Pengawas yang ditujukan sang Kaisar untuk "menyatukan" kerajaan - yang sangat mengejutkan birokrasi - adalah ide dari ibunya. Ibunya juga menggunakan kekayaannya sendiri untuk mendukung pembentukan Dewan Pengawas. Semua itu telah ditangani dan disediakan oleh ibunya, tanpa bantuan orang lain.     

Tidak heran namanya tertulis di pintu masuk gedung Dewan. Tidak heran Fan Xian berada di bawah pengawasan Dewan sejak kecil. Fan Xian menatap ayahnya untuk waktu yang lama sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya. "Ayah, aku harus memberitahumu sesuatu. Tolong jangan marah."     

"Jangan khawatir. Kapan aku pernah marah padamu?" Count Sinan tampaknya telah menduga apa yang akan dikatakan anaknya. Ada sebuah senyum aneh yang nampak di wajahnya.     

Fan Xian berusaha menyusun kata-kata. Tidak lama kemudian, dia berhasil memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Dia pun tersenyum pahit. "Aku tidak yakin ... bagaimana ibuku dapat jatuh cinta padamu."     

"Haha, jangan lupa dengan nama ibumu ..." Count Sinan tampak lebih bahagia daripada tahun-tahun sebelumnya. Dia melambaikan tangan dan menyuruh Fan Xian untuk keluar dari ruang kerjanya.     

Fan Xian berjalan ke halaman. Apa artinya semua itu tadi? Tiba-tiba, dia mengerti. Ye Qingmei, Ye Qingmei ... merendahkan para pria di negeri ini.     

"Apakah ayah tidak mengomelimu?" tanya Fan Ruoruo penuh kekhawatiran. Ternyata ia dan Fan Xian memang berbeda. Kesamaan terbesar mereka adalah bulu mata yang panjang dan kulit yang putih.     

Fan Xian tersenyum pahit. "Omelan bukanlah bagian terburuk dari pendidikan. Bagian terburuk adalah pertukaran pikiran yang memakan waktu lama lama. Orang tua selalu berpikir bahwa mereka harus membincangkan gagasan ini dan itu dengan anak-anak mereka, tetapi mereka tidak tahu betapa membosankannya omongan macam itu ... Saat kamu masih muda, kamu akan terjebak dalam selubung kebosanan ini. "     

Fan Xian baru terpikirkan hal itu saat melewati paviliun tamu. Dia memperhatikan wajah tidak sabar Fan Sizhe saat bocah itu diomeli Lady Liu. Ketika Lady Liu melihat Fan Xian, ia terdiam, lalu Fan Xian dengan santai membawa Fan Sizhe.     

Fan Ruoruo menghela nafas. "Sudah tidak bisa di apa-apakan lagi." Ia tiba-tiba teringat keramaian yang terjadi selama pengadilan berlangsung. "Xian," dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Dulu kamu pernah bilang kalau misal kamu melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan, pasti ada alasan yang jelas dan kuat di balik tindakanmu. Pasti ada alasan mengapa kamu pergi ke pengadilan hari ini."     

Fan Xian pun mengangguk.     

Fan Ruoruo tidak bertanya apa alasannya. Sebaliknya, dia bertanya yang lain. "Apakah kamu mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginanmu?"     

Fan Xian pun tertawa. "Aku cukup puas. Setidaknya sekarang aku tahu Ayah memihak kemana di dalam istana kekaisaran. Dan sekarang aku juga tahu bahwa keluarga Fan memiliki pengaruh yang besar di antara para penghuni istana, bahkan lebih dari yang aku bayangkan sebelumnya. Kalau soal alasannya; kamu bisa coba tebak. Aku tidak tahu nanti hasilnya seperti apa. Lagipula, aku tidak bisa berubah menjadi nyamuk dan menguping pembicaraan para petinggi di istana. "     

"Kamu tidak perlu mengambil resiko hanya untuk itu," tegur Fan Ruoruo.     

Fan Xian tersenyum saat dia menjelaskan hal-hal ini padanya. "Ngomong-ngomong, dengan aku mendapat idu untuk memukuli si bajingan Guo itu, aku telah mengetahui rahasia-rahasia yang ada di ibukota."     

"Hei! Aku tidak mengerti!" Fan Sizhe, yang telah ikut mendengarkan selama mereka berbicara, tidak bisa berdiam diri lagi.     

Fan Ruoruo tersenyum sambil mengacungkan pengarisnya. "Aku akan dipukul hanya karena aku tidak mengerti?" sembur Fan Sizhe. Senyum di wajah Fan Ruoruo menjadi lebih lebar. "Aku sudah berkali-kali bilang, kamu harus memanggilnya 'kakak'."     

"Aku minta maaf atas kesalahanku, kakak." Fan Sizhe masih muda, tetapi cara berpikirnya yang tidak jujur ​​membuatnya terhindar dari malapetaka.     

Fan Xian menatapnya dan tertawa. "Aku melihat proposal yang sudah kamu revisi. Aku rasa kamu punya bakat. Bagaimana bisa kamu bilang kalau kamu tidak mengerti apa yang aku bicarakan dengan kakakmu?"     

"Selubung dan pendidikan," dia berseru dengan marah, "siapa yang mengerti jika kamu menggunakan kata-kata yang aneh seperti itu? ... Tapi aku mengerti bagian terakhir. Hei ..., m-maaf,maksudku Kakak, si cecunguk Guo yang menyerangku di restoran itu. Kau seharusnya memukulnya saat itu juga, kenapa harus menunggu sampai malam? ... Tetapi sudahlah. Lain kali saat kamu ingin pergi bersenang-senang dan mengacau, ayo ajak aku. "     

Fan Xian menatapnya dan tersenyum dengan pahit. Mungkin dia tidak akan begitu sering terlibat masalah besar jika adik laki-lakinya ini tidak berlagak seperti tiran kecil di jalanan.     

Ketika sepasang kakak beradik itu lanjut mengobrol, mereka tidak mengabaikan Fan Sizhe yang memutar-mutar matanya di sebelah mereka. Ini sudah menjadi keputusan Fan Xian. Pada satu sisi, dia menggunakan perbincangan ini agar Lady Liu tahu apa yang dia pikirkan. Ini agar tidak muncul konflik antara Lady Liu dan dirinya hanya karena suatu kesalahpahaman. Persis seperti Tiongkok dan Amerika Serikat yang saling bertukar informasi militer di kehidupannya yang sebelumnya - kedua belah pihak akan mengirim atase untuk mengamati semua manuver militer yang dilakukan oleh pihak lawan. Fan Sizhe secara tidak langsung menjadi atase itu. Namun di sisi lain, dia ingin secara perlahan mendidik adik lelakinya yang keras kepala ini ... Fan Xian percaya bahwa hubungan yang baik antara ketiga anak keluarga Fan secara tidak langsung dapat membawa pengaruh baik terhadap kebiasaan-kebiasaan mereka. DIa juga percaya hubungan yang baik dapat membuat mereka mempertimbangkan berbagai hal dengan lebih jelas sebelum membuat keputusan.     

Setelah Fan Sizhe pergi tidur, Fan Xian menoleh ke adik perempuannya. "Apakah semuanya sudah siap?"     

Fan Ruoruo mengangguk dan tersenyum dengan manis. "Bagaimana jika seseorang mengenalimu? Jika orang-orang di ibukota tahu bahwa kamu begitu khawatir akan penampilan calon istrimu, mereka akan tertawa terbahak-bahak ... dan itu mungkin banyak orang juga yang akan merasa tidak senang."     

"Tidak masalah." Dengan perasaan sedikit kesal, Fan Xian mengabaikan saran adiknya. "Aku harus mengetahui seperti apa dia."     

Esoknya di pagi hari, kereta kuda milik keluarga Ye, kepala garnisun penjaga kota, berhenti di gerbang kediaman Count Sinan. Di dalam kereta itu duduk Ye Ling'er yang menunggu dengan gelisah. Setelah beberapa saat, Fan Ruoruo menuntun seorang pemuda berwajah pucat dan berbadan sedikit bungkuk keluar dari kediamannya. Mata Ye Ling'er pun berbinar-binar dan ia menyapa pemuda itu.     

Ye Ling'er membungkuk dengan hormat. "Terima kasih atas usahamu, Nona Fan." Kemudian dia menoleh ke pemuda yang bungkuk itu dan tersenyum. "Tuan, apakah anda murid dari Tuan Fei?"     

Pria muda itu tertawa. Kulitnya kuning dan pucat seperti kerutan dis ekitar matanya. Sepertinya ada yang aneh dengan orang ini. Dia membalas hormat kepada Nona Ye Ling'er. "Itu benar," jawabnya.     

"Saya minta maaf telah merepotkan anda, Tuan," kata Ye Ling'er.     

Dokter muda itu tertawa. "Jika penyakit ini parah," jawabnya dengan sopan, "sebaiknya kita segera pergi."     

Ye Ling'er dan Fan Ruoruo masuk ke kereta depan, dan dokter muda itu masuk ke dalam bagain belakang kereta. Dia mendapati bahwa ternyata ruang di dalam kereta itu cukup luas. Ini lumayan berbeda dengan kereta yang biasanya terlihat di ibukota, dan bagian dalamnya dihiasi dengan banyak ornamen-ornamen. Sepertinya meskipun terlahir dari medan perang, Keluarga Ye ternyata mempunyai selera yang tinggi. Tentu saja, dokter muda itu sebenarnya adalah Fan Xian. Tadi pagi, dengan menggunakan pensil alis dan krim fondasi [1][1] milik Ruoruo, dia telah mengubah penampilannya. Ini hanya satu dari sekian banyak trik yang telah dia pelajari dari Fei Jie saat dia masih kecil, namun hasilnya terlihat meyakinkan.     

Dia cukup percaya diri karena meskipun reputasinya mulai tersebar di ibu kota, tidak banyak orang yang pernah melihat wajahnya. Setidaknya, baik Ye Ling'er maupun Nona Lin tidak pernah bertemu langsung dengannya. Begitu dia memikirkan Nona Lin yang akan segera dia temui jantungnya berdetak kencang. Tidak peduli apa yang akan direncanakannya setelah itu, Nona Lin merupakan tunangannya. Dan gadis berpakaian putih yang masih melekat dalam benaknya juga berasal dari keluarga bangsawan. Dia berharap bisa menjadikan mereka sebagai istri dan selir, tapi hal itu mustahil. Sepertinya dia harus membuat pilihan.     

Saat kereta kuda itu berjalan, Fan Xian menjadi semakin gugup, karena kereta itu menuju ke istana kekaisaran, di mana Nona Lin - tunangannya - tinggal. Hari ini, dia berpura-pura menjadi dokter, benar-benar situasi yang tidak masuk akal. Tapi dia memikirkan paha ayam, lalu dia memikirkan keluarga Ye. Dan juga seorang istri yang akan menemaninya di saat tidur sepanjang hidupnya. Fan Xian merasa gelisah dan agak takut, tetapi pada saat yang sama juga tidak tahu malu. Dia merasakan perasaan yang sama seperti saat dia pertama kali tiba di ibukota. Dia harus melihatnya sendiri. Apakah dia lucu? Apakah dia imut? Apakah dia seorang lolita?     

[1] Krim fondasi (ing. foundation cream) adalah krim dalam berbagai warna kulit (gelap, terang, putih) yang digunakan dalam tata rias.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.