Sukacita Hidup Ini

Lewat Jendela



Lewat Jendela

0Bunyi gendang para petugas ronda malam dapat didengar di malam musim semi itu. Saat itu adalah waktunya ayam-ayam jantan berkokok - waktu yang tepat untuk para penyamun untuk menyelinap.     
0

Sesosok bayangan terlihat jatuh ibarat daun dari dinding belakang rumah Fan. Sosok itu mendarat di atas tanah tanpa mengeluarkan suara apa pun dan dengan cepat hilang dalam kegelapan. Bayangan itu tidak lain adalah Fan Xian. Saat dia meraba-raba mencari arah dalam kegelapan, di dalam hatinya dia merasa kecewa. Tidak ada qinggong di dunia ini yang dapat membuatnya melompat sejauh 10 meter dalam sekali lompatan; setiap kali dia memanjat tembok, badannya selalu dikotori oleh debu.     

Meskipun ibukota adalah kota yang kaya dan makmur, tidak banyak tempat yang terang di malam hari.Penerangan hanya ada pada tempat-tempat seperti Gang Wanong, di mana terdapat pasar malam serta berbagai macam pertunjukan. Daerah sungai juga diberi penerangan, agar para penumpang dapat naik ke perahu. Namun sebagian besar jalan-jalan lainnya gelap. Sesekali terlihat cahaya redup dari rumah warga, yang memancar melalui celah-celah di pintu rumah dan mewarnai jalan berlapis batu di depannya.     

Fan Xian berlari, menyusuri jalanan dalam kegelapan. Angin malam yang sejuk menyentuh pipinya yang terasa seperti agak terbakar, membuatnya merasa segar dan bersemangat. Setelah beberapa saat, dia pun tiba di kompleks kerajaan, di jalan gang sama yang barusan dia datangi di waktu siang hari. Saat Fan Xian melihat sebuah bangunan yang berdiri agak jauh di ujung halaman, dia mengerutkan keningnya — pasti ada penjaga istana yang mondar-mandir di situ. Menurut Wu Zhu, neigongnya ada di tingkat ketujuh, dan pengendalian neigongnya berada pada tingkat ketiga. Jika dia ingin masuk tanpa diketahui para penjaga yang sangat terlatih itu, dia harus lebih berhati-hati.     

Fan Xian harus bertemu dengan Nona Lin tidak peduli apa pun halangannya. Fan Xian harus mengungkapkan identitasnya kepada gadis itu; siapa yang akan dinikahi gadis itu, dan yang paling penting, penyakit apa yang diderita gadis itu.     

Suasana di malam itu sangat hening. Dentuman gendang peronda baru saja terdengar, sehingga ada beberapa waktu sebelum suara dentuman itu terdengar lagi. Yang ada hanyalah bunyi beberapa ekor katak yang terdengar dari kejauhan. Fan Xian berdiri tanpa bersuara di belakang dinding, dia mengatur zhenqi-nya, lalu membiarkan kekuatan itu perlahan-lahan mengalir ke seluruh tubuhnya. Dengan menggunakan xueshan yang terletak di belakang pinggangnya sebagai pusat kendali, Fan Xian dapat dengan sempurna mengendalikan segenap otot-ototnya dan kesadarannya.     

Fan Xian tidak tahu apakah Wu Zhu sedang mengawasinya, tetapi dia sadar kalau tidak bisa mengandalkan Wu Zhu selamanya. Terlepas dari seberapa kuat Wu Zhu, pria buta itu tidak bisa senantiasa melindunginya; bahkan ibunya, Ye Qingmei, bisa terbunuh pada saat itu. Sambil menyeka keringat di telapak tangannya dengan bersemangat, Fan Xian mencari bagian dinding yang paling tidak mencolok. Zhenqi perlahan merembes keluar dari titik tengah telapak tangannya dan dengan ajaib mengalir kembali di tepian telapaknya, menciptakan semacam tonjolan. Sama seperti saat dia memanjat tebing di Danzhou, tangannya dapat dengan mudah menempel di dinding. Fan Xian perlahan naik.     

Dinding itu tingginya lebih dari enam meter; orang biasa, sehebat apapun, tidak akan mampu melompati dinding itu. Terlebih lagi, permukaan tembok itu halus, tidak ada titik tumpuan yang dapat digunakan untuk memanjatnya. Oleh karena itu, tempat ini tidak dijaga terlalu ketat. Tidak ada orang yang akan menduga bahwa spider-man akan datang berkunjung malam ini.     

Setelah mendaki sampai berada di atas tembok, Fan Xian menyeka keringatnya dengan satu tangan sementara tangan yang lain berpegangan dengan kencang pada tembok. Mengapa dia harus mengambil banyak risiko ini hanya untuk bertemu calon istrinya? Tapi sekarang bukan saatnya untuk menyerah. Dia menengadahkan kepalanya dan melihat bulan sabit yang perlahan mulai ditutupi oleh awan. Munculnya kesempatan ini membuatnya bersemangat.     

Begitu cahaya bulan meredup, Fan Xian melompat turun ke halaman dan bergegas masuk ke dalam semak-semak lebat ibarat seekor macan tutul. Tersembunyi dibalik semak-semak lebat itu, dia kemudian berlari ke depan secepat kilat. Hebatnya, dia melakukan semua itu tanpa mengeluarkan suara, semua berkat latihan berat dari Wu Zhu di Danzhou dulu.     

Dia beruntung karena saat itu tidak banyak penjaga yang ada di halaman. Waktu menunjukkan hampir jam 12 malam, sehingga penjagaan di sana menjadi lebih longgar. Dari suara yang terdengar, sepertinya masih ada orang yang belum tidur di gerbang depan, namun tidak di halaman tidak ada penjaga yang berpatroli. Fan Xian menghela napas lega. Dia dengan hati-hati berjalan ke gedung itu, dan mendapati bahwa semua lampu disana telah padam. Fan Xian bertanya-tanya apakah Nona Lin sudah tidur.     

Pintunya terkunci. Selain itu, ada kemungkinan obat pencahar yang diminum wanita tua itu saat siang hari masih bekerja, sehingga dia bisa bangun kapan saja. Sambil tersenyum saat teringat hal itu, Fan Xian akhirnya menyerah untuk mencoba masuk lewat pintu dan memutuskan untuk berjalan memutar. Setelah memusatkan segenap kekuatannya pada sepasang tangannya, dia memanjat atap teras kayu. Begitu berada di atas atap, dia mendapati bahwa kamar di lantai 2 menjorok keluar sepanjang setengah meter. Fan Xian menghembuskan napas dan mulai memusatkan kekuatan pada jemari tangannya. Dia mengaitkan jari telunjuk dan jari tengahnya pada tepi dinding yang menjorok keluar itu. Lalu dia menggantungkan dirinya di udara. Menggunakan kekuatan otot-otot perutnya, dia bergoyang dan melompat ke atas seperti kelelawar, menempel dengan erat di jendela.     

Fan Xian percaya bahwa Nona Lin pasti memahami ucapannya saat siang hari tadi, sehingga dia dengan percaya dirinya menarik jendela kamar ... tapi jendela Itu tidak bergerak. Dia mencoba menariknya sekali lagi dengan lebih kuat ... Jendela itu masih tidak bergerak!     

Lin Wan'er sudah berbaring di tempat tidur, tetapi dia tidak bisa terlelap. Dia menggenggam ujung selimutnya dan matanya terbuka lebar dalam kegelapan. Sambil menatap langit-langit tempat tidurnya, ia memikirkan sesuatu.     

Tiba-tiba Lin Wan'er mendengar suara dari luar. Ia seketika merasa gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa; ia tidak mengira bahwa pemuda itu akan begitu berani menyelinap ke kompleks kerajaan di tengah malam. Ia berniat memanggil seseorang untuk datang, namun mengurungkan niatnya. Jika benar-benar ada penjaga yang datang, pemuda tampan itu pasti akan mendapatkan hukuman mati. Tidak tahan memikirkan hal itu, Lady Lin hanya bisa menggigit bibir bawahnya.     

Dia menghibur dirinya sendiri dengan berpikir bahwa keputusannya untuk menutup jendela adalah keputusan yang benar. Ia berpikir, jika pemuda itu tidak bisa masuk, dia akhirnya pasti akan menyerah dan pergi dengan sendirinya. Sehingga, ia tidak perlu berhadapan dengan situasi yang tidak diinginkan, dan pemuda itu akan terhindar dari hukuman istana kerajaan.     

Sayangnya, situasi itu tidak berjalan sesuai keinginannya. Jendela didorong terbuka dengan bunyi berderit. Seorang pemuda muncul, dia berpakaian hitam sambil memegang belati tipis yang juga dicat hitam. Melihat pemandangan ini dari balik tirai tempat tidurnya, Lin Wan'er hampir berteriak, namun saat ia melihat wajah pemuda itu — wajah yang pernah dilihatnya di kuil, di bawah meja dupa — ia tidak jadi berteriak.     

Fan Xian bergerak cepat, dia menutup jendela dan berjalan mendekat ke tempat tidur. Dia lalu mengangkat tirai, dan sebuah aroma wangi yang samar mulai memenuhi isi ruangan.     

Lin Wan'er sebelumnya merasa mengantuk, tetapi setelah mencium aroma itu ia menjadi terjaga. Sekarang ia sadar bahwa pemuda ini telah menyalakan dupa tidur sebelumnya. Ia meras terkejut, dan bertanya-tanya apakah pemuda itu adalah salah satu dari "mereka" yang sering ia dengar ... Jangan-jangan dia ini pemerkosa?     

Ketika hatinya mulai dipenuhi oleh rasa penyesalan, dia membuka mulutnya, hendak berteriak!     

Fan Xian tidak menduga hal ini, dia justru berharap dapat dengan senang membangunkan gadis yang terlelap itu. Melihat Lin Wan'er terbangun dengan raut wajah ketakutan dan mulut yang berteriak, dia segera kembali tersadar. Dia meletakkan satu lututnya di tempat tidur dan tangannya ke mulut Lin Wan'er.     

Bibir lembut Lin Wan'er menyentuh telapak tangannya, membuatnya merasa geli.     

"Jangan berteriak." ini adalah pertama kalinya Fan Xian menyelinap masuk ke dalam kamar seorang gadis atas nama cinta. Jelas dia tidak berpengalaman dalam hal ini. Dia berkata dengan gelisah, "Ini aku, aku. Ini aku."     

Lin Wan'er tampaknya sadar bahwa pemuda ini tidak ada niat jahat. Ketakutannya perlehan mereda. Fan Xian menurunkan tangannya dan berkata dengan suara pelan, "Tidak perlu berteriak."     

Lin Wan'er tiba-tiba teringat tentang bau dupa yang diciumnya dan ia pun bertanya dengan panik, "Apa yang kamu lakukan pada pelayananku?" Pelayan itu tidur dengan pulas di dekat mereka dan tidak terbangun. Fan Xian menjelaskan, "Tidak apa-apa. Dupa itu hanya menenangkan pikiran dan tidak membahayakan tubuh, hanya membuatnya tertidur."     

Lin Wan'er sedikit lega. Melihat wajah pemuda yang tersenyum di depannya, Lin Wan'er merasa senang, tetapi sekaligus takut. Siapa sebenarnya dia? Mendapati Lin Wan'er ketakutan, Fan Xian berkata, "Jangan takut, aku adalah dokter yang tadi. Bukankah aku sudah bilang akan mampir malam ini?"     

Lin Wan'er tersenyuman licik, "Bukannya kamu menyuruhku untuk menutup jendela dengan rapat?" Saat melihat senyuman gadis cantik di depannya, hati Fan Xian berdebar; saat melihat bibirnya, benak Fan Xian jadi terisi beberapa ide-ide. Namun seketika itu, dia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya.     

Itu adalah sebilah pedang pendek yang memantulkan sinar bulan dengan dingin. Gagangnya ada di tangan Lin Wan'er, sementara bilahnya tertuju pada leher Fan Xian!     

Lin Wan'er menatap penyusup itu. Tiba-tiba, seolah perasaanya seketika berubah, ia berkata, "Aku tidak peduli siapa kamu, jika kamu segera pergi dari sini, aku tidak akan memperbesar masalah ini."     

Walaupun bilah pedang sedang berada di lehernya, Fan Xian masih bisa tersenyum. Dia berkata dengan lembut, "Aku akan pergi sebentar lagi. Aku hanya datang untuk menemuimu." Kemudian dia mengeluarkan bungkusan kertas minyak, seolah-olah dia tidak sadar lehernya sedang ditodong oleh pedang yang tajam. Untungnya, Lin Wan'er sedikit menurunkan ujung pedangnnya, karena ia tidak ingin pemuda itu terluka tanpa sengaja.     

Fan Xian mengeluarkan paha ayam yang beraroma nikmat dari bungkusan itu, lalu dia mendekatkannya ke mulut Lin Wan'er. Sambil tersenyum lebar, dia mengatakan, "Kamu makan ini kan di kuil waktu itu. Aku tahu paha ayam adalah kesukaanmu, jadi aku datang khusus untuk membawakan ini untukmu."     

Lin Wan'er tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Bagaimana bisa pemuda ini menggombal di saat seperti ini? Jika penjaga menemukan ada seorang pemuda tidak dikenal di kamarnya, baik Lin Wan'er maupun Fan Xian akan mendapatkan masalah. Dengan suara gemetar, Lin Wan'er memohon padanya, "Aku mohon padamu, pergilah."     

Fan Xian ingin menggoda dia lebih lama, tetapi setelah melihat raut wajah Lin Wan'er, Fan Xian mengurungkan niatnya dan mencoba untuk menghiburnya. "Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu." Sepertinya ada yang salah. dia terdengar seperti seorang pemerkosa dalam novel wuxia dari kehidupan masa lalunya.     

Tidak heran, ekspresi Lin Wan'er berubah. Bilah pedang berada di lehernya, lagi. Dengan suara gemetar, Lin Wan'er berkata, "Aku tidak peduli siapa kamu, jika kamu terus meremehkanku, aku akan menebas lehermu."     

Baru sekarang Fan Xian sadar bahwa menyelinap ke kamar tidur seorang gadis di malam hari, dapat menghancurkan reputasi gadis itu. Namun saat melihat ekspresi tegas gadis itu, Fan Xian bertanya-tanya, "Apakah kamu benar-benar mau membunuh suamimu sendiri?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.