Sukacita Hidup Ini

Jualan Buku Tidak Boleh diganggu Pacaran



Jualan Buku Tidak Boleh diganggu Pacaran

0Lin Wan'er merasa geli di sepanjang punggungnya, dan ia oun berkata, "Kalau benar orang tuaku ..."     
0

Fan Xian tiba-tiba berhenti membelai punggung Lin Wan'er. Dia menatap Lin Wan'er dengan serius. "Jika benar itu adalah Putri Sulung dan Perdana Menteri, apa yang akan kamu lakukan?" Keduanya masih masih saling berpelukan saat Fan Xian menanyakan hal itu, sehingga pertanyaannya tidak terdengar terlalu serius.     

Setelah terdiam cukup lama, Lin Wan'er menatap mata Fan Xian, tangannya memegang tengkuk leher Fan Xian. "Begitu aku menikah denganmu, aku akan menjadi anggota Keluarga Fan."     

Fan Xian tahu apa maksud ucapan Lin Wan'er. Meskipun ada beberapa hal yang membuat Fan Xian khawatir dalam perbincangan malam mereka, dia tahu bahwa tunangannya tidak terlalu dekat dengan sang Putri Tertua karena selama ini dia dibesarkan di istana oleh sang Permaisuri Janda. Setelah mendengar betapa rela Lin Wan'er berkorban untuknya, dia sangat bersyukur, hingga tersipu..     

Dua sejoli ini berasal dari latar belakang yang sama dan telah menjalani kehidupan yang serupa. Sehingga, mereka memahami saat-saat penuh kesulitan dan kebanggaan dalam hidup mereka. Karena itu, saat pertama kali Fan Xian dan Lin Wan'er bertukar pandangan Kuil Qing, mereka saat itu juga memutuskan untuk hidup bersama selamanya. Bagaimana mungkin keluarga kerajaan bisa memahami perasaan sentimental seperti itu? Fan Xian memberikan perhatian dan kelembutan pada Lin Wan'er yang tidak pernah dirasakan oleh gadis itu sebelumnya, sementara Lin Wan'er, di kamarnya yang gelap ini, memberikan ketenangan bagi jiwa Fan Xian.     

"Kapan kamu bisa keluar?" Fan Xian memeluknya.     

Lin Wan'er bersandar di bahu kiri Fan Xian, ia berhati-hati untuk tidak menyentuh luka tunangannya. Ia pun menjawab, "Aku sudah berada di istana sejak kecil dan jarang mendapatkan kesempatan untuk keluar, dan itu hanya setelah pamanku memberiku wewenang sebagai penguasa empat tahun lalu. Dan sekarang tubuhku begitu lemah ... "Lin Wan'er tiba-tiba berhenti bicara. "Hei, bukankah menurutmu tidak pantas untuk meraba-raba tubuhku terus-terusan?"     

Omongan Lin Wan'er itu mengejutkan Fan Xian, tapi hanya untuk sesaat. Dia terkikik dalam suara rendah, "Tapi aku benar-benar suka sensasinya pegang-pegang seperti ini... Kembali ke topik, Kamu perlu banyak lebih bergerak dan terkena sinar matahari." Saat mendengar bahwa Fan Xian gemar menggerayangi tubuhnya, Lin Wan'er menyadari betapa nekad dirinya dalam beberapa malam terakhir; membiarkan seorang pemuda berbaring di sampingnya, di tempat tidur yang sama. Ia pun tersipu malu dan berkata, "Kalau begitu aku akan coba bertanya kepada Paman besok."     

"Paman?" Mendengar gelar yang begitu akrab membuat Fan Xian tertawa, "Oh ya, paman kita adalah Kaisar terhebat di bawah langit. Karena keputusannya lah, kamu akan menjadi istriku."     

Baru sekarang Fan Xian mengingat dekret istana yang dikirimkan kepadanya kemarin. Setelah mendengar isi dekret itu, Lin Wan'er mengetahui bahwa pemuda di sebelahnya telah mendapat gelar Pengurus Kuil Taichang, yang berarti pernikahan mereka telah dikonfirmasi secara resmi. Pipi Lin Wan'er pun kembali merona, betapa senang perasannya sekarang sangat senang.     

Sambil tersenyum, Fan Xian memandang wajah Lin Wan'er yang tersipu malu. Gadis ini lembut dan bersemangat, tetapi juga pemalu. Dia selalu bertanya-tanya apakah gadis-gadis di dunia ini sama seperti yang ada di kehidupan sebelumnya. Dia tidak menyangka dirinya akan rela memanjat tembok setiap malam demi bertemu dengan Lin Wan'er. Dan karena Lin Wan'er adalah seorang penguasa yang resmi, tindakannya sudah sangat kelewatan batas.     

"Oh iya, ketika kita pertama kali bertemu di kuil, kamu datang bersama siapa?"     

"Aku bersama dengan Yang Mulia." Lin Wan'er menjawab dengan penasaran.     

"Hm?" Fan Xian memikirkan sesuatu, pada saat itu, dia tanpa sadar telah menerobos masuk ke tempat yang sedang dikunjungi keluarga kerajaan. Karena tamu bangsawan itu adalah Yang Mulia sang Kaisar sendiri, berarti ahli bela diri yang dihadapinya di pintu masuk itu adalah kepala para penjaga istana! Fan Xian pun merasa cukup bangga karena dirinya tidak terluka lebih parah dari mulutnya yang sedikit berdarah saat bertarung melawan kepala penjaga istana.     

Saat melihat raut wajah Fan Xian berubah, Lin Wan'er pun menjadi penasaran. "Kenapa? Apakah kau terkejut dengan ucapanku?"     

"Betapa bodohnya aku; aku sama sekali tidak menduga hal itu." Fan Xian tersenyum getir. "Aku selalu mengira kamu akan selalu bersama dengan sang Putri Sulung atau Permaisuri Janda. Wah, walau aku bisa bepergian keliling dunia, sayang sekali kalau tidak pernah melihat wajah Yang Mulia sekali pun."     

"Meskipun aku tidak tahu terlalu banyak tentang dunia luar, aku tahu bahwa Keluarga Fan dihormati dan disegani. Tidak akan sulit bagimu untuk bertemu dengan Yang Mulia. Lagi pula ..." Gadis itu menundukkan kepalanya karena malu, " Setelah kita menikah, kamu juga harus menemui Paman."     

Mendengar tunangannya tersipu malu saat menyebutkan kata pernikahan, jantung Fan Xian pun berdebar kencang. Dia diam-diam menggerakkan tangan kirinya — yang awalnya berada di sekitar bahu Lin Wan'er — melewati pinggang Lin Wan'er hingga mencapai bagian tubuhnya yang lembut dan montok. Dengan hati yang berdebar, dia meremas pantat Lin Wan'er. Dia meraskan sensasi kulit pantat itu yang lembut dan kenyal, sesuai dengan yang diharapkannya.     

Lin Wan'er sebelumnya selalu menganggap Fan Xian adalah pria yang santun. Selama beberapa hari terakhir Fan Xian tidak melakukan hal apa pun yang kelewat batas. Tidak hanya mempercayainya, tapi Lin Wan'er juga merasa sedikit bangga padanya.     

Tidak pernah sekalipun Lin Wan'er berpikir bahwa Fan Xian akan mulai menunjukkan nafsu birahinya! Oleh karena itu, ia tertegun saat pantatnya diremas oleh Fan Xian. Dia menatap kosong Fan Xian untuk sesaat dan mendapati nafsu yang menggebu-gebu terpancar dari mata pemuda itu. Baru sekarang Lun Wan'er menyadari apa yang baru saja terjadi. Wajahnya menjadi merah dan ia berusaha melepaskan tangan mesum itu dari pantatnya.     

Fan Xian terpikat oleh pinggul Lin Wan'er yang indah dan feminin sehingga dia tidak mau melepaskannya. Dia justru meremasnya lebih erat. Karena tangan kanannya masih cedera, dia memutuskan ... untuk menggunakan kakinya. Dia merangkul gadis itu seperti koala yang merangkul pohon, kemudian dia mencium bibir Lin Wan'er.     

Sejak sentuhan pertama, bibir Lin Wan'er terasa lembab dan hangat.     

Mereka berciuman cukup lama. Fan Xian merasa puas dan bersemangat, sementara Lin Wan'er terlihat bingung dan hampir menangis. Ia pun akhirnya menangis karena malu. Melihat itu, Fan Xian tidak tahu harus berkata apa. Dia tersenyum dan berusaha menjelaskan, "Aku tidak bisa menahan diriku lagi, aku tidak bisa."     

"Kamu telah melecehkanku." Lin Wan'er menangis. Namun, ia tetap menahan suara tangisannya agar tidak membuat para penjaga dan perawat tua terbangun.     

"Kok bisa?" Fan Xian merasa sangat dirugikan. Mereka akan segera menjadi suami-istri. Apa salahnya mencoba untuk sedikit lebih mesra?     

Seolah tahu apa yang dipikirkan Fan Xian, Lin Wan'er berkata dengan cemberut, "Pernikahan kita masih beberapa bulan lagi."     

Fan Xian menatapnya sambil tersenyum. "Kita sudah sering menghabiskan malam bersama. Jadi apa salahnya?"     

Lin Wan'er takut Fan Xian akan mengatakan hal itu. Ia tersipu lagi dan mulai memukul Fan Xian. Namun sebelum pukulannya kena ... Lin Wan'er tiba-tiba memikirkan luka Fan Xian dan ia berhenti. Sayangnya, saat ia berbalik, ia tidak sengaja menyentuh anggota badan Fan Xian yang tidak semestinya ia sentuh. Sepolos-polosnya Lin Wan'er, ia tahu apa yang baru saja dia sentuh. Dia mendorong Fan Xian dari tempat tidur, tidak mempedulikan kondisi Fan Xian yang sedang terluka.     

"Sebaiknya kamu sekarang pergi. Kamu masih belum pulih." Dia membenamkan wajahnya di selimut untuk menghindari tatapan Fan Xian.     

Fan Xian melihat ke bawah. Dia merasa dirugikan dan berkata, "Kalau begitu sampai jumpa besok."     

Lin Wan'er menurunkan selimutnya sedikit, memperlihatkan wajahnya yang sedih. Ia pun bertanya, "Bukannya besok ada bisnis yang harus kamu urus?"     

"Oh, benar. Toko buku akan segera buka besok lusa," Fan Xian teringat. Orang-orang dari Dewan Pengawas belum kembali ke ibukota, jadi dia tidak akan bisa menyelidiki apa pun. Jadi, lebih baik mengurus masalah yang ada sekarang. Seperti kata pepatah, dengan mengasah pisau akan menghemat waktu saat memotong. Hal ini bisa dianggap sebagai salah satu kelebihan Fan Xian.     

Dia tidak berani memaksa gadis yang sangat dia cintai itu, jadi dia membuka jendela untuk pergi. Cahaya bulan bersinar, menerangi seorang pelayan yang sedang tidur. Sambil melihat pelayan itu, Fan Xian tertawa kecil, bertanya-tanya apakah pelayan itu akan menjadi gemuk setelah tidur selama beberapa hari.     

Dua hari kemudian, toko buku milik Fan Xian resmi dibuka. Jalan Dongchuan dipenuhi orang. Bahkan para sarjana istana meninggalkan kelas untuk datang dan melihat toko itu. Bagian depan toko terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan gedung bangunannya dihiasi dengan lentera warna-warni. Di dalamnya, seisi toko dipenuhi oleh aroma buku-buku baru. Namun, karena terlalu banyak orang datang, pada akhirnya aroma buku-buku itu tertutupi oleh bau keringat.     

Setengah dari pengunjung datang hanya untuk melihat Fan Xian. Semua orang penasaran dengan putra haram yang baru saja datang ke ibukota sekitar satu bulan lebih yang lalu. Bagaimana dia bisa menjadi begitu terkenal dalam waktu sesingkat itu? Mereka juga ingin tahu mengapa seorang sarjana yang ahli dalam seni bela diri seperti dia justru memilih untuk membuka toko buku. Ada banyak jenis usaha yang menguntungkan di dunia ini ketimbang sekedar mengelola toko buku.     

Sejak insiden upaya pembunuhannya, pandangan Fan Xian tentang kehidupan telah berubah drastis. Dia tidak lagi berniat merahasiakan identitasnya sebagai pemilik toko buku itu. Dia keluar di tempat terbuka dan memperkenalkan dirinya dan adik laki-lakinya sebagai pemilik toko. Dia juga memberi nama tokonya "Toko Buku Danbo". Papan nama tokonya ditulis oleh Raja Jing sendiri dan ditempatkan dengan bangga di atas pintu masuk.     

Pengunjung toko yang berkerumun merenungkan arti nama itu. Fan Xian menjelaskan bahwa "Danbo" menyiratkan "ketulusan", dan memiliki arti "bebas dari rasa khawatir terhadap ketenaran atau kekayaan". Dia kemudian mengatakan sebuah kutipan dari Zhuge Liang, yaitu "Seseorang tidak bisa tulus tanpa hidup dengan sederhana, seseorang tidak dapat memiliki cita-cita yang tinggi tanpa pikiran yang damai." Kerumunan pengunjung di toko buku itu tertegun saat mendengar kutipan itu; bahkan Pangeran Jing pun tertegun saat mendengar kutipan yang baru pertama kali dia dengar —Pangeran Jing menganggap kutipan ini adalah tanda bahwa Fan Xian dan tokonya menyatakan keenganannya untuk ikut campur dalam masalah besar; mendapatkan keamanan dengan menunjukkan kelemahan.     

Hanya Fan Ruoruo yang mengerti maksud sebenarnya dari ucapan kakaknya. "Danbo" sebetulnya melambangkan "berkeliaran di Danzhou."     

Saat mendapati tamu yang datang semakin banyak, Fan Xian mulai berkeringat. Dia berbisik kepada Ye, si penjaga toko, "Iklan itu sangat manjur. Begitu banyak orang yang datang pada hari pertama."     

Penjaga toko itu tidak asing lagi dengan istilah "iklan", dia terkekeh. "Keluarga Dong memiliki salinan asli milik Menteri Cao. Setelah 68 bab, kita adalah satu-satunya yang mencetaknya. Kepopuleran dari Story of the Stone saja sudah cukup untuk menarik perhatian banyak orang." Dia berhenti sejenak sebelum tertawa lagi. "Dan tentu saja, tujuan utama mereka datang ke sini adalah untuk melihatmu; untuk melihat seperti apa penyair yang bisa membunuh petarung tingkat delapan."     

Fan Xian terkejut dan bergumam, "Tinggi dan lebar badanku tidak lebih dari dua meter; apa yang bisa mereka lihat?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.