Sukacita Hidup Ini

Memberi Hormat ke Seberang Sungai



Memberi Hormat ke Seberang Sungai

0Keesokannya di waktu dini hari, langit tampak masih gelap dan bukit-bukit masih diselimuti oleh kabut, dan bulan sudah bergerak menyeberang ke ujung barat langit. Kereta-kereta keluarga Fan bergerak menuju ke ibukota tanpa mengganggu penduduk desa. Di pintu belakang halaman, Teng Zijing berdiri dengan menggunakan kruk bersama istrinya untuk mengantar kepergian Tuan Mudanya. Di samping mereka, anak perempuan mereka sedang menggosok matanya seolah masih setengah tidur.     
0

Sekali lagi, Fan Xian telah tiba di gerbang ibukota. Namun kali ini berbeda dengan sebelumnya. Karena kereta rombongan Fan Xian sekarang telah memiliki tanda khusus, para penjaga gerbang segera mempersilakannya masuk ke kota setelah melalui pemeriksaan singkat. Saat melihat lambang keluarga Fan di kereta-kereta itu, para penjaga gerbang yang bertugas tidak berani mencari masalah dengan Fan Xian. Apalagi setelah Jiao Ziheng, mantan bos mereka, dipecat dari jabatannya karena kasus percobaan pembunuhan terhadap Fan Xian.     

Rombongan pun tiba di Kediaman Fan. Sambil menguap, Fan Sizhe keluar dan mulai memberi perintah para pelayan yang datang untuk menyambutnya, dia berkata, "Ada daging yang diawetkan dengan garam; segera turunkan dan simpan di dapur belakang — dan jangan sekali pun kalian berpikir untuk icip-icip! Karena kakak telah mempersiapkannya sebagai hadiah! " Dia kemudian membuka matanya lebar-lebar dan meraung, "Jika besok, ketika calon kakak iparku dari Keluarga Lin datang untuk jamuan makan tetapi kaki daging rusa tinggal tiga, aku sendiri yang akan mematahkan salah satu kalian sebagai gantinya!" Para pelayan tidak bersuara, mereka sudah terbiasa dengan sifat Tuan Muda mereka yang satu ini. Mereka pun dengan patuh mulai menurunkan barang-barang dari kereta.     

Para pengawal dari Dewan juga datang ke kediaman Fan. Wang Qiannian mendekat ke kereta Fan Xian dan menunggu Tuannya untuk keluar. Tapi kereta itu terlalu sunyi, tidak ada suara sama sekali dari dalam kereta. Wang Qinian kecewa saat mendapati isi kereta sudah kosong; Fan Xian dan Fan Ruoruo tidak ada. Dia segera berlari ke Fan Sizhe dan bertanya, "Tuan Kecil, bolehkah saya bertanya di mana Tuan Fan Xian berada?"      

Fan Sizhe menatap Wang Qinian dan memarahinya, "Lihatlah dirimu, kamu tegang sekali. Kak Xian dan Kak Ruoruo turun di tengah jalan. Mereka tidak ingin diikuti kamu terus."     

Saat mendengar hal ini, Wang Qinian menjadi takur setengah mati. Tuan Fan Xian adalah satu-satunya alasan dirinya bisa kembali bekerja di Dewan Pengawas. Saat Direktur Chen Pingping bertemu dengannya secara langsung, Direktur memberikan perintah khusus kepadanya untuk memastikan keamanan Tuan Fan Xian; dia seharusnya tidak boleh kehilangan Tuan Fan Xian dari pengawasannya. Wang Qinian tidak pernah menduga bahwa Tuan Fan Xian akan diam-diam menyelinap pergi meninggalkannya.      

Ketika melihat wajah Wang Qinian yang tegang, Fan Sizhe berkata, "Dia bilang dia akan kembali sore ini; jangan terlalu khawatir, lah." Fan Sizhe tidak tahu siapa Wang Qinian; pada awalnya, ia mengira kalau pria bernama Wang Qinian ini hanya seseorang yang terampil yang ditugaskan untuk menjaga Fan Xian oleh ayah mereka. Namun lama-kelamaan, Sizhe merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia terlalu malas untuk mencari tahu lebih dalam.     

Wang Qiannian tidak terlalu lama berbicara Tuan Muda kedua ini. Ia memberi isyarat kepada seorang pelayan dengan tatapan matanya, lalu ia pun naik kereta dan pergi dari Kediaman Fan.     

...     

...     

Jangkrik-jangkrik berderik malas di tengah teriknya matahari musim panas. Fan Xian mengajak Ruoruo jalan-jalan di tepi Sungai Liujing (Liujing memilki arti "kristal yang mengalir"). Untungnya mereka datang ke sini lebih awal, karena itu masih ada banyak tempat untuk berteduh di sekitar sungai. Fan Xian sudah membuka kancing kemejanya hingga dadanya terlihat. Ruoruo jelas tidak bisa melakukan hal yang sama, dia hanya dapat mengipasi dirinya menggunakan sapu tangan. Sambil tersenyum, Fan Xian mengambil sapu tangan milik adiknya dan mencelupkannya ke dalam sungai lalu mengembalikannya.     

"Apakah kamu tahu mengapa sungai ini disebut 'Kristal yang mengalir'?"     

"Menurut catatan ibukota, sungai ini sudah diberi nama itu sejak dinasti ini belum berdiri. Konon, ketika sungai di sekitar ibukota mengalir ke Pegunungan Cang di barat, medan yang miring menyebabkan air mengalir dengan sangat deras. Tetapi di beberapa tempat, permukaan air terlihat tenang bagaikan permukaan cermin, seperti kristal yang terhenti oleh waktu. Itulah mengapa sungai ini dinamai seperti itu. "     

Fan Xian mengangguk sembari memikirkan bagian sungai yang tenang ini. Sesekali, perahu-perahu bunga akan melintas di atas sungai dan mengingatkannya akan Si Lili, yang saat ini berada di balik jeruji besi; dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada wanita itu. Saat berjalan lebih jauh, mereka bisa melihat sebuah rumah yang tersembunyi di antara pepohonan di seberang sungai. Rumah itu memiliki halaman yang sederhana namun sangat anggun. Beberapa pohon bambu terlihat menjulur tinggi menuju langit. Di musim yang panas ini, mereka berhasil mendapatkan kesejukkan.     

"Jadi, itu Halaman Taiping?" Fan Xian menyipitkan matanya.      

Fan Ruoruo menjawabnya, "Iya, aku pernah dengar, bahwa dulu pemimpin keluarga Ye tinggal di sana. Halaman itu kemudian diambil alih sebagai properti milik istana saat keluarga Ye dibubarkan. Namun, aku tidak pernah dengar Ruojia berkata bahwa seorang wanita pernah tinggal di sana sebelumnya."     

Fan Xian berpikir sejenak lalu tiba-tiba dia tersenyum. Jadi di situlah tempat ibunya dulu bekerja, bertarung, dan tinggal. Mendapati kakaknya tersenyum, Ruoruo menjadi ikut senang. Dia bertanya, "Kamu tampak bahagia, apa yang sedang kamu pikirkan?"      

Sambil menggosok jari-jarinya yang agak lembab, Fan Xian menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa. Mengajak adiknya ke sini saja sudah merupakan tindakan yang nekat, meskipun membicarakan keluarga Ye bukanah hal yang terlalu tabu untuk dilakukan. Tetapi saat teringat betapa serius Ayahnya dan Wu Zhu ketika membicarakan keluarga mendiang ibunya, Fan Xian pun memutuskan untuk lebih berhati-hati lagi.     

Dia sebelumnya berencana pergi ke sana untuk memberikan penghormatan. Sekarang saat tahu bahwa tempat itu telah menjadi properti milik istana, dia mengurungkan niatnya. Fakta bahwa dirinya masih tidak tahu di mana tempat mendiang ibunya dikubur membuat dirinya merasa tidak nyaman.     

Sejak datang ke dunia ini, Fan Xian belum pernah melihat wanita yang telah memberi tubuh ini untuknya. Tetapi jauh dari lubuk hatinya, dia masih mengakui wanita itu sebagai ibunya. Mungkin itu karena sejak kecil dia telah kehilangan orang tuanya di kehidupan sebelumnya. Tidak peduli kapanpun itu, baik pada saat pengasingannya setelah bereinkarnasi di dunia ini, atau saat dirinya tinggal di Danzhou, atau bahkan kesehariannya di ibukota, semuanya tampak mengarah kepada kekuasaan, kewenangan, kekuatan, dan ketguhan tekad yang pernah dimiliki wanita itu. Segalanya seolah mengingatkan Fan Xian bahwa ibunya adalah wanita itu, wanita yang bernama Ye Qingmei.     

Ye Qingmei, yang matanya melihat dunia ini.     

Fan Xian bahkan pernah bertanya-tanya, apakah mungkin ibunya belum mati, tetapi bersembunyi di suatu tempat terpencil sambil mengamati kehidupan putranya dengan senyuman penuh perhatian namun dingin.     

Saat Count Sinan mendengar khayalannya ini, dia menepis kemungkinan itu dan mengatakan bahwa makam ibunya berada di tempat yang sangat terpencil di ibukota. Begitu waktunya tepat, Fan Xian akan pergi untuk memberi hormat.     

Sambil enghela napas, Fan Xian berlutut dan bersujud menghadap halaman di seberang sungai. Untuk sesaat Fan Ruoruo merasa tertegun, dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan kakaknya. Tapi Ruoruo yang pintar ini dengan cepat menebak sesuatu dan seketika itu juga wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Meski begitu, dia tetap menguatkan dirinya dan berlutut di samping Fan Xian.     

Karena pepohonan, pasti ada orang di sisi seberang sungai, yang tidak terlihat dari pandangan Fan Xian. Mereka yang melihat pasti menganggap pemandangan dua orang ini sedang berlutut di tanah itu sebagai sesuatu yang lucu.     

Fan Xian agak terkejut dan menarik adiknya untuk segera bangun. Dia bertanya dengan lembut, "Mengapa kamu juga ikut berlutut?"      

Ruoruo berusaha untuk tersenyum, "Aku harus memanggil dia apa? 'Bibi'?"      

Fan Xian terkekeh, "Ah, aku tahu kamu akan segera menyadarinya. Asal kamu tahu, aku tidak berencana untuk menyembunyikan apa pun darimu, tetapi ada hal-hal yang tidak bisa kukatakan kepada siapa pun, dan ini membuatku sangat kesal." Sambil menghela napas lagi, dia berkata, "Tidak heran aku menghabiskan tahun-tahun pertamaku di Danzhou. Aku hanya tahu bahwa ibuku berasal dari keluarga Ye. Apakah kamu secara kebetulan pernah mendengar ayah atau Bibi Liu mengatakan sesuatu?"      

Fan Ruoruo mencoba mengingat-ingat, namun tak lama kemudian dia menggelengkan kepalanya. Fan Xian menduga bahwa mungkin Count Sinan selalu menyembunyikan kebenaran soal Ye Qingmei karena tindakan orang dalam Keluarga Kerajaan yang tidak menyukai anggota keluarga Ye yang masih tersisa. Namun ... dengan kekuatan istana, jika benar Count Sinan memiliki hubungan dengan ibunya, ketua dari keluarga Ye, bagaimana bisa ayahnya dapat luput dari perhatian? Kecuali jika Dewan Pengawas menyembunyikan semuanya. Tetapi terlepas dari seberapa besar Chen Pingping menghormati ibu Fan Xian, bahkan orang tua itu tidak akan bisa menyimpan semua rahasia dengan sempurna.     

Saat satu persatu pertanyaan mulai bermunculan di benaknya, Fan Xian pun menjadi sangat gelisah. Selain karena tidak mempunyai ibu, dia mulai mempertanyakan "bagian-bagian yang lain".     

Kedua kakak-beradik itu tidak berani beranjak terlalu dekat dengan halaman itu. Mereka melewati hutan dan kembali ke jalan terbuka, lalu mulai berjalan menuju ibukota. Mereka awalnya berencana untuk berjalan sedikit lebih jauh dan menyewa dua kereta kecil. Tetapi tidak lama setelah berjalan, mereka menemukan sebuah jalan setapak di sebelah kiri mereka. Jalan kecil yang sepertinya jarang digunakan itu terlihat cukup angker; tampak bebatuan yang tertutup lumut di balik rerumputan.      

Dengan penglihatannya yang tajam, Fan Xian dapat melihat sebuah jembatan kayu kecil di ujung jalan yang diyakininya mengarah ke halaman Taiping. Sambil menghela napas dalam benaknya, dia dengan paksa mengalihkan pandangannya dan berkata kepada Fan Ruoruo sambil tersenyum, "Saputanganmu sudah kering. Apakah kamu merasa kepanasan?"     

Udara dingin sepertinya selalu bertiup di antara alis Fan Ruoruo, tapi dia tidak merasakan hembusan angin itu saat berada di dekat Fan Xian. Tetesan keringat jatuh ke pelipisnya sebelum akhirnya menyebar di pipinya yang sedikit merah, membuatnya menjadi lebih merona. Fan Xian menatap adiknya. Namun Ruoruo berata kepada kakaknya dengan suara lembut bahwa dirinya baik-baik saja, dia terus berjalan bersama kakak laki-lakinya.     

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah kedai teh. Bangunan itu seluruhnya terbuat dari bambu, sehingga angin tetap dapat masuk sedangkan sinar matahari terhalang. Ini menyebabkan udara di dalam kedai itu terasa sangat sejuk. Fan Xian sangat gembira dengan pemandangan itu. Dia menggandeng adiknya dan masuk kedalam untuk mengobrol. Dia berteriak, "Aku pesan dua cangkir teh!"     

Fan Xian hanya dijawab oleh kesunyian yang dingin. Hanya ada beberapa orang di dalam kedai teh itu. Tampak eorang pria paruh baya sedang berdiri jauh di belakang ruangan. Dia perlahan bertukar tatapan dengan Fan Xian setelah mendengar suaranya. Pria itu memiliki sepasang mata yang dalam dan hidungnya bengkok seperti paruh burung elang. Walau terasa ada semacam aura gelap yang menyelimuti tubuhnya, pria paruh baya itu tampaknya menahan auranya dengan paksa. Pria paruh baya itu memandang ke arah Fan Xian dengan penuh kebencian seperti elang yang mengunci tatapannya pada seekor kelinci.     

Fan Xian terkejut ketika dia mengenali pria itu. Orang itu tidak lain adalah Tuan Gongdian, seorang pemimpin pasukan penjaga, orang yang pernah bertarung dengannya di kuil Qing, yang mengakibatkan Fan Xian muntah darah. Wang Qiannian sebelumnya dikeluarkan dari Dewan Pengawas karena orang itu mencoba untuk menangkap Fan Xian!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.