Sukacita Hidup Ini

Liburan Musim Panas



Liburan Musim Panas

0Saat mengobrol dengan seseorang yang memiliki keterbelakangan mental, orang dewasa pada umumnya akan cepat merasa bosan, tetapi Fan Xian bukan tipe orang seperti itu. Fan Xian telah menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya berbaring di ranjang rumah sakit dengan tubuh yang tidak dapat bergerak. Di dalam kehidupannya yang kedua ini, di saat dirinya berlatih ilmu yang aneh dan kuat, Fan Xian sering mendapati dirinya masuk ke dalam kondisi vegetatif, oleh karena itu dia mempunyai kesabaran yang tinggi. Terlebih lagi, Fan Xian juga merasa kasihan dengan kakak iparnya, Dabao, yang selalu mengalami kesulitan untuk belajar. Ini semua membuatnya mampu mengendalikan emosinya, dengan tetap tersenyum dia pun mengobrol dengan gembira bersama Dabao.     
0

Fan Xian menemukan bahwa dirinya lebih menyukai dan mempercayai pria gemuk yang gerakannya lamban itu ketimbang orang lain yang ada di ibukota.     

"Kakak, mengapa aku begitu gemuk sedangkan kamu sangat kurus?" Dabao mengerutkan keningnya, ia sepertinya dibingungkan oleh masalah ini.     

Fan Xian tersenyum dengan paksa. "Pertama, kamu adalah kakak laki-lakiku, karena aku akan segera menjadi suami dari adik perempuanmu. Kedua, aku sama sekali tidak kurus, kamu saja yang sedikit lebih berisi."     

Dabao menggelengkan kepalanya dan menguap, ia mengambil sebuah potongan kue dari meja terdekat lalu menjejalkannya ke dalam mulutnya. Ia mengunyah kue itu sambil berkata. "Aku tidak gemuk; aku hanya suka makan."     

Saat teringat bahwa sang Perdana Menteri belum belum berada di pihaknya, Fan Xian mengalihkan pandangannya dan berbisik ke telinga kakak iparnya."Dabao, kapan aku bisa mengajakmu keluar untuk bermain?"     

"Apa ... apa yang akan kita mainkan?" Ucap Dabao dengan gembira. "Aku ingin bermain polo."     

"Hah?" Fan Xian tiba-tiba memikirkan sesuatu. Dia menyadari bahwa dia telah merepotkan dirinya sendiri. Dia berencana membawa kakak iparnya pergi untuk menikmati liburan musim panas, dan menjadikan liburan ini sebagai alasan untuk membuat Wan'er keluar dari paviliunnya yang dijaga dengan ketat.Bagaimana mungkin dia tahu bahwa kakak iparnya yang gemuk itu ingin bermain polo? Fan Xian pun segera mengubah taktiknya. "Dabao, apakah kamu ingin mendengarkan sebuah cerita?"     

Lubang hidung Dabao melebar saat ia menarik napas. "Horee! Aku suka cerita!" katanya, penuh semangat.     

Dengan begitu, di taman kediaman sang Perdana Menteri, Fan Xian mulai menceritakan sebuah kisah dengan suara yang tenang dan lembut. Cerita tentang seorang gadis cantik yang bernama Putri Salju, tujuh kurcaci, dan kehidupan bahagia mereka di dalam hutan. Suatu hari, Putri Salju sedang memetik jamur ...     

——————     

"Benar-benar tidak terduga." Perdana Menteri Lin Ruofu menatap keluar dari jendela, jauh dari taman, dan tersenyum. "Apakah menurutmu dia sedang berpura-pura?"     

Yuan Hongdao menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tidak. Wajah Tuan Fan menunjukkan senyuman tulus. Senyuman itu hanya bisa datang dari hatinya."     

"Hm." Lin Ruofu menghela napas. "Suruh dia masuk."     

Fan Xian langsung merasa cemas begitu dia masuk ke dalam kediaman sang Perdana Menteri. Ketika dia memasuki ruang kerja pribadi sang Perdana Menteri, untuk pertama kalinya dia menyaksikan wajah ayah mertuanya. Jari kelingking di tangan kanan Fan Xian tidak bisa berhenti gemetar. Bagaimanapun juga, dirinya terkait erat dengan kematian putra kedua sang Perdana Menteri. Meskipun begitu wajahnya tetap tampak tenang dan terhormat. "Saya telah datang untuk memberikan penghormatan kepada Anda, Paman Lin."     

Dia sebelumnya telah memikirkan matang-matang panggilan seperti apa yang pantas untuk sang Perdana Menteri. Memanggilnya "Tuan Perdana Menteri", jelas tidak pantas, dan "Tetua", kurang berkelas. Dengan memanggilnya "paman", ini menunjukkan kedekatan yang akan dihasilkan dari pernikahannya dengan Wan'er kelak, dan secara tidak langsung juga akan mendekatkan hubungan antara keluarga Fan dan Lin.     

Lin Ruofu menatap wajah Fan Xian yang tenang dan merasa cukup puas dengan perilaku pemuda itu. Setelah beberapa saat berpikir, ia pun berbicara. "Saya rasa Anda sudah tahu apa tujuan saya mengundang Anda kemari di hari ini, Tuan Fan."     

Fan Xian tersenyum dan dengan cepat menjawab. "Saya merasa senang karena telah diundang, Paman."     

Lin Ruofu mengangguk. "Fan Xian ... apa pendapatmu tentang pernikahan ini?"     

Fan Xian memang memiliki pendapat tentang pernikahan tersebut. Dia merasa sangat senang dengan pernikahan itu, sampai-sampai pipinya memerah.      

Saat melihat wajah pemuda itu, Lin Ruofu merasa jauh lebih lega, dan ia pun tersenyum. "Kamu pasti tahu bahwa, dengan meninggalnya Gong'er, sekarang aku hanya memiliki satu putra dan satu putri. Chen'er akan segera menikah denganmu. Kamu harus memperlakukannya dengan baik."     

Fan Xian menundukkan kepalanya sambil menjawab 'ya' dengan suara yang pelan, tanpa menggerakkan bibirnya sedikitpun.     

"Semua orang dari generasi tua akan meninggal suatu hari nanti." Lin Ruofu tiba-tiba berbicara dengan lantang. "Jika aku boleh meminta tolong, di saat hari itu tiba, aku ingin kamu untuk merawat putraku. Apakah kamu sanggup mengemban tanggungjawab itu?"     

Setelah berpikir sejenak, Fan Xian berdiri tegak sambil menangkupkan kedua tangannya, lalu membungkuk hormat. "Tentu saya sanggup."     

"Suatu hari nanti, kita akan dianggap sebagai bagian dari satu keluarga, dan karena itulah ada beberapa hal yang harus kamu pahami." Lin Ruofu menatap mata pemuda itu, sepertinya ia ingin melihat jauh ke dalam isi hati Fan Xian. Dia berbicara dengan pelan dan berhati-hati. "Meskipun aku jarang bertemu dengan Wan'er, dia masih tetap menjadi putriku. Nama keluarganya adalah Lin, jadi kamu juga harus peduli dengan keluarga besar Lin. Setelah kamu menikah, aku yakin Count Sinan juga akan mengerti bahwa nasib kedua keluarga kita akan saling berhubungan. Aku berharap di masa depan, terlepas dari kekuasaan yang kamu miliki, kamu selalu ingat dengan kedudukanmu, dan kamu tidak hanya akan melindungi kepentingan keluarga Fan, tetapi juga keluarga Lin. "     

Ucapannya terus terang, namun dengan begini akhirnya sang Perdana Menteri memberi restunya terhadap pernikahan putrinya. Hati Fan Xian dipenuhi dengan perasaan bahagia. Meskipun pernikahannya dengan Wan'er adalah keputusan dari istana, bagaimanapun juga juga persetujuan seorang ayah mertua lebih bermakna.     

Tetapi ketika Fan Xian memikirkan arti lain di balik ucapan Perdana Menteri, dia merasa pusing. Ayah mertuanya jelas telah meninggalkan sisi sang Putra Mahkota, tetapi Fan Xian tidak tahu apakah ayah mertuanya itu sedang bersiap untuk mendukung Pangeran Kedua. Semua orang tahu bahwa keluarga Fan dan Raja Jing mendukung Pangeran Kedua, tetapi Fan Xian juga tahu bahwa ayahnya, Count Sinan, sebenarnya tidak mendukung Pangeran kedua, melainkan Yang Mulia Kaisar.     

Sementara itu, setelah kunjungan Fan Xian ke rumah Perdana Menteri berjalan dengan lancar, Lin Wan'er akhirnya menemukan celah untuk dapat keluar dari istana, hampir sertiap hari dia melakukan penghormatan kepada sang Permaisuri Janda. Lin Wan'er tidak tahu bagaimana cara sang Permaisuri Janda berhasil membujuk sang Kaisar, paman Wan'er yang biasanya kaku, untuk mengeluarkan sebuah dekret yang memungkinkan dirinya dapat meninggalkan istana dan bebas bepergian.     

Di bawah pengawasan medis Fan Xian, kondisi kesehatan Lin Wan'er telah meningkat dengan pesat. Gadis itu kini dapat meninggalkan kediaman pribadinya dan berjalan-jalan keluar. Meskipun penyakitnya belum sepenuhnya sembuh, Lin Wan'er tidak lagi harus berdiam diri di dalam kamarnya. Ketika Fan Xian mendengar bahwa istana telah mencabut larangan mereka, dia dipenuhi dengan perasaan bahagia atas kabar baik yang tidak terduga ini. Keesokan paginya, dia melakukan perjalanan dengan kereta ke paviliun di istana untuk memastikan bahwa semuanya sudah siap.     

Setelah beberapa saat, terdengar keributan dari dalam paviliun. Pertama-tama, sejumlah pengawal keluar, diikuti oleh para wanita pendamping, dan kemudian beberapa gadis pelayan yang cantik terlihat sedang membukakan jalan. Akhirnya, Lin Wan'er berjalan keluar dengan dibantu oleh empat gadis pelayan.     

Lin Wan'er mengenakan rok putih yang indah dan caping yang terbuat dari bambu Longxi. Topi itu sangat ringan, dan di bawahnya terdapat lapisan tipis kasa yang menggantung untuk menghalau sinar matahari dan menyembunyikan wajahnya yang cantik. Yang terlihat hanyalah bibirnya yang tersenyum tipis.     

Fan Xian maju ke depan untuk menyambutnya, tetapi para wanita pendamping yang menunggu di depan itu terlihat gugup saat melihat calon pengantin pria ini mendekat, mereka lalu menghalangi jalan Fan Xian sambil memelototinya.     

Fan Xian pun marah. Dia tidak mengerti mengapa mereka harus ikut campur dalam kehidupan cintanya. Dalam benaknya, dia ingin membuat mereka minum obat pencahar sekali lagi agar mereka menghabiskan waktu yang lama di toilet.     

Lin Wan'er menatap Fan Xian dengan raut wajah meminta maaf, sambil dengan erat mencengkeram gadis pelayan di sebelahnya. Gadis itu merasa kesakitan hingga hampir menangis, dalam benaknya dia bertanya-tanya apa yang dia telah lakukan hingga Nona Lin tersinggung. Namun, gadis pelayan itu dengan cepat menangkap maksud Nona Lin, dia pun berlari ke arah Fan Xian dan berkata. "Tuan Fan, anda harus pergi sendiri. Kita akan bertemu lagi di taman musim panas di sebelah barat kota."     

Taman musim panas adalah properti milik keluarga kerajaan, yang terletak sekitar dua puluh mil ke barat dari ibukota. Kalau bukan karena rekreasi Lin Wan'er hari ini, Fan Xian tidak akan diizinkan masuk dan menikmati tempat itu.     

Fan Xian menggerutu, tetapi dia tahu bahwa mereka belum menikah, sehingga bepergian bersama dalam satu kereta adalah hal yang memalukan bagi seorang calon mempelai wanita, serta hanya akan membuat para wanita pendamping yang sudah tua itu marah. Dia terdiam sambil melirik Ruoruo yang berdiri di sisinya. Ruoruo mengerti maksud kakaknya dan menanggapinya dengan tersenyum. Ruoruo berjalan ke sisi adik iparnya dan dengan lembut meraih tangannya sambil mengucapkan beberapa patah kata. Mereka kemudian mengikuti iring-iringan yang meninggalkan paviliun, lalu naik ke kereta istana.     

"Kakak, rasanya menjadi menantu Kaisar ... pasti sangat menyebalkan." Fan Sizhe sedang berdiri di samping Fan Xian sambil melihat kakaknya dengan belas kasihan.     

"Musim gugur akan segera datang," kata Fan Xian. "Biarkan saudari kita pergi dengan Wan'er. Para wanita pendamping yang sialan itu tidak akan berpikir bahwa bunga lili [1][1] akan mekar di dalam kereta."     

"Apa itu bunga lili?"     

"Tumbuhan suci."     

Kedua kereta berangkat tepat di saat fajar mulai merekah, tetapi pada saat mereka sampai di taman musim panas, matahari sudah sepenuhnya terbit, cahayanya menyinari bumi dengan hangat.     

Untungnya, hal-hal seperti itu telah dipertimbangkan dalam pembangunan kediaman itu, yang dibangun sedemikian rupa untuk mencegah panasnya matahari untuk masuk. Villa di kediaman itu dibangun di samping hutan yang berada di sebelah pegunungan, menghadap ke danau dan terlindung dari sinar matahari. Permukaan danau itu tenang, meski terdapat angin sejuk yang bertiup dengan lembut, yang membuat semua orang di sana merasa segar.     

Fan Xian berdiri di atas rumput di tepi danau, sambil mengagumi pemandangan yang ada di depannya. Tempat rekreasi milik sang Kaisar ini benar-benar unik, dan kehidupan di sini lebih megah dan mewah daripada kehidupan rakyatnya.     

Ketika Fan Xian memasuki taman, dia bertanya-tanya apakah Ruoruo berhasil memberinya peluang untuk dapat berduaan dengan Wan'er. Para pengawal telah dibujuk untuk mengawasi semua wanita pendamping yang sedang menunggu di paviliun sambil minum teh dan bermain kartu. Hanya ada seorang pemuda di tepi danau, para pengawalnya sedang duduk-duduk di kejauhan, sedangkan para gadis pelayannya berjalan-jalan sambil mengobrol tanpa henti. Keheningan di tepi danau mulai hilang, tetapi karena tidak ada orang yang mengganggu kebahagian Fan Xian, dirinya merasa sangat nyaman.     

Dengan perlahan Fan Xian menjauh dari yang lain, dia mengertakkan gigi dan memberi isyarat dengan wajahnya kepada seorang gadis pelayan untuk pergi meninggalkan tempat; Fan Xian akhirnya bisa berduaan dengan Wan'er.     

"Tidak mudah..," kata Fan Xian, tangan kanannya yang bergerak diantara rerumputan seperti seekor ular, sebelum akhirnya menggenggam tangan lembut Wan'er dengan cepat. Wajahnya tetap tenang saat dia memandang ke arah danau. "Sungguh tidak mudah untuk dapat bertemu denganmu, Tuan Putriku."     

Lin Wan'er tiba-tiba menundukkan kepalanya dan tersipu malu ketika Fan Xian menggenggam tangannya. Ia tidak menepisnya, tetapi ia memarahinya dengan suara yang pelan. "Aku tidak tahu mengapa kamu memanggilku 'Tuan Putri' dengan begitu resminya, padahal kamu telah memanjat tembok istana dengan tidak tahu malu."     

[1] 'Bunga Lili' adalah sebutan masyarakat China untuk wanita pecinta sesama jenis (lesbian).     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.