Sukacita Hidup Ini

Kedatangan Putra Mahkota



Kedatangan Putra Mahkota

0"Lagu yang bagus, dan liriknya juga indah." Ucap Fan Ruoruo sambil tersenyum dan menghela napas. "Nona Sang benar-benar penyanyi yang luar biasa."     
0

Setelah menerima pujian dari Nona Muda Keluarga Fan yang terhormat, Sang Wen benar-benar merasa senang. Dia pun tersipu malu dan membungkuk.     

"Adegan musim dingin dan musim semi yang sejuk membuat musim panas yang gerah terasa jauh lebih segar," puji Lin Wan'er sambil menganggukkan kepalanya.     

Fan Xian telah menghabiskan 16 tahun kehidupan barunya di Kerajaan Qing, tetapi hingga saat ini dia masih tidak terlalu tertarik dengan musik di dunia ini. Seringkali, dia teringat dengan lagu-lagu Aska Yang, penyanyi terkenal dari kehidupan sebelumnya.Mengingat Aska Yang juga membuatnya teringat dengan He Zongwei, pemuda yang sering datang berkunjung ke kediaman Fan untuk memberi hormat. Fan Xian mengerutkan keningnya. Entah apa alasannya, dia menuykai pemuda yang satu itu.     

Tetapi sebuah bait dalam lagu Sang Wen - "Tiba-tiba aku menemukan jubah dan kemeja sutra" - tiba-tiba membangkitkan perasaan-perasaan yang tak terduga dari dalam dirinya. Jubah dan pakaian sutera tipis, dengan pakaian dalam yang juga terbuat dari sutra berwarna putih, yang seindah dan secantik bunga plum putih. Saat di depan meja dupa di Kuil Qing, tempat pertama kali dia bertemu dengan Wan'er, bukankah gadis itu juga mengenakan pakaian yang seputih bunga plum putih?     

Tapi bunga plum putih saat itu membawa aroma paha ayam goreng. Fan Xian tanpa sadar menoleh dan menatap ke arah Lin Wan'er, dan dia mendapati bahwa gadis itu juga sedang menatapnya. Mata mereka saling bertemu. Fan Xian tersenyum, dan pipi Lin Wan'er pun merona merah.     

Ye Ling'er sekarang telah mengakui kemampuan Fan Xian, tetapi saat ia mendengarkan lagu yang telah dinyanyikan dihadapannya, masih terasa keresahan dalam hatinya. Ia pun berdeham. "Aku tidak terlalu tertarik dengan musik."     

Fan Xian tertawa. "Sepertinya kau sama-sama tidak berkelas sepertiku, Nona Ye." Ucapan itu hanya basa-basi, tapi itu membuat Ye Ling'er lebih dekat dengannya, dan dua gadis lainnya tidak bisa menahan tawa mereka. Bahkan Sang Wen, yang sedang bingung, harus menutupi mulutnya yang indah dengan tangan.     

Pada saat itu, hanya ada satu pemuda di dalam villa, dengan Ruoruo dan Wan'er duduk di sampingnya serta Ye Ling'er yang duduk di samping Wan'er. Fan Xian merasa nyaman karena dia dapat merasakan aroma wangi feminin dari gadis-gadis yang ada di sekitarnya. Dia menghela napas. Hidup ini tidak sia-sia. Perjalanan ini tidak sia-sia. Selama Putri Roujia tidak ada di sini, semua akan baik-baik saja. Ada yang mengganjal dibenak Fan Xian - gadis muda adalah hal yang paling indah di dunia ini, tetapi jika gadis itu menatapmu seolah-olah dia ingin menikahimu sepuluh tahun kedepan, itu tidak wajar.     

Pada saat itu, Sang Wen tiba-tiba menghadap ke Fan Xian sambil membungkuk dan mengatakan "Maafkan kelancanganku bertanya, tetapi aku akan sangat senang jika Tuan Fan berkenan untuk berbagi beberapa syair." Para pemain atau penghibur dalam pentas di ibukota adalah orang-orang yang berlebih-lebihan, dan memiliki hierarki yang fanatik. Di tingkat paling tinggi adalah para penghibur papan atas, yang pernah tampil di hadapan para pangeran dan duke. Mereka adalah penyanyi dengan kemampuan terbaik dalam menyanyi dan menyair.     

Pertunjukan Sang Wen telah ditonton oleh para bangsawan dan Nona Muda dari Keluarga Fan. Sudah jelas bahwa ia adalah seorang penyanyi kelas satu, yang telah menghafal berbagai macam lagu-lagu dan puisi-puisi indah diluar kepalanya. Hari ini, secara kebetulan ia dapat bertemu dengan Tuan Fan sang penyair termasyhur itu, sehingga dia berkecil hati. Namun terlepas dari jarak antara kedudukan mereka di masyarakat, Sang Wen dengan berani membuat permintaan seperti itu. Fan Xian pun terkejut.     

Lin Wan'er dan Fan Ruoruo terkikik, dan mendesak Fan Xian untuk segera menulis. Bahkan Ye Ling'er menatapnya dengan penasaran, ia ingin melihat syair seperti apa yang akan ditulis Fan Xian.     

Fan Xian benar-benar merasa jengkel, dan dia tidak punya pilihan selain pergi ke dalam villa. Dia membeberkan kertas dan mulai menggiling batangan tinta. Fan Ruoruo telah duduk diam di meja tulis dan menunggu sambil memegang kuas. Ternyata Fan Xian berperan sebagai asisten, dan tiga gadis lainnya yang menyusul masuk villa tidak dapat menahan tawa ketika mereka melihat adegan itu.     

"Tulisan adikku sangat indah," jelas Fan Xian dengan canggung. Meskipun dia rajin berlatih menulis kaligrafi ketika dia berada di Danzhou, tulisan tangannya kalah jauh jika dibandingkan dengan Ruoruo. Oleh karena itu, lebih baik dia biarkan adiknya saja untuk melakukannya.     

Beberapa saat kemudian, Fan Ruoruo menulis kata-kata yang telah didiktekan oleh Fan Xian dengan tulisan tangan yang mungil dan anggun. Tatapan mata Sang Wen seolah menyala ketika penyanyi itu mendengar Fan Xian membacakan puisinya, dan ia menjadi semakin gembira setelah ia mengambil kertas itu dan mulai membacanya dengan cermat. Ia kemudian membungkuk rendah pada Fan Xian. "Tuan Fan, terima kasih karena telah menyusun puisi ini. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasihku ini."     

Lin Wan'er dan Fan Ruoruo mengangguk, keduanya setuju bahwa puisi itu patut untuk disyukuri. Sang Wen tampaknya sedang menggubah puisi itu menjadi aransemen lagu sehingga ia bisa menyanyikannya di seluruh penjuru ibukota. Mungkin ia akan menyanyikan lagu itu selama bertahun-tahun. Fan Xian telah menyalin sebuah syair yang indah, karya Tang Xianzu: "Sudah saatnya, ungu cerah dan merah muda mekar penuh dengan gairah. Namun di reruntuhan tembok, kemegahan seperti itu sepertinya ditinggalkan. Tapi di musim yang meriah ini, di mana suara kegembiraan yang ada di taman? Pagi telah lewat, malam telah datang, dan di ujung punjung hijau, terlihat awan merah membumbung tinggi. Dalam hujan yang berangin, kapal-kapal berlapis emas mengangguk-angguk di dalam gelombang yang berkabut. Para gadis dibutakan oleh pemandangan yang begitu indah dari balik kain brokat mereka."     

Saat Fan Xian melihat para gadis yang kegirangan, dia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Paviliun Peony adalah sebuah karya tulis yang begitu indah, akan tetapi dengan menyalin tulisan ini tanpa konteks yang jelas, meskipun karya tulis itu indah, maknanya tidak sepenuhnya tersampaikan. Tetapi karena sekarang Fan Xian sibuk mengurus kuil, bisnis buku, melamar Wan'er, dan bahkan liburan, dan semua itu dilakukan hanya dalam dua hari. Dia tidak punya waktu yang cukup untuk melakukan sesuatu dengan benar. Sepertinya mencari tenaga kerja untuk budaya yang modern ini memang sangat sulit.     

"Betapa menyedihkannya." Ye Ling'er, yang awalnya diam, terlambat bereaksi, baru sekarang dia merasakan kesedihan.     

Tiba-tiba raut wajah Fan Ruoruo berubah. Ia teringat syair tentang musim yang meriah; kata-kata itu sudah pernah muncul di Story of the Stone, dalam bagian permainan minum-minum yang dimainkan oleh Lin Daiyu. Jika Sang Wen menyanyikan puisi ini, bukankah orang-orang akan segera menyadari bahwa penulis Story of the Stone adalah kakaknya? Tapi Ruoruo menduga sepertinya Fan Xian sudah lupa dengan itu. Ketika Ruoruo membayangkan kakaknya yang semakin terkenal, ia tidak bisa menahan senyumannya, dan memutuskan untuk tidak mengungkit hal ini.     

Tamasya berakhir dengan baik, dan semua orang mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ye Ling'er telah belajar beberapa "trik kecil", Sang Wen menerima puisi dari Fan Xian, Fan Sizhe telah makan ikan panggang sampai kekenyangan, Dabao akhirnya membawa seekor kuda ke kediaman Sang Perdana Menteri, Fan Ruoruo mendapatkan pemandangan yang indah dan lingkungan yang damai selama dua hari, Lin Wan'er mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan Dabao, kakaknya, dan Fan Xian telah mendapatkan paling banyak hal yang dia inginkan, walau dia tidak yakin apa itu.     

Seandainya hari itu berakhir seperti ini, semua orang pasti akan senang. Tapi setelah Fan Xian mendengar laporan dari Wang Qinian, dia mengerutkan kening. Dia tidak menyangka akan terjadi suatu kebetulan seperti ini.     

Sang Putra Mahkota datang!     

"Mundur!"     

Saat mendengar bahwa Sang Putra Mahkota sedang menuju villa hari itu, Fan Xian tidak berkata sepatah kata pun. Dia memerintahkan Wang Qinian untuk mempersiapkan satu kelompok bawahannya untuk kembali ke ibukota.     

Dia tentu saja hanya bercanda - jika pewaris takhta yang ternama itu ingin menghabiskan musim panas di sini, bagaimana mungkin Fan Xian berani untuk melawannya? Terlebih lagi, Keluarga Fan berada dibawah faksi Pangeran Kedua, dan Sang Perdana Menteri telah memutus hubungan dengan faksi Putra Mahkota. Dewan Pengawas memihak kepada Sang Kaisar, dan meskipun Fan Xian memiliki sekutu yang memihaknya, dia tetap menjadi sasaran utama dari kebencian Sang Putra Mahkota. Jika kedua belah pihak saling bertemu, terlebih lagi Fan Xian yang sedang bersama "putri haram" dan dua wanita muda dari keluarga Ye dan Fan, Sang Putra Mahkota pasti akan mempermalukan dirinya, dan dia tidak akan dapat menemukan orang yang dapat menjelaskan semuanya.     

Saat bertemu dengannya di Kedai Teh Bambu Hijau di dekat Sungai Liujing, Sang Kaisar telah mengatakan bahwa Fan Xian dapat hidup dengan nyaman di ibukota. Tetapi Sang Putra Mahkota tidak senang jika Fan Xian bisa hidup dengan nyaman. Jika ayah dan anak memiliki perbedaan pendapat, Fan Xian tidak akan sanggup menerima pemberian Sang Kaisar, dan dia yakin bahwa Sang Kaisar akan lebih memihak anaknya sendiri ketimbang anak haram Sang Perdana Menteri.      

Karena alasan itulah Fan Xian ingin pergi dengan diam-diam agar Sang Putra Mahkota tidak menemukan dan mempermalukannya. Pada saat bersamaan, dia juga ingin menghindari situasi dimana dirinya terdorong untuk menghajar Sang Putra Mahkota karena tidak tahan oleh hinaannya. Jika Fan Xian sampai menghajar Sang Putra Mahkota, maka dia telah melakukan kejahatan yang bertentangan dengan kehendak Kayangan.     

Dia tiba ke villa dengan perasaan tenang dan penuh percaya diri, tetapi dia pergi meninggalkan tempat itu dipenuhi dengan perasaan khawatir dan cemas; ini membuat Fan Xian merasa agak kesal. Lin Wan'er juga mengerutkan kening dan merasa tidak nyaman; kakak tiri laki-lakinya, Chengqian, bukanlah pria yang mengerikan; mengapa calon suaminya begitu takut? Ye Ling'er sekali lagi merasa jijik dengan Fan Xian karena takut kepada orang yang lebih berkuasa - apa yang buruk dari Putra Mahkota? Ketika dia masih kecil, Kaisar telah mengirimnya ke keluarga Ye untuk berlatih bertempur - dan Ye Ling'er telah menerima pelatihan yang sama.     

Tapi bgaimanapun juga, Fan Xian hanyalah fungsionaris tingkat delapan, putra tidak sah yang tidak ada apa-apanya dari Count Sinan. Dia tidak terbiasa bertemu dengan salah satu orang paling penting di dunia itu, tidak seperti dua gadis di sebelahnya yang sudah mengenal Sang Putra Mahkota sejak kecil. Cara berpikir Fan Xian lebih dewasa daripada para gadis yang sedang bersamanya, jadi dia tahu bahwa masalah ini agak sensitif.     

Karena dia telah mengatur semuanya dengan begitu cepat, rombongan Fan Xian sudah berada di jalan ketika rombongan Sang Putra Mahkota tiba di Taman Musim Panas, dan kedua rombongan itu hanya berpapasan saja.     

Pada saat itu, ada suara gong dan drum, seolah-olah seseorang akan mulai bernyanyi di atas panggung. Rombongan Sang Putra Mahkota berhenti dan pengawal istana menghentikan rombongan Fan Xian. Fan Xian membuka tirai keretanya dan melihat keluar, wajahnya tampak datar tanpa ekspresi. Dia melihat satu-satunya pewaris takhta berada di dalam kereta berwarna kuning cerah itu – pemuda yang akan segera menjadi pemuda berusia 18 tahun terkuat di seluruh negeri, dan Fan Xian dengan berkecil hati mengatakan sesuatu kepada iring-iringan kereta di belakangnya.     

Putra Mahkota Li Chengqian memiliki wajah yang sangat tampan, tetapi ada yang aneh dengan kulitnya – kulitnya agak pucat, dan tepi mulutnya tampak agak gelap. Ketika dia datang ke Taman Musim Panas, dia tidak menduga bahwa dia tiba-tiba akan bertemu dengan saudarinya, Lin Wan'er, dan Nona Muda dari keluarga Ye di tengah jalan. Sang Putra Mahkota adalah teman masa kecil dua gadis itu, jadi dia berhenti sejenak untuk berbasa-basi.     

Putra Mahkota Li Chenqian tahu bahwa Wan'er telah menginap semalam di Taman Musim Panas, dan dia berbicara dengan sedih. "Apakah kamu tidak peduli dengan kesehatanmu? Tabib istana bilang bahwa kamu terlalu lemah untuk bertahan di tempat dengan udara dingin."     

Ye Ling'er, yang berada di samping Wan'er, tertawa. "Nona Lin baik-baik saja. Ada tabib istana yang ikut bersama kami."     

 Lin Wan'er mengerutkan kening pada Ye Linger, ia tersenyum dan berkata, "Ini sudah pertengahan musim panas; di mana ada udara dingin?"     

Namun Sang Putra Mahkota tidak mengubah topik pembicaraan. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan Ye Ling'er, dan dia pun bertanya dengan hati-hati. Akhirnya, dia menyadari bahwa sosok yang duduk di dalam kereta adalah calon suami Wan'er. Putra Mahkota terkejut. "Apakah dia Si Buas dari keluarga Fan? Dia cukup terkenal akhir-akhir ini. Biarkan aku bertemu dengannya."     

"Tidak perlu. Yang Mulia tidak perlu mengintimidasi dirinya," kata Lin Wan'er, dengan sedikit gelisah.     

Sang Putra Mahkota pun mengerutkan keningnya. "Keluarga Kekaisaran memiliki beberapa kerabat yang miskin. Setelah kamu menikahinya, dia akan menjadi saudara iparku. Apa salahnya jika aku bertemu dengannya? Selain itu, Sang Kaisar akan memanggilnya ke istana agar dia dapat memberikan penghormatan kepada Sang Permaisuri dan Permaisuri Janda. " Dia berhenti sejenak sebelum lanjut berkata. "Dia juga akan segera menerima tugas dari istana. Jangan katakan kalau dia sedang bersembunyi?"     

Ucapannya sangat serius, dan kedua rombongan menjadi hening.     

"Saya memberi hormat kepada Yang Mulia." Ucap sebuah suara, memecah keheningan itu. Tidak ada yang tahu kapan Fan Xian muncul di depan kereta Putra Mahkota. Dia membungkuk dengan hormat sambil tersenyum berseri-seri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.