Sukacita Hidup Ini

Kotak, Jarum Beracun, dan Pembunuh



Kotak, Jarum Beracun, dan Pembunuh

0Di ibukota, tepat di tepi Jalan Shenzheng, berdiri sebuah rumah. Wang Qinian telah membeli rumah itu dengan harga 120 tael perak, dan setelah mengurus surat-surat, dia yakin bahwa tidak ada orang yang bisa mengetahui siapa pemilik yang sebenarnya. Fan Xian mengerutkan keningnya ketika dia melihat dua pria kekar yang sedang terikat di sudut ruangan. Mulut mereka disumpal dengan kain pembersih yang berbau tajam, wajah mereka terlihat merah, dan air mata mengalir dari sudut mata mereka. Mereka tidak bisa mengatakan apa-apa, dan tentu saja, mereka tidak dapat menggigit lidah mereka untuk bunuh diri.     
0

"Di mana mereka menangkap dua orang ini?" tanya Fan Xian dengan lembut.     

Menanggapi pertanyaan Fan Xian, orang-orang yang berdiri di belakang Wang Qinian pun membungkuk. Salah satu dari mereka juga menjawab, "Tuan Wang menemukan jejak mereka tiga setengah kilometer dari ibukota. Mereka mencoba berdebat dengan kami setelah kami menghadang mereka, tetapi setelah kami interogasi, mereka akhirnya mengakui perbuatan mereka. Setelah Anda meninggalkan ibukota kemarin, dua orang ini mengikuti Anda. Kami tidak tahu bagaimana mereka melakukannya, yang jelas ada seseorang yang memberi informasi kepada mereka, dan kami juga tidak tahu apa hubungan mereka dengan pihak Putra Mahkota. Oleh karena itu pertemuan dadakan ini diadakan. "     

Fan Xian mengerutkan keningnya. Dia bahkan tidak pernah menduga akan muncul bukti bahwa suatu siasat seperti ini tengah dijalankan. Dan ini terjadi bukan karena kehebatannya sendiri, namun justru karena kebodohan musuh-musuhnya. Ibukota adalah tempat yang gelap, dan setiap orang memiliki ekor hitam yang bercabang di pantat mereka. Dia juga paham bahwa apa yang disebut 'interogasi' oleh para bawahannya jelas melibatkan penyiksaan. Tetapi karena dua orang ini telah mengaku, cara apa pun yang mereka gunakan tidak penting dan tidak perlu dibahas lagi.     

"Apakah orang yang menginterogasi mereka ada di sini sekarang?" Fan Xian menurunkan nada suaranya saat dia menanyakan ini pada Wang Qinian.      

Wang Qinian menggelengkan kepalanya. "Semakin sedikit bawahan yang tahu maka semakin baik, mereka telah menunggu Tuan sendiri untuk melakukan interogasi secara langsung."     

Fan Xian mengangguk. Dia senang puas dengan kebijakan Wang Qinian, namun tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. Fan Xian memperhatikan dua pria kekar yang ada di pojokan ruang itu, dan dia dengan mudah menarik suatu kesimpulan dari tatapan mata mereka. Meski mereka tampak memiliki tekad yang teguh, mereka tidak cukup terlatih untuk tahan siksaan. Kesimpulan pertama, mereka jelas bukan orang dari Dewan Pengawas. Kedua, mereka tidak mungkin orang dari istana pula. Sekilas dilihat saja, mereka juga jelas bukan kasim.     

Jadi kemungkinan besar mereka adalah bawahan pribadi Pangeran Kedua. Tentu saja, Sang Putra Mahkota yang saat ini sedang berada di kaki pegunungan juga tetap dicurigai oleh Fan Xian. Pada saat itu, Fan Xian tiba-tiba teringat dengan ucapan ayahnya, Count Sinan. Ketika kamu tidak tahu identitas musuhmu, kamu tidak boleh buru-buru menganggap orang itu sebagai musuhmu - Tetapi apa yang seharusnya dilakukan ketika identitas musuh diketahui? Jika seandainya ini memang ulah Pangeran Kedua, dapatkah dirinya menyerang kediaman Pangeran Kedua? Fan Xian tertawa getir. Dia sadar bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa begitu saja dia ketahui.     

"Percuma bertanya." Fan Xian menyeka keringat di dahinya. Ruangan itu terasa agak pengap. "Habisi mereka."     

"Baik Tuan." Para bawahannya adalah tukang pukul dari Dewan Pengawas, sehingga mereka sama sekali tidak terkejut ketika mendapatkan perintah yang sadis ini. Dengan senyap mereka melangkah maju sambil menghunus pisau dari ikat pinggang mereka, lalu menikam perut kedua tawanan itu. Terdengar suara orang sekarat yang terbata-bata, dan kedua pria kekar itu menggoyang-goyangkan kaki mereka untuk sesaat sebelum tatapan mata mereka menjadi kosong.     

"Kubur mereka dalam-dalam," perintah Fan Xian, yang sama sekali tidak merasa sedih.     

"Baik Tuan," balas para bawahannya.     

Setelah meninggalkan rumah itu, mereka berdua menyusuri gang-gang kecil di ibukota sebelum akhirnya tiba di sebuah jalan utama. Wang Qinian berjalan di samping Fan Xian dengan tetap diam layaknya seorang bawahan. Lalu Fan Xian tiba-tiba berbicara. "Kapan delegasi perwakilan diplomatis dari Qi Utara dan Kota Dongyi akan tiba? Kita seharusnya punya informasi mengenai ini."     

"Setelah mereka menyeberangi perbatasan kita," jawab Wang Qinian, "semua pihak berwajib setempat akan diberi bantuan untuk menjemput mereka. Jika tidak ada kendala, mereka akan tiba pada awal bulan depan."     

Fan Xian mengangguk. "Bantu aku untuk mencari tahu siapa saja anggota dari delegasi tersebut. Serta selanjutnya ..." dia mulai bergumam pada dirinya sendiri. "Jika tidak melanggar aturan, dapatkah kita meminta Dewan Pengawas untuk mencari informasi mengenai mata-mata dari Kerajaan Qi Utara? Sebaiknya kita mencari tahu batasan hukum tentang hukuman terhadap delegasi diplomatis di Kerajaan Qi Utara."     

Wang Qinian telah mendengar apa yang dikatakan Sang Putra Mahkota sebelumnya, jadi dia tahu bahwa Tuan Fan ingin bertugas sebagai wakil duta. "Putra Yan Ruohai, Yan Bingyun, telah bersembunyi di Kerajaan Qi Utara selama empat tahun, dan penyusupannya disana telah membuahkan hasil. Saya rasa informasi tersebut akan berguna."     

"Aku ingin membahas ini sesegera mungkin setelah ini terjadi," Fan Xian mengingatkannya. "Jika Kerajaan Qi Utara mulai melakukan penyelidikan, aku takut nyawa putra Tuan Yan akan terancam."     

Wang Qinian tersenyum. "Tuan, anda adalah seorang komisaris, anda seharusnya tahu betul cakupan otoritas tentang masalah ini."     

Fan Xian juga tersenyum. "Mengenai perihal semacam ini, semakin sedikit yang aku tahu maka itu semakin baik."     

Wang Qinian teringat dengan kematian dua mata-mata sebelumnya saat dia menatap wajah Tuannya yang lembut dengan senyumannya yang hangat. Ia merasa ada yang aneh. "Karena lebih baik tidak tahu," tanya Wang Qinian dengan pelan, "lalu mengapa kita harus menyelidikinya? Sepertinya dua orang tadi tidak perlu dibunuh."     

"Meskipun lebih baik tidak tahu daripada tahu, kita masih harus tetap menyelidikinya, dan kedua orang itu tetap harus mati," jawab Fan Xian dengan suara pelan pula. "Karena aku ingin orang lain untuk tahu bahwa aku tahu kalau mereka ingin agar aku mengetahui tentang masalah-masalah ini. Kematian kedua orang itu adalah sebuah peringatan, peringatan agar mereka tidak coba-coba mempermainkanku lagi. Tampaknya kejadian di Jalan Niulan belum cukup untuk menunjukkan kekuatanku. Kematian kakak iparku di kaki Gunung Cang adalah ulah Ahli Pedang Sigu; apakah mungkin mereka merasa bahwa aku telah menipu mereka? "     

Meskipun serangkaian kata "tahu" dalam kalimat itu sulit untuk diucapkan, Wang Qinian yang terlihat sedikit bingung mulai memahami maksud ucapan Tuannya, dan ia pun mengangguk.      

Tiba-tiba Fan Xian tersenyum. "Jangan mengkhawatirkan apakah aku pernah melihat darah dan mayat atau tidak. Kamu tidak tahu bagaimana aku tumbuh dewasa."     

Beberapa hari berikutnya terasa damai dan tenang. Kematian kedua orang kekar itu sepertinya tidak terlalu dianggap penting. Tapi Fan Xian menduga bahwa kejadian itu sudah mulai menunjukkan dampaknya. Dia sesekali berkunjung ke Kuil Taichang untuk memenuhi jadwal kerjanya; sesekali berkunjung ke Toko Buku Danbo untuk mengambil uang tunai; sesekali berkunjung ke kedai tahu untuk ikut membantu; sesekali berkunjung ke rumah Sang Perdana Menteri untuk mendapatkan restu dari calon ayah mertuanya; sesekali berkunjung ke istana untuk menggoda calon istrinya; dan sesekali tetap tinggal di kediaman Keluarga Fan untuk bercerita kepada Ruoruo agar adiknya dapat menyalin ceritanya menjadi buku-buku. Itulah aktivitas keseharian Fan Xian selama beberapa hari itu.     

Malam itu, setelah Fan Xian selesai mandi dan bersiap untuk tidur, dia melihat sebuah kotak kulit berwarna hitam pada pojok penglihatannya. Dia penasaran dengan isi kotak itu, namun benda itu sudah berada di tempat yang sama untuk waktu yang lama, dan Fan Xian tidak memiliki kunci untuk membukanya. Jadi sekarang dia mulai tidak begitu peduli dengan isi kotak itu. Tentu saja, jika dia tahu bahwa Chen Pingping sangat tertarik dengan kotak itu, dia pasti akan mempertimbangkan kembali nilai kotak itu, dan tidak akan membiarkannya sampai berdebu di pojok kamarnya; sebaliknya dia akan menyimpannya di dalam lubang rahasia di bawah tempat tidurnya, disembunyikan di bawah tiga lapis besi.     

"Dimana kuncinya?" Seolah-olah dia telah mendengar suara dari Surga yang bertanya sebuah pertanyaan penting. Sebuah suara yang dingin terdengar di telinga Fan Xian.     

"Kuncinya ada di istana."     

Tiba-tiba, tanpa ada suara, entah darimana sebuah tongkat hitam melayang dan menghantam tulang punggung Fan Xian. Terdengar bunyi hantaman,dan Fan Xian pun jatuh tersungkur di lantia karena dia terlambat untuk menghindar. Rasa sakit menjalar di sepanjang tulang punggungnya, dan dia pun terbatuk, menghembuskan debu di lantai di hadapannya.     

"Kamu semakin lembek." Meskipun tidak ada emosi di dalam suara Wu Zhu, dia jelas merasa kecewa dengan tanggapan Fan Xian.     

"Paman?" Fan Xian sudah terbiasa mendengar ucapan ini saat dia masih kecil. Dia dengan susah payah bangkit berdiri dan mengedarkan aliran zhenqi di seluruh tubuhnya untuk mengurangi rasa sakit di tulang punggungnya sambil melihat ke pojokan ruangan yang gelap. "Paman," katanya dengan suara yang pelan, "Aku belum melihatmu beberapa hari terakhir ini. Aku benar-benar khawatir kalau kamu sudah mati."     

Wu Zhu menunjukkan sedikit gairah yang tidak sesuai dengan ucapan Fan Xian. Dengan kaku, ia mundur setengah langkah dan membongkar kebohongan Fan Xian. "Aku tahu kamu tidak mengkhawatirkanku."     

Fan Xian tertawa malu. Memang itu benar, Fan Xian tidak pernah mengkhawatirkannya; Wu Zhu yang aneh itu adalah seorang pembunuh yang handal. Ia tidak akan menemui masalah di mana pun ia berada. Tapi Fan Xian sudah lama tidak bertemu dengannya. Fan Xian selalu memikirkan Wu Zhu, dan dia penasaran tentang di mana Wu Zhu berada selama beberapa hari terakhir. Mungkinkah selama ini Wu Zhu selalu berada di sisinya, tanpa sepengetahuannya?     

"Kuncinya ada di istana," Lanjut Wu Zhu.     

Saat Wu Zhu mengatakan itu untuk kedua kalinya, Fan Xian tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia pun mengerutkan keningnya sembari bertanya. "Jadi, selama ini kamu sedang mencari kunci itu?"     

"Kotak ini milik Nyonya. Seharusnya aku tidak mendengarkan Chen Pingping untuk meninggalkan kuncinya di ibu kota." Nada bicara Wu Zhu tetap acuh tak acuh, tidak seperti orang pada umumnya. "Beberapa hari ini aku berada di istana, dan aku telah menemukan tiga lokasi, kemungkinan besar kunci itu berada di salah satu lokasi ini."     

"Resikonya terlalu besar!" Fan Xian berkata dengan suara yang pelan sambil merasakan sedikit amarah dalam hatinya. Meskipun Wu Zhu memiliki kekuatan yang setingkat dengan seorang Guru Besar Agung, dia tidak akan mampu menandingi orang-orang se-istana. Bukan hanya Bukan hanya para penjaga istana yang semuanya ahli bela diri, tetapi seperti apa yang pernah dikatakan Fei Jie, satu dari empat Guru Besar Agung sedang bersembunyi di suatu tempat dalam istana. Wu Zhu telah mengambil resiko dengan menghabiskan waktu beberapa hari di sana; jika ia ketahuan, ia tentu harus berhadapan Guru Besar Agung yang misterius itu, beserta 500 penjaga istana yang akan menghadangnya dengan senjata terhunus. Meskipun Wu Zhu memiliki kemampuan bertarung yang sangat hebat, dia tidak mungkin dapat keluar dari sana hidup-hidup.     

Wu Zhu tampaknya tidak sadar bahwa Fan Xian sedang marah, dan ia terus berbicara dengan suara yang terdengar kaku. "Apakah kamu menginginkan kuncinya?"     

Fan Xian terdiam. Dia menyadari alasan kenapa Wu Zhu datang hari ini. Ia adalah pria yang selalu mengawasi dari bayang-bayang. Jika tidak ada hal yang perlu disampaikan oleh Wu Zhu, Fan Xian tidak yakin bahwa dirinya dapat bertemu dengan pamannya itu; Wu Zhu akan tetap berada di dalam kegelapan untuk melindungi Fan Xian. Terlebih lagi, alasan Wu Zhu datang untuk membicarakan kunci kotak itu bukan karena ia ingin mendengar pendapat dari Fan Xian, tetapi karena ia membutuhkan Fan Xian untuk ikut terlibat.     

Tapi ... jika Wu Zhu berusaha untuk mendapatkan kunci yang sulit didapatkan itu, lalu bagaimana mungkin Fan Xian dapat membantunya? "Apa yang perlu aku lakukan?" Tanya Fan Xian sambil merenung.     

"Ketiga lokasi itu berada di dalam kompleks istana, dan tidak mudah untuk memasuki lokasi-lokasi tersebut." ujar Wu Zhu tanpa emosi sedikit pun.     

Karena penasaran, Fan Xian pun bertanya kepada Wu Zhu mengenai letak ketiga lokasi itu.     

"Istana Xingqing, Aula Hanguang, dan Istana Guangxin."     

Fan Xian terkejut dan tertawa getir. Ketiga lokasi tersebut dijaga dengan ketat; masing-masing lokasi itu adalah kediaman Sang Kaisar, Sang Permaisuri Janda, dan Sang Putri Sulung. Ketiga lokasi itu bukan hanya tempat yang paling sulit untuk dimasuki dari seluruh bagian kompleks istana, tempat-tempat tersebut adalah tempat-tempat yang paling sulit untuk dimasuki di seluruh dunia.     

"Aku menginginkanmu mencari cara untuk memancing seorang kasim bernama Hong Sixiang keluar dari istana untuk sementara waktu."     

Fan Xian pun mengerutkan keningnya. "Kasim Hong? Dia adalah pemimpin para kasim istana. Dia telah melayani tiga kaisar yang berbeda, dan aku pernah dengar bahwa dia telah berada di dalam istana sejak kerajaan ini berdiri. Kekuasaannya luas, tetapi jika Paman pergi ke istana untuk mencuri kunci itu, lalu kenapa Paman menginginkanku untuk memancing Kasim Hong keluar dari istana? Apa hubungan antara kedua hal itu?" Fan Xian tiba-tiba terpikir sesuatu, lalu mengangkat kepalanya dengan terkejut sambil menatap kain hitam yang menutupi sepasang mata Wu Zhu. Dia berbicara dengan suara bergetar. "Apakah Paman mengatakan kalau Kasim Hong adalah sosok Guru Besar Agung yang misterius itu?"     

Fei Jie pernah mengatakan bahwa tiga dari empat Guru Besar Agung adalah Ahli Pedang Sigu di kota Dongyi, Ku He di Kerajaan Qi Utara, dan Ye Liuyun, dengan sanshou Liuyun-nya di Kerajaan Qing. Namun ada satu orang Guru Besar Agung lagi di Kerajaan Qing, tetapi tidak ada yang tahu siapa orang itu. Bahkan Dewan Pengawas, dengan segala kekuatan yang mereka miliki, hanya dapat mengetahui bahwa orang ini sedang bersembunyi di dalam Istana Kerajaan Qing.     

Wu Zhu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Aku tidak pernah melawannya. Tapi yang aku tahu, dari sekian banyak orang yang ada di dalam istana sekarang, hanya Kasim Hong Sixiang yang dapat melacak dan menemukanku dengan mudah."     

Fan Xian mengangguk, hatinya masih dipenuhi rasa hormat pada Wu Zhu. Si Kasim Tua Hong ini pastinya adalah orang yang kelewat kuat yang sedang bersembunyi di dalam istana. Jika Wu Zhu saja takut dengan orang itu, mungkin identitas Kasim Hong sebagai Guru Besar Agung akan segera terungkap.     

Wu Zhu yang bersifat dingin pernah bertarung dengan Ye Liuyun namun gagal menghabisinya. Seharusnya sejak saat itu dia tidak lagi takut dengan sosok seorang Guru Besar Agung, tapi tujuan pertarungannya yang terakhir kali itu adalah untuk menyembunyikan hubungannya dengan Fan Xian. Kali ini, tujuan Wu Zhu adalah untuk mencuri kunci, jadi gaya bertarungnya akan sedikit berbeda.     

Fan Xian merenungkan rencananya yang terbaru, dan dia juga memikirkan delegasi-delegasi diplomatis yang akan datang dari Kerajaan Qi Utara dan Dongyi; dia tidak bisa menemukan cara untuk membina hubungan dengan Kepala Kasim yang berada jauh di dalam Istana. Meminta bantuan pada ayahnya, Count Sinan, akan merepotkan - dia harus menjelaskan beberapa hal yang tidak ingin dia jelaskan.      

Tiba-tiba, mata Fan Xian mengilat. "Wan'er harusnya memahami dinamika keadaan istana. Dia telah tumbuh besar di dalam istana seumur hidupnya dan baru pindah pada awal tahun ini. Besok aku akan mampir untuk menemuinya."     

Wu Zhu 'menatap' Fan Xian sejenak tanpa berkata sepatah kata pun sebelum akhirnya dia berkata dengan nada dingin. "Aku hanya memerlukanmu untuk membuat Hong Sixiang keluar dari istana sesaat. Bagaimana pun kau berencana untuk melakukannya, itu urusanmu."     

Fan Xian mengangkat bahu. "Paman, kamu selalu memberiku tugas yang paling sulit."     

Ucapan itu adalah gurauan belaka. Tampaknya, setelah beberapa lama tidak berbicara dengan Wu Zhu, Fan Xian lupa bahwa Wu Zhu tidak memiliki selera humor sedikit pun.      

"Setelah kau pancing Hong Sixiang keluar istana, aku akan menyerangnya," jawab Wu Zhu terang-terangan, "Dan meskipun aku tidak berhasil membunuhnya, kemungkinan besar aku dapat menahannya agar ia tetap di luar istana selama enam jam. Di saat itulah kamu harus memasuki istana dan mencari kuncinya sampai ketemu."     

Fan Xian merasa seolah-olah kakinya dijatuhi oleh meteor panas yang membara. Dia segera menanggapi ucapan pamannya dengan sangat lembut dan penuh hormat. "Tujuan kita kan hanya untuk mencuri sesuatu. Jangan mengambil resiko dengan menantang Hong Sixiang untuk bertarung. Aku akan berusaha untuk bertemu dengannya."     

Setelah Wu Zhu pergi, Fan Xian akhirnya baru menyadari bahwa dia tidak punya cara untuk menemui Kasim Hong. Meski dia berhasil mempersiapkan semuanya, bagaimana dia dapat memberitahu Wu Zhu? Dia pun berbaring di tempat tidurnya. Saat matanya tertuju pada kotak hitam itu sekali lagi, dia menyadari sesuatu. Jika kuncinya tersembunyi di suatu tempat yang rahasia di dalam kompleks istana, pasti ada sesuatu yang sangat penting atau sangat mengerikan yang tersembunyi di dalam kotak itu.     

Misalnya seperti peta pertahanan perbatasan, daftar mata-mata papan atas dari Dewan Pengawas yang didirikan tanpa bantuan orang lain oleh mendiang ibunya, atau mungkin... peta harta karun keluarga Ye?     

Fan Xian pun menyadari bahwa dia tidak bisa tidur. Dia pun berdiri dan memindahkan kotak itu ke bawah tempat tidurnya dengan kakinya. Menurutnya, dengan begini benda itu akan lebih aman.     

Dengan raut wajah yang tenang Fan Xian menghampiri kamar tidur Ruoruo dan bertanya kepada adiknya, apakah ia bisa meminjamkan jarum dan benang untuk menjahit baju yang sobek. Ruoruo pun menuruti permintaan Fan Xian,ia lalu mengambil beberapa jarum kecil dari sebuah kotak dan memberikannya kepada kakaknya. Karena penasaran, Ruoruo menatap mata Fan Xian. "Peralatan ini biasa digunakan untuk menyulam. Apakah kamu merobek pakaianmu, kakak? Sebaiknya kamu minta tolong agar diurus oleh salah satu gadis pelayan saja."     

Fan Xian pun tertawa. "Ini sedikit lebih rumit daripada sekedar pakaian." Dia kemudian berpikir sejenak. "Jangan beri tahu siapa-siapa kalau kamu memberiku tiga jarum ini."     

Fan Ruoruo mengangguk dengan perasaan bingung.     

Pernikahan Fan Xian dan Lin Wan'er semakin dekat, dan Keluarga Fan sudah mulai bersiap-siap. Ada beberapa hal yang tidak wajar dengan pernikahan Fan Xian dan Lin Wan'er, sehingga semua tradisi harus dirombak. Mereka berbeda dengan pasangan putri dan menantu Kaisar lainnya, di mana keluarga kerajaan akan memberikan sebuah puri kepada menantu Kaisar; bagaimanapun juga, status Lin Wan'er sebagai seorang Putri hanya berlaku di dalam istana. Jika orang-orang di luar istana tahu hal ini, berbagai macam desas-desus akan bermunculan di ibukota.     

Kediaman pasangan pengantin baru tersebut berada di dekat kediaman Count Sinan. Tempat itu awalnya adalah tanah kosong yang telah disiapkan Count Sinan sejak awal tahun, dan karena hari pernikahan itu sudah semakin dekat, pihak istana telah membangun sebuah puri di tanah tersebut. Kebun belakang kedua rumah itu dihubungkan oleh sebuah pintu, sehingga kedua keluarga itu terhubung menjadi satu keluarga. Tetapi kompleks kediaman masa depan Fan Xian menghadap ke jalan yang berbeda.     

Selama beberapa hari, rumah untuk pasangan pengantin baru itu masih terlihat sepi. Para tukang sudah selesai mengerjakan kontruksi; pohon-pohon dan taman batu [1][1] sudah selesai digarap sejak lama, hingga akhirnya tumbuh-tumbuhan disana mulai tumbuh lagi. Karena tidak ada seorang pun yang tinggal di kediaman yang begitu luas itu, suasana di tempat itu menjadi hening dan mencekam, sehingga tidak ada orang yang berani berlama-lama tinggal di sana.     

Sesosok bayangan gelap terlihat sedang bergerak di dalam kediaman yang sepi itu. Sosok itu adalah Fan Xian, yang diam-diam berjalan melintasi halaman dengan sepotong tahu di tangan kanannya dan tiga jarum di antara empat jari tangan kirinya yang terkepal. Dia menemukan di tempat yang terpencil, lalu dengan hati-hati meletakkan potongan tahu di antara cabang-cabang sebuah pohon dedalu. Dia telah telah menyempurnakan tahu itu, membuatnya memiliki tekstur yang sangat lembut, sehingga ketika dia meletakkannya di tempat yang bergoyang, tahu itu tampak bisa jatuh kapan saja.     

Fan Xian memejamkan mata, dan perlahan-lahan mengeluarkan zhenqi dari titik dantiannya, lalu menyalurkannya ke bagian atas kepalanya hingga kembali ke titik xueshan di belakang pinggangnya. Dia membentuk satu saluran besar dan satu saluran kecil untuk mengalirkan arus zhenqinya, dan dia pun mulai bermeditasi.     

Seluruh tubuhnya menjadi bagian dari angin yang membumbung dan bertiup di antara cabang-cabang pohon dedalu, dan dengan tumpuan kakinya dia menahan tubuhnya agar tidak condong ke depan. Tiba-tiba terdengar suara. Dengan mengandalkan kendali atas tubuhya, Fan Xian melompat ke belakang.     

Adegan itu seperti seekor ikan cerdik yang bermain-main dengan kait pemancing yang bodoh.     

Beberapa waktu kemudian, dia perlahan berjalan ke depan dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Dia menyipitkan matanya ketika melihat sebongkah tahu yang telah dia letakkan di cabang-cabang pohon dedalu. Tiga jarum telah tertancap di tahu itu, yang sekarang tampak sedikit bergetar. Dalam sekejap, dia menusukkan jarum-jarum itu hingga menembus ke dalam tahu, mencincangnya menjadi tiga bagian. Menurut pemahaman Fan Xian tentang anatomi tubuh manusia, trik ini cukup efektif jika digunakan untuk menghabisi seseorang. Dengan perasaan puas, dia kembali mengambil jarum-jarum itu.     

Semenjak kejadian di jalan Niulan, Fan Xian telah mencari cara terbaik untuk mempersenjatai diri. Senjata Wu Zhu adalah tongkat; apa pun senjatanya, mau itu tongkat kayu ataupun batu yang tajam, selama ada di tangan Wu Zhu, benda itu adalah senjata yang mematikan. Inilah yang Fan Xian butuhkan, dia sadar bahwa bagi dirinya sendiri, senjata yang dapat digunakan dengan mudah akan menyelamatkan hidupnya berkali-kali.     

Sebenarnya, dia sangat menyukai pisau kecil yang biasa dia sembunyikan di sepatu botnya. Baik di Danzhou ataupun di Jalan Niulan, pisau yang tajam dan berharga itu telah dua kali menolongnya. Tetapi di tempat tertentu, dia tidak akan bisa mengeluarkan pisau itu – misalnya seperti di istana.     

Dan Fan Xian tahu, karena kunci yang dia cari ada di dalam istana, ada kemungkinan bahwa pada akhirnya dia harus berani menerobos masuk seperti pahlawan dari novel-novel wuxia dari kehidupan sebelumnya. Ucapan dan pukulan dari tongkat Wu Zhu kemarin membuatnya merasa jengkel, dan dia menggunakan kejengkelan ini untuk membakar semangatnya.      

Fan Xian mengerutkan keningnya ketika dia melihat cahaya fajar yang menyinari jarum-jarum di antara jari-jarinya, dia bertanya-tanya – racun apa yang paling tepat untuk dioleskan di jarum-jarum ini?     

Setelah menetapkan tujuannya, dia melakukan semuanya dengan lebih bersemangat.      

Jadi, pada suatu malam yang gelap gulita, dia menyelinap masuk ke kamar tunangannya. Wan'er pun merasa bahagia, walaupun ia agak terkejut. Bagaimanapun juga, mereka baru saja berlibur bersama. Setelah mereka bermesraan untuk beberapa saat, Fan Xian dengan santai membahas hal-hal mengenai istana.     

Lin Wan'er tumbuh besar di istana. Ia pun telah menjadi cukup akrab dengan orang-orang di dalam istana, dan ia sama sekali tidak curiga mengapa Fan Xian tiba-tiba tertarik membahas hal ini. Lin Wan'er beranggapan bahwa Fan Xian merasa khawatir karena memikirkan tradisi penghormatan saat memasuki istana, oleh karena itu Lin Wan'er berusaha menghiburnya. "Sang Permaisuri selalu baik terhadapku. Sang Kaisar juga bukan orang yang tergila-gila dengan wanita, tidak seperti Kaisar dari Kerajaan Qi Utara yang meninggal beberapa waktu lalu; keenam istananya dipenuhi dengan wanita cantik. Terlepas dari Sang Permaisuri, ada ibu kandung sang Pangeran Tertua yaitu Ning yang Berbakat, ibu kandung Pangeran Kedua yaitu Selir Shu, dan ada ibu dari Pangeran ketiga yaitu Yi Guipin, serta ada beberapa selir lain yang tidak perlu kamu pedulikan. " [2][2]     

Fan Xian membayangkan bahwa para selir pasti tidak ingin melawan ibu kandung Lin Wan'er, yaitu Sang Putri Sulung yang sangat dimanja oleh Sang Permaisuri Janda dan memegang kendali atas harta dan keuangan kerajaan. Sambil mendekat ke Wan'er agar dapat memeluknya lebih erat, Fan Xian pun bertanya. "Mengapa ibu Pangeran Tertua hanya bergelar 'Yang Berbakat'?"     

"Ning adalah sarjana dari Dongyi. Sang Kaisar membawanya kembali ke istana dari ekspedisi militer pertamanya ke utara. Aku pernah mendengar bahwa Sang Kaisar saat itu terluka di medan perang, dan Sarjana Ning merawat Yang Mulia hinggia Ia kembali pulih. Sehingga, Sang Kaisar membebaskannya dari memerdekakannya dari perbudakan dan membawanya kembali istana, dan Ning kemudian melahirkan seorang pangeran. Tapi bagaimanapun juga, Sarjana Ning bukanlah penduduk asli Kerajaan Qing, dan meskipun dia pernah menyelamatkan nyawa Sang Kaisar dan melahirkan Pangeran Tertua, dia masih belum dapat memenangkan hati Sang Permaisuri Janda. It kenapa dia tidak dapat menjadi seorang permaisuri. Sebenarnya saat itu dia memiliki gelar sebagai istri Kaisar, tetapi sepuluh tahun yang lalu sepertinya ada suatu masalah yang terjadi di dalam istana yang menyebabkan Sang Kaisar marah besar, sehingga Kaisar menurunkan gelar Sarjana Ning menjadi 'Yang Berbakat'".     

Fan Xian sedikit terkejut. Konflik yang terjadi di dalam istana sama rumitnya dengan apa yang telah dia bayangkan.     

 Lin Wan'er menghela napas dan lanjut bercerita. "Untungnya, Pangeran Tertua sekarang sedang memimpin pasukan dengan hebat di wilayah barat, sehingga Ning yang Berbakat dapat mempertahankan posisinya di istana. Dia tampaknya mengerti banyak hal, dan sekarang dia merasa puas bisa tinggal di istana. Sebenarnya, aku dulu sering pergi ke istananya untuk bermain, tetapi selama dua tahun belakangan ini aku jarang ke sana."     

Fan Xian bertanya tentang beberapa rahasia terdalam mengenai istana, dan Lin Wan'er dengan senang hati menjelaskan kepadanya secara detail. Pada akhirnya, Fan Xian sampai pada pertanyaannya yang paling krusial. "Aku pernah mendengar bahwa kepala kasim, Kasim Hong, adalah sosok yang sangat kuat di dalam istana," katanya dengan santai.     

"Betul." Malam ini, Lin Wan'er bukan seperti seekor harimau kecil, melainkan seekor anak kucing yang berada di pelukan Fan Xian.Dengan lembut dia membelai wajah Wan'er. "Kasim Hong telah berada di istana sejak berdirinya negara ini, waktu itu dia masih menjadi seorang pelayan saja. Ketika Kaisar pertama naik takhta, dia sangat mempercayai Kasim Hong. Sekarang dia masih berada di posisi tingkat lima sebagai kepala kasim istana, tetapi tanggung jawabnya tidak sebesar dulu saat dia masih muda. Intinya, dia dipelihara di istana oleh Sang Permaisuri Janda."     

"Dipelihara di istana oleh Sang Permaisuri Janda?" Fan Xian tiba-tiba teringat dengan sejarah di kehidupanny ayang dulu.     

"Memangnya kenapa?" Lin Wan'er bertanya sambil mengedipkan matanya karena penasaran.     

Fan Xian menyentuh hidung Wan'er dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Jadi... Jika aku ingin memiliki hubungan yang baik dengan istana, aku harus berhubungan baik dengan Kasim Hong."     

"Tidak ada gunanya," jelas Lin Wan'er. "Sehar-hari pekerjaan kasim tua itu hanya berjalan-jalan di sekitar istana, dia tidak bertanggung jawab atas apa pun."     

Fan Xian tidak bisa menceritakan rencananya kepada gadis yang berada di pelukannya itu, jadi dia hanya tersenyum. "Kapan aku harus mengumumkan bahwa aku akan mengunjungi istana?"     

Lin Wan'er tersipu malu sambil menggoda Fan Xian. "Mungkin dalam beberapa hari kedepan. Kenapa memangnya? Apa kamu gelisah?"     

"Tentu saja aku gelisah. Aku akan mempersunting seorang putri yang begitu luar biasa dan memboyongnya dari istana, siapa yang tidak gelisah?"     

Keheningan perlahan-lahan menyelimuti ruangan di lantai atas paviliun di halaman istana. Saat dia melihat tunangannya telah tertidur di pelukannya, Fan Xian menghela nafas. Apa pun rintangan yang muncul di hadapannya, dia berharap bahwa dia bisa menanganinya dengan baik.     

Keesokan harinya, Fan Xian pergi ke Kuil Taichang untuk memenuhi panggilan kerjanya, namun tiba-tiba Ren si Pejabat diam-diam menariknya ke samping ruangan dan berbicara dengannya dengan tenang. "Apakah kamu sudah tahu?"     

Fan Xian menatap pria berusia 34 tahun yang masih terlihat cukup tampan itu, dan pura-pura tidak tahu apa-apa. "Tahu apa?"     

Ren pun menghela napas. "Kuil Honglu mengirimkan sebuah surat hari ini, mereka memintamu untuk pindah ke sana." Kuil Honglu bertugas menyambut tamu asing dan menangani masalah antar negara. Fan Xian terkejut, dia menyadari bahwa masalah yang sebelumnya telah dibahas oleh Sang Putra Mahkota telah dimulai. Dia menangkupkan tangannya untuk memberi hormat. "Tuan Ren, mengapa mereka menginginkanku untuk pindah ke sana? Aku baru ditugaskan di Kuil Taichang selama beberapa minggu saja."     

Tuan Ren mengerutkan keningnya. "Tuan Fan, apakah kamu tidak memiliki hubungan dengan istana Sang Putra Mahkota?"     

Fan Xian tahu bahwa Ren bertanya tentang ayahnya, Count Sinan, jadi dia pun menggelengkan kepalanya. "Kamu tahu sendiri bahwa ayahku jarang berurusan dengan istana, apalagi dengan para menteri kabinet."     

"Jadi begitu." Ren mengangguk. Count Sinan adalah sosok yang terkenal keras kepala. Dia memanfaatkan hubungan istimewanya dengan Sang Kaisar karena mereka teman main yang telah tumbuh besar bersama. Bahkan Sang Perdana Menteri sekalipun tidak mengerti bagaimana dia bisa tetap tidak memihak pada pangeran mana pun. Tuan Ren berpikir sejenak. "Aku dengar bahwa itu adalah saran dari pihak Sang Putra Mahkota untuk memungkinkan partisipasimu dalam negosiasi ini."     

Fan Xian tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi hal ini, dia hanya terus berpura-pura bigung. "Negosiasi apa?"     

"Delegasi diplomatis dari Kerajaan Qi Utara datang untuk membahas dampak terjadinya perang antara negara-negara bawahan di sepanjang perbatasan utara. Agenda pertemuan antara lain akan mencakup hal-hal seperti merundingkan garis batas perbatasan, kompensasi untuk kerugian, dan sebagainya. Sedangkan delegasi diplomatis dari Dongyi datang untuk membahas insiden pembunuhan putra kedua Sang Perdana Menteri di lereng Pegunungan Cang. Aku dengar bahwa mereka membawa banyak perak dan wanita-wanita cantik bersama mereka. Perundingan ini lebih tepat disebut sebagai 'tawar menawar' antara kedua belah pihak. "     

Pejabat Ren, Ren Shao'an, adalah murid dari Sang Perdana Menteri, jadi sudah sewajarnya ia memperlakukan Fan Xian sebagai salah satu sekutunya. "Jika masalah ini bisa diselesaikan dengan baik," ia dengan hati-hati memperingatkan Fan Xian, "Itu tidak lebih dari penyepuhan bunga bakung. Bagaimanapun juga, para perwira dan prajurit telah mengikuti perintah mereka, dan telah menyerang wilayah-wilayah tersebut. Tetapi jika masalah tidak diselesaikan dengan baik, dan mereka tidak berhasil memberikan apa yang diinginkan Sang Kaisar, maka kedatangan mereka akan sangat tidak pantas. Dan untuk Dongyi, dalam hal kematian putra kedua Sang Perdana Menteri, jika kamu bersikap terlalu lembut, maka itu akan melukai hati Sang Perdana Menteri. Tetapi karena istana telah mengizinkan Dongyi untuk mengirimkan perwakilan diplomatis, hal ini menunjukkan bahwa istana tidak ingin masalah ini sampai bertele-tele, dan hanya ingin mendapatkan untung dari semua ini... Dan lagi pula, si Ahli Pedang Sigu masih berada di Kota Dongyi. "     

Fan Xian mengerutkan keningnya. Masalah-masalah ini memang rumit. Pejabat Ren kemudian lanjut berbicara dengan nada memaklumi. "Kedudukanmu itu unik. Kau dan Sang Perdana Menteri akan segera menjadi ayah mertua dan menantu. Jika kamu mengikuti kehendak Kaisar, kamu akan kehilangan kepercayaan dan dukungan dari ayah mertuamu. Oleh sebab itu, kamu harus menangani situasi yang rumit ini dengan hati-hati."     

Fan Xian terkejut saat dirinya merenungkan bagian-bagian penting dari masalah ini. Dia menangkupkan tangannya dan berterima kasih. "Ketika aku awal memasuki birokrasi, aku tidak tahu bahwa segala masalah di dalamnya akan serumit ini, sedangkan aku hanyalah pejabat tingkat delapan. Bahkan jika Kuil Honglu memintaku untuk pindah ke sana, aku khawatir bahwa perkataanku tidak akan memiliki bobot untuk mempengaruhi apa pun. Karena itu, sebaiknya aku tetap jujur ​​dan tidak mengatakan apa-apa. "     

Pejabat Ren menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. "Kamu akan menjadi wakil duta, kamu akan diterpa angin dari segala arah dan banyak mata akan tertuju kepadamu."     

"Mengapa orang-orang akan menatapku?" pikir Fan Xian. Dia tersenyum. "Kamu telah memikirkan masalah ini dengan matang. Semuanya akan baik-baik saja."     

Pejabat Ren memang telah benar-benar memikirkan masalah ini sampai matang. Meskipun ia tidak tahu pasti mengapa pihak Sang Putra Mahkota telah menunjuk Fan Xian sebagai wakil duta, ia yakin bahwa alasan keputusan ini diambil adalah entah nepotisme atau siasat agar Fan Xian mengikuti kehendak ayah mertuanya dan kehilangan dukungan dari Sang Kaisar. Singkatnya, Fan Xian sudah mempersiapkan dirinya dengan baik, dan dia tidak merasa takut dengan masalah tersebut. Pada sore hari, tandu dinas telah dikirim untuk menjemputnya. Tandu itu kemudian berangkat, menyusuri Jalan Batu Biru, dan dalam waktu singkat tandu itu telah tiba di Kuil Honglu.     

Kuil Honglu dapat dianggap sebagai kedutaan, dan pejabat-pejabat di Kuil Honglu merupakan para menteri luar negeri Kerajaan Qing. Dalam kehidupan sebelumnya, Fan Xian benar-benar berpegang teguh pada suatu pepatah: "Negara yang lemah tidak memiliki diplomasi". Kerajaan Qing merupakan negara paling kuat di seluruh daratan, dan Kuil Honglu telah menjadi kantor negara dengan kedudukan tinggi, dan tempat dihimpunnya harta-harta korup. Pohon-pohon cemara yang rindang berada di sekitar kuil itu, sehingga teriknya sinar matahari musim panas tidak masuk ke dalam kantor-kantornya. Fan Xian duduk dengan tenang di ruang tunggu yang terdapat di sebuah aula yang sunyi sambil mendengarkan pembicaraan para atasannya.     

Orang yang berbicara kepadanya adalah pejabat Kuil Honglu, Xin Qiwu – delegasi diplomatis dari Kerajaan Qi Utara dan Dongyi telah datang untuk menyampaikan mandat diplomatik serta kredensial mereka [3][3]. Pejabat Kerajaan Qing yang berwenang tidak menganggap bahwa masalah ini adalah masalah yang serius, sehingga kepala pejabat Kuil Honglu saat ini masih tidur di rumahnya. Orang-orang yang dipercaya untuk mengurusi masalah seperti itu hanyalah pejabat-pejabat tingkat keempat.     

"Tuan Fan, istana telah memutuskan untuk menunjuk anda sebagai wakil duta; pertama karena reputasi baik yang anda miliki, kedua karena hubungan anda dengan urusan-urusan yang berkaitan dengan Kerajaan Qi Utara. Tapi anda belum memiliki pengalaman tentang hal-hal seperti itu, jadi jangan khawatir, anda akan belajar pada saatnya. " Xin Qiwu tahu bahwa pemuda tampan yang jabatannya berada di bawahnya ini memiliki latar belakang yang kuat dan mapan, itu sebabnya ia berbicara pada Fan Xian dengan sopan.     

"Itu benar. Tuan Fan telah dikenal di seluruh ibukota. Bakatnya benar-benar tersia-siakan di Kuil Honglu untuk mengurusi warga negara asing ini." Sejumlah pejabat memandang ke arah Fan Xian dan berusaha untuk memberikan pujian kepadanya tanpa memperlihatkan tujuan mereka yang sebenarnya. Di saat yang sama mereka juga takut kalau keterlibatan dari pemuda satu ini akan menjadi bom waktu bagi mereka. Mereka tidak bisa menyembunyikan raut wajah mereka yang terlihat canggung.     

[1] Taman batu (Bhs. Inggris: Rock garden) adalah jenis taman dekoratif yang digemari di Tiongkok. Batu-batu diatur sedemikian rupa untuk memperindah halaman tersebut.     

[2] "Berbakat" adalah gelar yang ditujukan untuk selir di dinasti Tang – ini merupakan peringkat kelima dari sembilan peringkat yang ada.     

[3] Protokol bagi delegasi diplomatis saat pertama kali diterima di negara tujuan mereka adalah untuk melapor dan memperlihatkan kredensial mereka. Ini terdiri dari dokumen resmi yang membuktikan identitas mereka serta surat penugasan dari kepala negara asal mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.