Sukacita Hidup Ini

Shaoqing Xin yang Tua dan Berbahaya



Shaoqing Xin yang Tua dan Berbahaya

0Dua hari kemudian, di Kuil Honglu ...     
0

"Hal pertama yang harus kita urus adalah para tawanan itu." Sifat beringas yang diperlihatkan Xin Qiwu selama negosiasi antara kedua negara itu telah hilang saat ia mengucapkan ini. Si shaoqing itu berkata dengan nada tanpa emosi, "Atas perintah Yang Mulia, kita harus membebaskan tentara kita yang tertangkap bagaimanapun caranya. Masalah lainnya adalah hal yang sepele. Mengapa kita tidak mengalah saja terkait masalah ini?"     

Dari bawah, seorang pejabat lain menjawabnya, "Tentara dari Qi Utara dan negara-negara pengikut mereka yang telah kita tangkap berjumlah lebih dari 2400 orang, sedangkan mereka menangkap sekitar 1000 orang tentara kita. Untuk memenuhi perintah Yang Mulia, kita bisa membebaskan semua tentara kita, bahkan jika kita harus menebusnya dengan dua prajurit mereka untuk tiap satu prajurit kita."     

"Betul." Xin Qiwu mengangguk; ia puas dengan analisis para bawahannya. Ia kemudian berkata, "Sedangkan untuk masalah pengaturan ulang perbatasan, Yang Mulia juga sudah memberi keputusan yang jelas. Kita tidak boleh menyerahkan se-jengkal pun wilayah yang telah kita peroleh dalam perperangan. Jika Qi Utara tetap menginginkan wilayah mereka kembali, mereka harus menukarnya dengan Qianlonggang."     

Qianlonggang terletak di barat laut Kerajaan Qing dan merupakan satu-satunya enklave [1][1] yang terhubung dengan Qing. Jika Qing bisa mengambilnya kembali, maka keamanan negara akan terjamin.     

Para pejabat berpangkat rendah mencatat perkataan atasan mereka. Seseorang berkata dengan kesal, "Tapi untuk saat ini, Qi Utara tidak akan terpengaruh dengan penawaran ini, seolah-olah mereka lebih memilih berperang untuk merebutnya kembali. Mereka bersedia menebusnya dengan uang dan kuda, tapi tidak dengan Qianlonggang."     

Notulis utama dari negosiasi ini jelas merupakan orang yang bersifat impulsif. Dia menampar meja sembari berseru, "Kita sudah memiliki kendali atas wilayah itu! Apa yang mereka ingin kita lakukan? Mengembalikannya ?!"     

Xin Qiwu mengangguk. "Meskipun kata-kata Tuan Xiao sedikit berlebihan, yang dia katakan benar." Ia mengamati bawahannya dengan tatapan dingin, lalu dengan keras ia meletakkan cangkir teh di tangannya. Xin Qiwu berkata, "Rekan-rekan pejabatku, jangan lupa: wilayah-wilayah ini telah ditaklukkan oleh para prajurit kita yang pemberani dengan pedang dan tombak, serta darah dan daging mereka. Wilayah-wilayah yang telah didapatkan oleh para prajurit kita tebusan nyawa mereka sendiri tidak bisa kita kembalikan begitu saja. Sedangkan kita semua ini? Kita hanyalah pembicara, jadi kita tidak bisa menyerahkan kedaulatan Qing. Kita harus berjuang untuk tawar-menawar dengan pihak lawan, dengan membayar sesedikit mungkin uang dan perak."     

Orang yang tadi telah berbicara kemudian melanjutkan omongannya, "Tuanku benar, tetapi menurut laporan rahasia dari anggota delegasi Qi Utara yang pergi ke ibukota, permaisuri Qi Utara mulai berdamai dengan Kaisar kita karena kegagalan mereka dalam perang. Adik laki-laki permaisuri sendiri telah dikecam dan dikirim kembali ke Qi Utara. Jika kita menuntut terlalu banyak sekarang, hubungan kita dengan mereka mungkin akan kembali memburuk di masa depan; perang akan muncul lagi, dan itu adalah hal yang tidak diinginkan oleh sang Kaisar. Semua orang tahu, jika Qi Utara diberikan kesempatan untuk menggalang kekuatan, mereka bagaikan kelabang dengan gigitan yang berbahaya."     

"Sudah terlalu lama sejak Qi Utara terakhir kali mengirim delegasi diplomatik mereka ke ibukota. Laporan itu belum tentu akan berguna." Xin Qiwu mulai merasa pusing. Walaupun posisi mereka saat ini lebih unggul karena menjadi tuan rumah dan pengambil keputusan, mata-mata Qi Utara telah menyusup ke dalam ibukota Qing. Mereka dapat memanfaatkan jaringan informasi yang belum dimusnahkan oleh istana untuk memperoleh informasi aktual mengenai reaksi pihak Qing selama proses negosiasi berlangsung. Sedangkan, pihak Qing sendiri kesulitan mendapatkan informasi mengenai Qi utara.     

Seseorang kemudian menyampaikan sebuah gagasan, "Mengapa kita tidak meminta Yang Mulia untuk meminjamkan bantuan Dewan Pengawas kepada kita? Orang-orang dari Qi Utara lebih tangguh daripada orang-orang yang kita miliki di organisasi lain."     

Wajah para pejabat lainnya pun menjadi berseri-seri sembari menyetujui gagasan tersebut. Meskipun mereka semua takut pada Dewan Pengawas, mereka tidak keberatan gagasan untuk melepaskan anjing gila itu untuk menyerang musuh. Namun tanpa diduga, Xin Qiwu berteriak, "Apa kau pikir aku dan notulis utama belum memikirkan itu?! Sang Kaisar tidak akan mengizinkannya, jadi aku bisa apa? Kamu ingin aku agar merengek kepada Yang Mulia di kamar tidurnya? "     

Para pejabat menyadari kebenaran dalam ucapan Xin Qiwu, dan mereka menjadi lebih tenang. Namun, jauh di lubuk hati mereka, mereka semua setuju, "Jika demi mendapatkan informasi tentang Qi Utara, mengapa tidak merengek kepada Yang Mulia?"     

Aula pun menjadi sunyi. Meskipun rakyat Qing percaya bahwa bangsa mereka adalah salah satu bangsa yang terkuat, Kaisar mereka masih belum memiliki pewaris takhta. Karena itu, mereka hidup dalam bayang-bayang Kerajaan Wei Utara yang hebat. Meskipun Wei Utara telah kehilangan setengah wilayahnya pada Qi Utara, mereka masih menjadi negara menakutkan yang harus diperhitungkan jika pecah peperangan yang lain. Tanpa sumber persuasi yang kuat, negosiasi ini tampaknya tidak akan menghasilkan apa-apa.     

"Aku akan pergi ke istana lagi malam ini dan meminta pendapat Yang Mulia," ucap Xin Qiwu sambil mengerutkan keningnya. Ia melirik ke arah Fan Xian, yang sedang duduk diam. Meskipun menjabat sebagai seorang wakil duta, Fan Xian jelas tidak terlihat seperti itu. Selama beberapa hari terakhir, terlepas dari rapat negosiasi, dia selalu duduk manis dan tersenyum. Dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun; tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Fan Xian. Xin Qiwu, yang berada di bawah perintah sang Putra Mahkota, meminta agar Fan Xian ditugaskan di Kuil Honglu. Ini dilakukan dengan harapan agar dirinya dapat mencanangkan sedikit otoritas politiknya. Bocah itu sudah sepantasnya tidak menyita perhatian dalam berdiskusi sejauh ini, tetapi duduk dengan diam tanpa berkata sepatah kata pun adalah hal yang tidak pantas.     

Xin Qiwu berpikir sejenak sebelum bertanya dengan lembut, "Tuan Fan, apa pendapat anda tentang masalah ini?"     

Fan Xian sedikit mengepalkan tangannya yang berada dibalik lengan bajunya, tapi wajahnya tetap terlihat tenang. Dia pun menjawab, "Saya yakin bahwa Qi Utara hanya menggertak. Jika mereka benar-benar memiliki kekuatan untuk terus berperang, mereka tidak akan tergesa-gesa untuk mengirim delegasi diplomatik mereka."     

Semua pejabat di sana sudah tahu akan kehebatan Fan Xian dalam menulis puisi dan bertarung. Selain itu, mereka semua mengagumi sikap Fan Xian yang tidak ikut campur dalam urusan kenegaraan selama beberapa hari terakhir ini. Itulah kenapa mereka penasaran dengan apa saja yang akan dikatakan Fan Xian. Tentu saja mereka kecewa dengan pendapat Fan Xian yang biasa-biasa saja. Namun bagaimanapun juga, mereka tidak bisa memperlihatkan kekecewaan mereka dan hanya bisamenyetujui pendapat pemuda itu.     

Di lain sisi, Xin Qiwu percaya bahwa Fan Xian hanya berusaha untuk menenangkan suasana. "Anda benar sekali. Tapi keinginan tiap negara telah bercampur aduk. Sepertinya masing-masing negara memiliki entitasnya sendiri, dan emosi yang sesekali muncul, dapat menghasilkan alasan yang lebih baik. Wakil Fan, apakah kamu punya bukti?" Xin Qiwu percaya bahwa Fan Xian memiliki sesuatu yang pasti akan mengesankan para pejabat di Kuil Honglu.     

Fan Xian diam-diam mengagumi Xin Qiwu karena ucapannya mengenai "setiap bangsa memiliki entitasnya masing-masing." Dia memikirkannya sejenak sebelum berkata, "Kuncinya adalah Zhuang Mohan. Kita semua tahu reputasi seperti apa yang dia miliki. Jika benar Qi Utara tidak berniat melakukan negosiasi, mereka tidak akan mengeluarkan banyak uang untuk memastikan Zhuang Mohan turut serta dalam delegasi diplomatik mereka."     

Semua pejabat di Kuil Honglu berasal dari latar belakang yang terpelajar, jadi tentu saja mereka tahu siapa itu Zhuang Mohan. Setelah mendengar alasan Fan Xian, mereka semua menyadari bahwa ucapan pemuda itu benar. Namun perkataan Fan Xian kurang meyakinkan.     

Xin Qiwu mengerutkan keningnya. "Coba saja kita bisa tahu alasan mengapa dia ada di sini. Mungkin itu akan membantu."     

Alasan tersebut tertulis jelas di dalam dokumen laporan yang disusun Dewan Pengawas. Zhuang Mohan diutus karena, pertama-tama, Kaisar dan Permaisuri Qi Utara ingin menurunkan derajat mereka, dan kedua, Zhuang Mohan memiliki reputasi sebagai sosok orang yang suci dan ingin memperbaiki hubungan antara Qin dan Qi Utara, dan ketiga, karena alasan pribadi Zhuan Mohan yang sejauh ini belum terungkap. Walaupun Fan Xian memandang rendah sikap 'suci' ini, dia tidak meremehkan Zhuang Mohan. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan alasan-alasan ini secara serta-merta kepada para pejabat Kuil Honglu. Dia pun berkata pelan, "Mungkin kita akan mendapatkan petunjuk jika bertemu dengannya."     

Notulis menggelengkan kepalanya, "Sesuai tradisi, biasanya Anda hanya dapat bertemu dengan seseorang sepertinya dalam perjamuan makan malam kerajaan. Jika kita meminta audiensi, tidak ada yang bisa kita lakukan jika permohonan audiensi kita ditolak." Tiba-tiba, mata si Notulis bersinar. "Namun, karena ketenaran Wakil Duta Fan dalam menulis puisi sudah menyebar ke mana-mana, anda bisa mengatur sebuah pertemuan puisi. Saya yakin Zhuang Mohan tidak akan menolak."     

Fan Xian terkejut. Dia baru pernah menjiplak tiga puisi, dua di antaranya disusun oleh Ruoruo; bagaimana mungkin puisi-puisinya itu menyebar 'ke mana-mana'? Untungnya, Xin Qiwu berkata, "Zhuang Mohan terkenal akan kesombongannya; dia dipuji-puji karena puisi, esai dan lagu buatannya. Dia benar-benar orang yang jenius. Dia tidak akan menurunkan martabatnya hanya untuk bertemu dengan Wakil Duta Fan. Menurut pendapat saya, Qi Utara mengundangnya untuk ikut dalam perjamuan kerajaan karena ingin menggunakan reputasi yang dimilikinya untuk membujuk Yang Mulia. "     

Penjelasan ini dianggap masuk akal bagi para pejabat lainnya.     

Setelah rapat selesai, Fan Xian meluangkan waktu untuk menunjukkan dokumen salinan yang telah dia persiapkan dengan bantuan Ruoruo sebelumnya pada Tuan Xin. Mata Xin Qiwu terlihat berbinar-binar ketika dia membalik-balikan halaman-halaman dokumen tersebut. Ia tidak mengira bahwa Fan Xian akan menulis hal-hal seperti itu! Walaupun terdapat beberapa kejanggalan di dalam isi dokumen-dokumen itu, dokumen-dokumen itu kurang lebih menjelaskan situasi politik Qi Utara saat ini.     

"Sangat bagus!" seru Xin Qiwu. "Dengan ini, kita punya lebih banyak senjata untuk digunakan dalam negosiasi. Hanya saja ... Wakil Duta Fan, mengapa Anda menunjukkan ini semua hanya kepada saya?"     

Saat melihat atasannya mulai curiga, Fan Xian pun tersenyum, "Beberapa isinya terlalu janggal. Isi dokumen-dokumen ini hanyalah opini pribadi saya, jadi saya tidak berani menunjukkannya di depan umum. Lebih baik Tuanku saja yang mempertimbangkannya."     

Karena sudah tidak dapat menahan dirinya sendiri, Xin Qiwu yang masih berdiri di lorong mulai membaca laporan itu lebih lanjut. Perlahan-lahan, alisnya naik. Setela beberapa saat, ia menghela napasnya, "Tuan Fan, ada banyak hal yang tertulis disini yang bahkan tidak diketahui oleh Pihak Istana."     

Fan Xian sekilas merasakan hawa dingin; pada akhirnya dia tidak berhasil menipu Xin Qiwu. Tetapi apa yang telah dia lalui selama beberapa tahun terakhir — sejak tinggal di Danzhou hingga pindah ke ibukota – telah meneguhkan pendiriannya. Senyuman di wajahnya tetap tidak berubah, "Saya tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu."     

Sudah umum bagi para fungsionaris dan pejabat untuk berpura-pura bahwa sesuatu yang sebenarnya mereka ketahui adalah hal yang tidak dapat diperkirakan. Sesuai dengan harapan Fan Xian, Xin Qiwu tidak membahas hal ini lebih lanjut, ia pun justru tersenyum dengan hangat, "Jika proses negosiasi berhasil, saya secara pribadi akan menuliskan rekomendasi kepada Yang Mulia untuk memberi anda tanda jasa yang besar."     

Fan Xian mengundurkan diri sambil tersenyum.     

Setelah Fan Xian menghilang, warna kulit di wajah Xin Qiwu berubah dalam sekejap. Ia berhubungan dekat dengan sang Putra Mahkota, dan karena itulah ia menyadari bahwa Count Sinan memegang sebagian kendali atas kekuasaan milik Yang Mulia. Namun kekuatan ini tidak pernah terlihat di panggung politik Qing, kecuali ... Fan Jian baru menggunakannya sekarang karena Fan Xian? Pada akhirnya, Xin Qiwu tidak mencurigai adanya hubungan antara Fan Xian dengan Dewan Pengawas. Bagaimanapun juga, Dewan Pengawas adalah organisasi pribadi milik Yang Mulia, yang bahkan tidak dapat dicampuri atau dihalang-halangi oleh para pangeran, apalagi seseorang yang hanya anak haram seorang pejabat sipil.     

Xin Qiwu duduk di kursi tandunya sambil menopang dagunya, ia larut dalam pikirannya sendiri. Setelah kursi tandu itu berhenti, dia menatap ke arah tembok istana yang merah dan menjulang tinggi sambil berpikir, "Sang Putra Mahkota benar mengenai keluarga Fan. Kami hanya bisa mencoba untuk memenangkan hati mereka, bukan mencoba menyerang mereka."     

[1] Enklave atau daerah kantong adalah negara/bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah suatu negara lain. Eksklave dapat muncul pada tingkat subnasional ketika sebuah subdivisi muncul di luar divisi induk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.