Sukacita Hidup Ini

Selir-Selir Sang Kaisar



Selir-Selir Sang Kaisar

0Ada banyak hal di dunia ini yang tidak masuk akal. Salah satu hal yang sulit di nalar tersebut adalah saat Fan Xian, yang sebentar lagi akan akan menginjak usia 17 tahun, jadi dianggap anak yang baik hanya karena dia mengucapkan beberapa patah kata yang berkesan. Istana kerajaan memang sangat berbeda dibandingkan dengan tempat lain. Penilaian para bangsawan yang berkedudukan tinggi selalu terkesan rancu dan sulit ditebak. Mereka menilai dengan mengandalkan kesukaan tertentu milik diri mereka sendiri.     
0

Meskipun Fan Xian pada awalnya tidak menyadari adanya hubungan keluarga antara Lady Liu dan Yi Guipin, dari kata-kata Lin Wan'er dia dapat menyadari bahwa Yi Guipin adalah selir yang paling disenangi. Kalau tidak, adik sepupu Lady liu ini tidak mungkin melahirkan seorang pangeran berusia delapan tahun, yang dibesarkan di bawah instruksi sang Kaisar sendiri agar anak itu dididik secara jasmani maupun rohani, dan dihindarkan dari hal-hal yang dianggap mirip 'banci.'     

Sembari mereka berbincang-bincang santai di dalam istana, Yi Guipin terlihat benar-benar menyukai Fan Xian. Semakin lama mereka berbincang, semakin Yi Guipin tampak senang. Fan Xian sadar bahwa dirinya harus berperilaku bijak, oleh karena itu dia menceritakan beberapa lelucon yang dia ingat dari kehidupan sebelumnya. Aula istana pun tiba-tiba dipenuhi dengan gelak tawa yang berdenting seperti lonceng-lonceng perak. Fan Xian menyadari bahwa selir Yi Guipin ini memiliki sifat yang terbuka dan apa adanya. Dia tidak tahu bagaimana mungkin Yi Guipin dapat menyembunyikan sifat aslinya dalam istana yang penuh dengan formalitas. Fan Xian merasa terkejut sekaligus takjub akan kemampuan wanita itu.     

Setelah mereka saling berbasa-basi, matahari sudah terbit. "Dan Pangeran Ketiga?" tanya Lady Liu sambil tersenyum.      

Yi Guipin menghela napas. "Anak itu masih sangat takut dengan orang asing. Begitu dia bangun tidur, dia langsung menuju ke ruangan belakang aula istana dan menolak untuk keluar. Dia hanya akan muncul ketika waktu makan tiba."      

Lady Liu pun berdecak dan tertawa. "Tentu, Pangeran Ketiga masih malu dengan kita."     

Terlepas dari perbedaan kedudukan mereka, Lady Liu dan Yi Guipin memiliki hubungan saudara, sehingga cara mereka berbicara tidak terkesan terlalu formal atau kaku.      

Yi Guipin mengulurkan jari telunjuknya yang ramping ke arah Fan Xian, kuku si selir itu dicat dengan warna merah yang indah "Bukankah pemuda dari keluargamu ini juga malu-malu?"     

Fan Xian menanggapi dengan tersenyum malu-malu.     

"Baiklah kalau begitu. Kakak, maukah kamu dan Ruoruo menemaniku di sini?" Yi Guipin sepertinya menyadari bahwa Lady Liu tidak ingin bertemu dengan sang Permaisuri dan Putri Sulung, ia memutuskan untuk meminta kakaknya tinggal sementara sebagai tamu. "Orang-orang di istana akan senang jika aku mengutus Xing'er untuk menuntun Fan Xian masuk ke dalam."     

Alis Lady Liu sedikit mengerut, kemudian dia berbicara dengan hormat. "Sepertinya itu tidak mungkin. Hari ini kami telah menerima perintah dari sang Kaisar untuk memasuki istana. Aku khawatir, dengan mengunjungi selir Guipin duluan, tindakanku akan memicu kemarahan para selir yang lain. Oleh karena itu, aku harus memasuki istana. Aku takut jika kami dianggap tidak sopan karena tidak mengunjungi selir-selir yang lain juga."      

Ketika mendengar ini, Yi Guipin pun mengendus dan berdeham. "Aku tahu bahwa kamu sebenarnya tidak ingin pergi ke sana. Panggilan itu ditujukan untuk Fan Xian, Tetaplah di sini untuk mengobrol bersamaku, dan aku akan memastikan bahwa tidak ada seorang pun di istana yang berani berbicara asal-asalan."     

Yi Guipin adalah seorang wanita yang ceria yang bersifat sedikit lugu. Tetapi saat ia marah, ia bisa tampak mengerikan, sampai-sampai seluruh penghuni istana menjadi diam.      

Fan Xian berdeham. "Bibi... M-maksudku, Nyonya, aku tidak keberatan untuk pergi sendiri. Silakan anda tetap disini dan mengobrol dengan sepupu Anda."     

Lady Liu setuju dengan gagasan Fan Xian. Tidak lama kemudian, gadis istana yang bernama Xing'er mengantar Fan Xian keluar dari aula. Sembari berjalan, Xing'er mengingatkan Fan Xian akan beberapa hal yang harus dia ingat, tapi ia sepertinya tidak memperhatikan bahwa pemuda itu tidak mendengarkan arahannya, suara gadis itu seperti dengungan nyamuk. "Semuanya sudah dipersiapkan. Di setiap istana akan ada seseorang yang akan menyambut Anda, jadi Anda tidak perlu khawatir."     

Fan Xian merasa merinding, dan ketika dia menanggapi, dia pun menengok ke belakang dan melihat bahwa Ruoruo telah mengikutinya ke luar dan sedang menatapnya dengan raut wajah penuh semangat. Entah mengapa, sekarang Fan Xian merasa lebih tenang, dan dia pun tersenyum. "Ibu mertua bertemu dengan menantu laki-laki. Semakin banyak orang melihatku, mereka semakin menyukai aku, itu semua berkat ketampananku. Seharusnya tidak sulit untuk menghadapi segelintir wanita istana yang hanya bisa mengeluh."     

Begitu calon menantu laki-laki sang Kaisar meninggalkan aula Yi Guipin, Lady Liu memberikan beberapa peringatan kepada Fan Ruoruo, setelah kemudian masuk ke dalam kamar bersama Guipin.      

Yi Guipin memandang mata Lady Liu dan berkata "Empat tahun yang lalu aku memperingatimu agar tidak mendengarkan saran sumbang dari para penghuni istana. Sekarang Fan Xian masih hidup, tetapi kamu mengabaikan perasaan Count Sinan. Kamu kan sangat pandai, jadi mengapa kamu terlibat dengan kekacauan seperti itu?"      

Lady Liu tak tahu harus mengatakan apa, dan terdiam untuk waktu yang lama. Perlahan-lahan raut wajahnya memperlihatkan kegetiran yang tersembunyi ketika dia berbicara dengan nada lembut. "Kamu tahu kan, sebagai seorang ibu, bagaimana bisa kita tidak memikirkan anak-anak kita? Pangeran Ketiga masih muda, dan kamu masih belum merasakan perasaan ini. Dalam beberapa tahun kedepan, mungkin kamu akan mengerti alasan mengapa aku bisa sampai melakukan kesalahan seperti itu. "     

Xing'er adalah seorang gadis muda yang berwajah manis, mungkin usiannya sekitar 13 atau 14 tahun. Ketika Fan Xian berjalan di sampingnya di halaman istana, dia menyadari bahwa Xing'er menundukkan kepalanya. Dia pun tidak bisa menahan diri dan bertanya. "Apakah kamu bisa melihat kamu berjalan kemana?"     

Xing'er pun terkikik dan memperlihatkan sederet giginya yang berkilau seperti pecahan batu giok. "Tuan Fan, kita tidak boleh berbicara di dalam istana."      

Fan Xian tersenyum paksa sambil menggelengkan kepalanya. Dia tahu bahwa tradisi di istana sangatlah ketat, tetapi dia tidak mengira bahwa bahkan gadis yang masih muda ini akan mematuhi tradisi yang ketat ini dengan begitu taat!     

Fan Xian berjalan di belakang Xing'er sambil memperhatikan pakaian yang dikenakan gadis muda itu sebagai pelayan istana. Tatapan matanya mengarah ke pinggang gadis muda itu yang belum terlihat dewasa, lalu cepat-cepat mengarahkan pandangannya menuju gedung-gedung dalam kompleks istana. Fan Xian pun tersenyum, tetapi dia segera membuang pikiran mesum di benaknya ketika berusaha untuk mengingat baik-baik semua pemandangan dan jalan-jalan setapak yang telah dia lihat sebagai persiapan untuk segenap rencana dan siasatnya kelak.     

Mereka melewati pohon-pohon dan bunga-bunga, menapakkan kaki diatas batu dan rerumputan. Kompleks Istana itu memang luas, namun mereka pada akhirnya akan sampai ke tempat tujuan mereka; Meskipun ada banyak aula, tidak semuanya tampak begitu megah atau cukup bagus untuk dikagumi. Saat melihat sebuah halaman yang sepi, Fan Xian menghela napas dalam-dalam, dan mengikuti Xing'er si pelayan istana.      

Istana ini adalah kediaman Selir Shu, ibu dari Pangeran Kedua. Tampaknya, Selir Shu ini sangat menyukai kedamaian dan ketenangan, dan halaman di istananya terlihat sederhana namun anggun. Selain beberapa pohon yang sedang berbunga, tidak ada benda lain yang menghiasi halaman itu. Jalan setapak masuk ditutupi dengan bambu dan tirai gantung, yang menyembunyikan semua yang ada di baliknya, namun tidak bau dupa yang terbakar.     

"Aku datang untuk memberi penghormatan kepada Selir kekaisaran."     

"Tuan Fan, silakan duduk."     

Tidak ada basa-basi di antara mereka. Fan Xian duduk menghadap Selir Shu yang berada di balik tirai bambu itu; tidak terasa ada hal yang janggal. Tiba-tiba, Selir Shu berbicara dengan suara yang lantang. "Sepuluh ribu kesedihan musim gugur yang selalu menjadi tamu. Tuan Fan, di masa mudamu kamu menghabiskan sebagian besar waktumu di Danzhou. Apakah kau merasa bahwa dirimu hanyalah seorang tamu di ibukota?"     

Fan Xian tertegun. Dia menjawab dengan tegas, dan karena ini adalah pertemuan pertama mereka, dia duduk dan berbicara dengan filosofis kepada Selir Shu; mereka berbicara tentang syair dari bermancam-macam tulisan suci yang tak terhitung jumlahnya sampai pada akhirnya mereka berdua merasa mulut mereka telah mengering. Setelah itu mereka terdiam, dan meski suasna menjadi hening, mereka berdua saling mengerti antar satu sama lain.      

Walau begitu, masih ada beberapa hal yang tetap dikhawatirkan Fan Xian. Dia tidak menyangka bahwa ibu dari Pangeran Kedua ini adalah wanita sangat cerdas yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas. Fan Xian hampir merasa bahwa dirinya sulit menghadapinya, dan dia pun jadi bertanya-tanya anak macam apa yang telah dibesarkan oleh wanita sehebat ini.     

"Jangan khawatir." Ucap Selir Shu dengan lembut dari balik tirai bambu. Fan Xian dapat melihat sebuah jepit rambut dari kayu yang ada di kepalanya. Jepit yang sederhana itu tampak sangat tidak sesuai dengan benda-benda di sekeliling mereka yang mewah. "Wan'er telah tumbuh besar di istana. Sebelum Yang Mulia mengangkat gadis itu sebagai putrinya, kami, para ibu rumah tangga, memperlakukannya ibarat anak sendiri. Tidak ada seorang pun di istana yang tidak suka dengannya. Saat mengetahui ada pemuda seperti kamu yang ingin menikahi harta yang paling berharga dari istana ini, tentu kami akan mengawasi dengan hati-hati. "     

Fan Xian merasakan butiran keringat dingin menetes di punggungnya. Meskipun dia sudah paham, baru hari ini dia benar-benar menyadari posisi tunangannya di dalam istana. Selir Shu adalah wanita yang lembut dan tenang, dan dia sepertinya cukup puas dengan gaya bicara Fan Xian. Setelah menghabiskan satu siang bersama Selir Shu, wanita itu mengizinkan Fan Xian untuk beranjak pergi. Namun, sebelum mereka berpisah, dia berbicara kepada Fan Xian dengan suara yang pelan. "Di istana, kami gemar membaca, dan Yang Mulia telah menyediakan beberapa buku yang berharga untukku. Aku telah mengizinkan orang-orang istana untuk memilih beberapa buku yang berharga ini untuk disalin. Tuan Fan, karena kamu sekarang akan mengunjungi selir-selir lainnya, aku akan mengutus seseorang untuk mengirim salah satu buku berharga itu ke Yi Guipin. "     

Fan Xian pun merasa seolah sepanjang tulang punggungnya merinding kedinginan. Dia tahu bahwa buku itu merupakan hadiah yang tulus; dia tahu bahwa Selir Shu mengirim hadiah ini atas nama Pangeran Kedua.     

Fan Xian tidak mengatakan apa-apa, dan setelah memberi hormat dia pun beranjak pergi.     

Setelah meninggalkan halaman istana Selir Shu, Fan Xian menyeka keringat dingin di alisnya. Xing'er, yang ditunjuk oleh pihak istana untuk menjadi pemandunya, mulai merasa akrab dengan Fan Xian. Gadis itu berjalan jinjit sembari membalikkan badannya untuk melihat wajah Fan Xian. "Apakah tidak merasa kepanasan hari ini?"tanya Xing'er dengan penasaran.     

Fan Xian tersenyum paksa sambil menggelengkan kepalanya. Dia beranggapan bahwa kunjungannya ke istana hari ini hanya untuk memperlihatkan etiket; dia tidak mengira bahwa dirinya akan merasa lebih gugup daripada jika dia harus mengikuti ujian kekaisaran. Dia menduga bahwa para selir Kaisar penasaran dengan sosok calon suami Lin Wan'er, dan mereka juga ingin menyaksikan langsung kemampuan sastra dan bela diri Fan Xian.      

Akhirnya, Fan Xian dan Xing'er tiba juga di istana tempat ibu dari Pangeran Tertua tinggal, Ning yang Berbakat. Fan Xian tahu bahwa meskipun status wanita itu tidak tinggi, dan hanya bergelar "Berbakat", Wan'er pernah mengatakan padanya bahwa itu karena Ning berasal dari Dongyi, karena itu Fan Xian bersusah payah untuk menunjukkan sikap yang benar-benar hormat kepada Selir Ning .     

Ning yang Berbakat berusia hampir empat puluh tahun, namun penampilannya masih menawan. Ia memiliki wajah lembut seperti yang dimiliki oleh para wanita Dongyi. Selama beberapa tahun terakhir, Pangeran Tertua sedang berperang melawan kaum barbar di perbatasan barat. Karena Selir Ning tidak punya anak lain, tentu dirinya akan merasa kesepian. Untungnya, Lin Wan'er sering datang bermain ke istananya, sehingga perasaannya terhadap putri angkat sang Kaisar itu pun berbeda dibanding selir-selir lainnya.      

Ia menatap Fan Xian dengan matanya anggunnya yang berbentuk seperti kacang almond dan dia berbicara dengan dingin. "Jadi, kamu Fan Xian." Fan Xian tahu bahwa wanita ini telah menyelamatkan nyawa sang Kaisar di medan perang, dan telah membesarkan seorang Pangeran yang menjadi seorang pendekar hebat.      

Selir Ning benar-benar wanita yang tangguh, tetapi Fan Xian sama sekali tidak merasa terkejut, dia pun menjawab dengan tenang. "Betul, Nyonya."     

"Hm." Ning yang Berbakat memandang Fan Xian dari atas ke bawah, dan yang membuatnya terkejut, wanita itu hanya mengucapkan satu kata. "Perlakukan Wan'er dengan baik," katanya dengan dingin.     

Fan Xian menyukai sikap Selir Ning yang terkesan efisien ini. "Anda tak perlu khawatir, Nyonya," jawabnya dengan gembira.     

"Insiden yang terjadi di Jalan Niulan memang aneh sekali," katanya, sambil menilai Fan Xian. "Aku tidak percaya bahwa kamu mampu membunuh seorang pendekar dengan kemampuan bela diri tingkat delapan," ucapnya dengan nada dingin. "Badanmu terlihat sangat kurus dan lemah. Kelihatannya kamu samasekali tidak mendalami ilmu bela diri."      

Fan Xian terkejut. Mungkinkah setelah dirinya membuktikan kemampuannya sebagai seorang sarjana, dia juga harus membuktikan kemampuannya sebagai seorang pendekar? Tapi Selir Ning adalah wanita berusia empat puluh tahun. Ada perbedaan di antara tuan dan pelayan, dan ada pula perbedaan di antara pria dan wanita. Selir Ning tidak akan mencoba menyerang dirinya, bukan? "Tapi karena Ye Ling'er telah mengakui bahwa dia tidak bisa menandingimu, maka mau tidak mau aku harus mengakui kemampuan bela dirimu. Baiklah kalau begitu, pergilah ke istana lain. Tak perlu berlama-lama di sini." Setelah mengatakan ini, Ning yang Berbakat tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengusir Fan Xian keluar.     

Fan Xian menggosok-gosok bagian belakang kepalanya saat melihat pintu kayu yang tertutup. Yang Mulia benar-benar pria yang beruntung karena dapat berbaring di sisi para wanita yang begitu beragam. Ada Yi Guipin yang ceria dan agak lugu, Selir Shu yang lembut dan cerdas, dan kemudian ada Ning yang Berbakat yang tidak beradab? Tapi Fan Xian sudah tahu sebelumnya bahwa Selir Shu adalah wanita yang sangat cerdas. Mungkin Ning yang Bertalenta itu tampak kasar di luar namun halus di dalam. Dan kemudian masih ada sang Permaisuri yang misterius. Kaisar Qing pasti pria yang cukup 'terampil', kalau tidak, dia tidak akan dapat hidup bersama para wanita ini dengan harmonis selama bertahun-tahun di istana.     

Setidaknya, Fan Xian bertanya-tanya apakah sang Kaisar benar-benar memiliki 'keterampilan' seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.