Sukacita Hidup Ini

Tanganku Membelai Rambutmu yang Hitam



Tanganku Membelai Rambutmu yang Hitam

0Masih berkeliling di kompleks istana, Fan Xian bertemu dengan beberapa selir lainnya untuk memberikan penghormatan dan menerima restu dari mereka, dan semua ini pun membuatnya merasa cukup bosan. Tapi wajahnya tidak menunjukkan perasaan ini sedikit pun; dia berada dalam kompleks istana, dan siapa yang tahu kasim yang ini atau yang itu melapor ke siapa. Atau pelayan istana mana, yang sedang menyapu ranting-ranting pohon dedalu, yang sebenarnya bawahan kepercayaan seseorang? Jika mereka melihat frustasi di wajah Fan Xian, mereka akan melaporkannya ke Tuan mereka, dan Tuan mereka akan membisikkannya ke telinga sang Kaisar. Kalau sudah seperti itu, lalu bagaimana? Meskipun dia pernah minum teh dan mengobrol santai dengan Yang Mulia, dia masih saja bisa mendapatkan masalah.     
0

Tetapi ketika dia memikirkan sosok yang akan dia kunjungi, Fan Xian menenangkan dirinya. Dengan merasa agak suram, dan dengan sangat sungguh-sungguh, dia menatap mereka dengan tersenyum, seolah dia ingin bertemu dengan mereka. Istana Yaohua jauh lebih besar dari istana-istana lainnya. Tempat yang besar itu jelas menunjukkan kedudukan penghuninya: Permaisuri Kerajaan Qing, ibu dari bangsa ini.     

Fan Xian tidak menduga sesi tatap mukanya dengan sang Permaisuri akan terjadi dengan begitu mudah.     

Sang Permaisuri menyunggingkan senyum yang lembut di wajahnya, dan kata-katanya membuat Fan Xian merasa tenang. Ketika dia melihat penampilan sang Permaisuri yang cantik dan mulia, dengan tatapan matanya yang tenteram bagaikan permukaan air danau yang tenang, Fan Xian memberi hormat dengan tulus. Suatu perasaan aneh muncul di dalam hatinya. Sikap wanita ini yang anggun dan menawan membuat Fan Xian merasa nyaman dengan setiap gerakan yang dilakukan wanita ini. Akan tetapi, empat tahun yang lalu, wanita ini menginginkan agar Fan Xian mati!     

Fan Xian berlutut di depannya, dahinya menyentuh lantai saat dia bersujud. Fan Xian meninggalkan Istana Yaohua dengan raut yang gelisah di wajahnya; pertemuannya dengan sang Permaisuri telah terjadi dan berakhir dengan cepat. Karena dia dapat menyembunyikan suasana hatinya seolah-olah dia sama sekali tidak gugup, sang Permaisuri, menatap Fan Xian dan tidak menemukan kegelisahan sedikitpun pada tatapan pemuda ini. Fan Xian tersenyum; sudut mulutnya sedikit naik, tetapi hatinya sedang kedinginan. Mungkin Fan Xian terlalu percaya diri; mungkin upaya pembunuhan terhadap dirinya empat tahun lalu tidak begitu penting di mata para bangsawan istana.     

Fan Xian kemudian menunggu di gerbang Istana Guangxin, kasim istana yang telah mengikutinya sepanjang waktu berdiri di belakangnya dengan khidmat dan waspada tanpa berani berkata sepatah kata pun. Xing'er si gadis pelayan istana juga ada di sana, dan ia berbicara dengan suara yang pelan "Silahkan masuk, Tuan Fan."     

Fan Xian mengangkat alisnya. Bukankah masuk sendirian tanpa didampingi abdi istana saja sudah melanggar tradisi? Jika sang Putri Sulung mencoba untuk membunuhnya, siapa yang bisa mencegah hal itu untuk terjadi? Bukankah itu yang terjadi pada Lin Chong? [1] Tetapi dia tahu bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan sekarang; para kasim dan pelayan istana cuma takut pada sang Putri Sulung tanpa alasan yang jelas.     

Sang Putri Sulung, Li Yunrui, memiliki nama yang terkesan agak jantan. Tapi sebenarnya, dia adalah orang yang lemah lembut, meskipun itu hanya kedok luarnya saja. Ia memegang banyak peran; antara lain pengelola harta dan keuangan kerajaan, serta mantan kekasih gelap Perdana Menteri. Ia juga sempat menjadi penasihat politik sang Perdana Menteri yang paling hebat, ia didahulukan dari para selir sang Kaisar, dan dia adalah putri kesayangan sang Permaisuri Janda.     

Dan bagi Fan Xian, sang Putri Sulung memegang dua peran lagi: pertama, ia adalah musuh pribadinya yang menginginkannya mati; kedua, dia juga calon ibu mertuanya.     

Terasa ada angin dingin yang menghembus di Istana Guangxin. Pada siang hari, gerbang istana dibiarkan terbuka. Siapa pun yang berdiri di luar gerbang bisa melihat bunga-bunga plum berwarna putih yang ditanam di dalam istana, bunga anggrek yang ditanam di tempat terpencil karena takut terkena panas, dan bunga aster yang belum mekar. Di dalam istana, terlihat sejumlah tirai katun putih berkibar dengan pelan; semua hal ini membuat pemandangan terlihat suci dan lembut seperti dalam dunia dongeng. Namun Fan Xian memandang keindahan disekitarnya ini dengan sinis. Seolah-olah dirinya telah terpaku oleh suasana di dalam istana. Seorang pelayan istana berusia dua puluhan muncul di gerbang dan dia setengah membungkuk hormat kepada Fan Xian.     

Bulu matanya panjang, dan meskipun wajahnya terlihat kaku, dia menyambut Fan Xian dengan sopan.     

Fan Xian merasa kagum dengan katun putih yang dia lewati. Istana Guangxin dihiasi lebih banyak kain sutra berkualitas tinggi ketimbang taman belakang rumah Pangeran Jing. Ada sesuatu yang tidak biasa tentang dekorasi yang ada di sekitarnya. Tampaknya interior Istana Guangxin tidak sesuai dengan kemegahan istana; tempat itu lebih mirip seperti kamar tidur seorang gadis balita. Di balik tirai-tirai katun terdapat sebuah kursi dipan, dan di atasnya duduk seorang wanita yang mengenakan gaun cheongsam merah muda. Ia sedang menopang dagunya, dan tentunya lekuk pinggangnya jadi sedikit terlihat. Wajahnya terlihat indah, namun dengan ekspresi yang tampak sedikit malu-malu.     

Ini adalah pertama kalinya Fan Xian melihat Putri Sulung, ibu mertuanya. Sama seperti semua orang yang pertama kali melihat Li Yunrui, sang Putri Sulung, dia tertegun dan bertanya-tanya apakah wanita di hadapannya benar-benar manusia, ataukah sebuah karakter dari lukisan, atau justru semacam peri air.     

Sang Putri Sulung berusia 30 tahun, tetapi ia memiliki aura seorang gadis pemalu yang baru berusia 16 tahun. Wajahnya yang cantik, dan rambut hitam panjangnya yang terurai sampai ke atas dipan, cukup untuk membangkitkan gairah semua pria di dunia ini.     

Fan Xian tertegun. Hasil dari latihan mentalnya di Danzhou selama 16 tahun telah membuatnya dapat tetap tenang dalam menghadapi pertemuan yang menakjubkan ini, tetapi dia masih tidak dapat menyangkal bahwa ibu mertuanya, walaupun mirip Wan'er, jauh lebih cantik daripada putrinya sendiri.     

Meskipun Fan Xian tetap tenang, dia tidak ingin memanggil Putri Sulung sebagai ibu mertuanya; memanggilnya 'ibu Mertua' tidak akan sesuai dengan kecantikan alami yang dimilikinya. Sang Putri Sulung menatap Fan Xian dengan tatapan yang tidak dapat ditebak; dengan malu-malu ia memancing perasaan pemuda di depannya itu, bibirnya yang halus terbuka saat ia mulai berbicara. "Silakan duduk. Aku sedang merasa agak pusing."     

Fan Xian melihat sekelilingnya dengan perasaan sedikit tidak nyaman. Omongan sang Putri Sulung tidak masuk akal; tidak ada satu pun kursi di dalam Istana Guangxin yang luas. Di tengah-tengah kebingungannya, dia mendengar Putri Sulung dengan lembut berkata "Tuan Fan, aku mendengar bahwa kau adalah seorang dokter yang ulung. Kesehatan Wan'er telah membaik beberapa hari terakhir, semuanya berkat kamu."     

Fan Xian segera menanggapi dengan membungkuk. "Tuan Puteri salah memuji saya. Tabib kekaisaran-lah yang telah merawat Lin Wan'er dengan sangat hati-hati; Saya hanya menyarankan beberapa obat tradisional."     

"Oh?" Putri Sulung mengulurkan jari-jarinya yang ramping dan memijat pelipisnya, yang terlihat memerah ketika ia menggosoknya dengan ujung jemarinya. "Apakah ada obat tradisional untuk migrain? Kepalaku sering sakit akhir-akhir ini."     

Fan Xian pernah dengar dari Wan'er bahwa sang Putri Sulung menderita sakit kepala yang kronis; dia juga mendengar bahwa sang Putra Mahkota mengatakan hal yang sama saat terakhir kali dia berlibur di pedesaan. Tetapi Fan Xian juga memperhatikan kata-kata yang digunakan sang Putri Sulung untuk menjuluki Fan Xian dan dirinya sendiri. Hanya dengan kata-kata ini, ia tampak sangat tertarik pada Fan Xian.     

 Fan Xian pun tersenyum. "Ada banyak jenis sakit kepala. Salah satu jenisnya adalah pelajaran dari guruku dulu."     

Kata-katanya barusan terkesan muluk, namun tampaknya cukup menghibur; sang Putri Sulung tersenyum dengan lembut dan menawan.      

Fan Xian tahu bahwa hubungannya dengan Fei Jie bukanlah rahasia besar di ibukota, dan tidak mungkin dia bisa menyembunyikannya dari sang Putri Sulung, jadi dia memutuskan bahwa pilihan terbaik adalah untuk membahasnya.     

"Apakah benar-benar tidak ada cara untuk mengobatinya?" sang Putri Sulung sepertinya tidak dapat berbicara tentang apapun selain sakit kepalanya, dan wajahnya dipenuhi dengan kelembutan yang membuatnya tampak lemah dan tak berdaya. "Selama beberapa hari terakhir ini… Aku merasa sangat menderita…"     

Fan Xian menurunkan tatapannya sedikit dan mencoba menenangkan dirinya. "Aku telah mempelajari sejumlah teknik pijatan. Meskipun ini hanya akan mengobati gejala pusing dan bukan penyebabnya, setidaknya pijatan ini akan memberikan sensasi yang menenangkan."     

Mata sang Putri Sulung pun tampak berbinar-binar. "Kalau begitu coba cepat lakukan," katanya dengan lembut.     

Fan Xian tersenyum dengan paksa. "Aku ... tidak tahu apakah itu pantas."     

Sang Putri Sulung tampak menahan tawanya. "Siapa yang akan mengira bahwa Tuan Fan yang terkenal dan berbakat ini begitu kolot mematuhi tradisi? Disamping segera menangani gejala penyakitku, dalam beberapa hari kamu akan menjadi putraku. Apa yang harus kamu khawatirkan?"     

Fan Xian memperhatikan tingkah laku sang Putri Sulung yang seperti gadis perawan, dan kemudian mengingat usianya yang sebenarnya. Hal itu membuatnya merasa jijik, tetapi ketika dia melihat pipi dan alis sang Putri Sulung yang lembut dan halus, dia merasa sulit untuk membenci wanita itu. Namun ketika dia mendengar kata "putra", dia merasakan seolah urat nadinya dialiri air es. Wajahnya tetap tenang saat dia menanggapi permintaan calon mertuanya itu "Bagaimana mungkin aku bisa melanggar perintah orang yang lebih tua?"     

Seorang kasim membawa sebuah baskom tembaga yang berisi air segar. Fan Xian dengan hati-hati mencuci tangannya dan perlahan-lahan maju ke samping sang Putri Sulung. Dia menghela napas dalam-dalam dan menenangkan diri, berusaha untuk tidak membiarkan tatapan matanya jatuh ke tengkuk leher Putri Sulung yang sedikit terbuka di balik rambut hitam panjangnya. Dia lalu mengulurkan tangannya dan meletakkannya di kepala sang Putri Sulung.     

Jari-jari Fan Xian menyisir dan membelai rambut sang Putri Sulung, yang dengan lembut mengenai ujung jarinya, membuatnya merasa sedikit geli.     

Fan Xian beranggapan bahwa sebaiknya dia menutup matanya, dan membayangkan bahwa dirinya Wu Zhu, yang matanya ditutupi oleh sehelai kain hitam. Ujung jemarinya bergerak di sepanjang dahi sang Putri Sulung tepat di akar-akar rambutnya, kemudian bergerak dengan lembut ke atas. Sepasang jempol Fan Xian mulai memijat pelipis calon mertuanya, telunjuknya dengan ringan menggosok dahinya di antara kedua alisnya yang indah.     

Fan Xian menekan dengan paksa, dan sang Putri Sulung tampaknya tidak siap. Calon mertuanya pun mengerang sejenak, entah karena sakit kepalanya atau karena tekanan jari Fan Xian.     

Fan Xian tetap tenang, dengan mengandalkan pengetahuannya tentang titik akupuntur di tubuh manusia, dia dengan perlahan terus mengurut kepala sang Putri Sulung. Setiap gerakan dan tekanan jari-jari tangannya mantap dan yakin.     

"Hmmmmhnh..." Sang Putri Sulung mengerutkan keningnya, ia merasa tidak yakin apakah tindakannya ini terlalu gegabah atau tidak. Ia tidak mengira bahwa tangan pemuda ini dapat memijat dengan begitu baik. Jari-jari tangan Fan Xian seakan-akan mengalirkan aliran air kecil, yang memijat sumber rasa sakitnya, dan setiap tekanan dari jari-jarinya membuat sang Putri Sulung merasa semakin santai dan lemas. Jiwanya semakin tenang, dan ia pun mulai merasa mengantuk.     

"Apakah Fei Jie mengajarimu ini juga?" ucap sang Putri Sulung tanpa pikir panjang. Keolpak matanya terkulai setengah tertutup, ia bersandar di dipan, dan bibir merahnya terbuka sedikit.     

"Guru Fei mengajarkan bagaimana cara memanipulasi titik akupunktur kepadaku." Jari-jari Fan Xian masih bergerak dengan lembut dan mantap melintasi permukaan kulit calon mertuanya, dan suaranya tidak bergetar sedikit pun. "Tapi aku mempelajari cara memijat ini sendiri." Ada yang mengatakan kalau seseorang yang pernah sakit dalam waktu yang lama dapat berubah menjadi seorang dokter. Di dalam kehidupan sebelumnya, saat dia berbaring di ranjang rumah sakit, Fan Xian pada awalnya berharap untuk dapat berjalan lagi. Sehingga, seorang perawat imut di rumah sakit itu sering memijat kaki dan seluruh tubuhnya. Pada akhirnya dia kehilangan harapan, tetapi dia masih ingat cara perawat imut itu memijatnya.     

"Ini… Cukup enak...," kata sang Putri Sulung ketika matanya mulai terpejam di bawah sentuhan tangan pemuda yang lembut itu.     

Suasana di Istana Guangxin hening. Mata sang Putri Sulung pun terpejam, bulu matanya yang panjang dan terliaht sedikit gemetar bersandar di kulitnya yang putih. Tiba-tiba, ia mengatakan "Jika kamu ingin menikah dengan Wan'er, kamu harus melupakan insiden empat tahun lalu itu."     

Jari-jari Fan Xian berhenti bergerak, berhenti tepat di bawah telinga sang Putri Sulung. Meski sekilas tampak normal, itu adalah titik akupunktur yang berpotensi fatal.     

[1] Lin Chong adalah karakter dalam cerita berjudul Water Margin, yang tertipu untuk memasuki Aula Macan Putih dengan senjata yang dimilikinya dan ditangkap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.