Sukacita Hidup Ini

Kurang Beruntung Meskipun Naik Jabatan



Kurang Beruntung Meskipun Naik Jabatan

0Putra Mahkota Li Chengqian memiliki tubuh yang lemah dan rentan terhadap penyakit. Kalau ini, Fan Xian sudah tahu sebelumnya. Setelah memberi hormat kepada Sang Putra Mahkota, Fan Xian dengan malu-malu mendongak dan tersenyum padanya. Meskipun dia sedang berhadapan dengan Sang Putra Mahkota, Fan Xian tidak merasa terlalu gugup. Bagaimanapun juga, dia pernah minum teh bersama dengan Kaisar.     
0

Awalnya, dia tidak ingin bertemu dengan Sang Putra Mahkota, tetapi Ye Ling'er si mulut ember telah menggagalkan rencananya.     

Mereka berdua saling bertatapan. Bagi Sang Putra Mahkota, Fan Xian adalah sosok yang istimewa karena telah mengguncang ibukota. Terlebih lagi, ayahnya telah menjodohkan adiknya, Wan'er, dengan Fan Xian. Sebagai Putra Mahkota, Li Chengqian memahami alasan mengapa ayahnya mengadakan pernikahan ini.     

Jika bibinya, Sang Putri Sulung, kehilangan kendalinya akan harta kekayaan dan keuangan istana yang justru diambil alih oleh seorang musuh, maka semua hutang itu akan terekspos. Itulah yang paling dikhawatirkan Sang Putra Mahkota. Untungnya, penanggung jawab keuangan istana tidak akan diganti sebelum dua tahun lagi, jadi hal itu tidak terlalu mendesak. Tapi hubungan Keluarga Fan semakin dekat dengan keluarga Raja Jing, dan Pangeran Jing, Li Hongcheng, berhubungan dekat dengan Pangeran Kedua. Sang Putra Mahkota mengerutkan keningnya saat menatap juniornya yang sedang turun dari kereta, dan untuk sesaat dia lupa ingin mengatakan apa.     

Faksi istana barat juga terbagi menjadi pihak yang ingin melawan Keluarga Fan, dan pihak yang ingin menggandeng Keluarga Fan. Jika seandainya itu keluarga bangsawan seperti biasanya, maka Sang Putra Mahkota tidak akan peduli. Namun Keluarga Fan berbeda. Nenek dari pemuda di depannya ini adalah mantan perawat inang ayahnya. Karena hubungan itu, Sang Putra Mahkota tidak bisa melakukan apa pun terhadap Fan Xian.     

"Kamu ... Kamu adalah Fan Xian?" Sang Putra Mahkota akhirnya kembali sadar dan bertanya sambil tersenyum.     

"Betul, Yang Mulia, aku sudah pernah bertemu dengan Anda." Fan Xian, dengan penuh hormat, menyambut Sang Putra Mahkota sekali lagi."Saya tidak tahu bahwa kereta anda berada di sini, jadi saya tidak keluar dari kereta. Saya mohon maaf."     

"Oh." Saat melihat wajah Fan Xian yang tampak sangat jujur, kebencian yang dirasakan Sang Putra Mahkota terhadapnya berkurang. Tiba-tiba, ia memutuskan untuk mencermati Fan Xian sejenak "Ketidaktahuan bukanlah dosa. Adikku, Wan'er, selalu sakit-sakitan, jadi kamu harus menjaganya. Jangan seperti pemuda lainnya di ibukota yang hanya mencari kesenangan sesaat."     

"Aku tidak akan melawan keinginanmu." Fan Xian menyadari bahwa Sang Putra Mahkota tidak akan berurusan dengannya hari ini dan, dirinya pun menjadi tenang.     

"Tapi jangan jadi orang yang terlalu kaku. Setelah menikah, kamu akan menjadi anggota keluarga kerajaan dan akan sering keluar-masuk istana. Cobalah untuk bersikap sedikit santai." Ucap Sang Putra Mahkota, dengan nada menceramahi.     

Fan Xian tersenyum dan menjawab, "Baiklah, Yang Mulia." Ucapan Sang Putra Mahkota berikutnya mengejutkan Fan Xian.     

"Para delegasi diplomatik dari Kota Dongyi dan Qi Utara akan segera memasuki ibukota. Karena Kejadian Jalan Niulan berkaitan erat denganmu, istana telah menunjukmu sebagai asisten deputi untuk saat ini. Aku merasa perlu untuk memberitahumu tentang ini lebih awal, agar kamu dapat bersiap-siap. Ketika saatnya tiba, jangan panik. " Putra Mahkota berkata dengan ekspresi yang datar. Tanpa dia sadari sadar, dia baru saja membantu Fan Xian.     

Fan Xian terkejut. Dia berkata, "Sebagai fungsionaris Kuil Taichang, saya merasa tidak pantas bagi saya untuk terlibat dengan masalah-masalah negara."     

Mendengar ini, Sang Putra Mahkota mendengus dingin. "Jika kamu tidak berjadasa bagi negara, apakah kamu pikir akan ada tempat untukmu di istana?"     

Fan Xian sadar bahwa Sang Putra Mahkota sedikit marah, jadi dia cepat-cepat menyetujui ucapannya. Setelah berterima kasih kepada Sang Putra Mahkota, dia bergeser ke tepian untuk memberi jalan.     

Sang Putra Mahkota melambaikan cemetinya yang terbuat dari sutra hitam dan benang emas, dan mengangguk puas. Dia lalu berbalik untuk berbicara dengan Lin Wan'er, "Kamu harus lebih sering datang ke istana. Bibi sangat merindukanmu." Dia berhenti sejenak, kemudian lanjut mengatakan, "Bibi sering menderita ... sakit kepala." Tidak ada yang aneh dengan suara Sang Putra Mahkota, dan wajahnya tampak lembut seperti biasanya. Tetapi, Fan Xian merasakan sesuatu saat dia mencermati tatapan Sang Putra Mahkota yang lemah.     

Ling Wan'er hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.     

"Putra Mahkota akan berangkat." Dengan teriakan itu, rombongan kereta Sang Putra Mahkota mulai bergerak perlahan menuju ke Taman Musim Panas di daerah pegunungan. Fan Xian tidak berani bergerak sampai rombongan itu menghilang dari pandangannya. Sambil menghela napas, dia meregangkan pinggangnya yang terasa sedikit kaku dan tersenyum pahit. "Menjadi pegawai negeri itu sulit."     

"Kamu berani bertindak tidak setia?" Ye Ling'er bertanya dengan nada mengejek, memanfaatkan kesempatan untuk mencibir.     

"Ling'er, jangan berkata seperti itu!" Begitulah cara kerja rantai makanan. Sizhe takut pada Ruoruo, Ye Ling'er takut pada Sang Putra Mahkota. Saat melihat Lin Wan'er marah, Ye Ling'er kembali naik ke kereta.     

Lin Wan'er berjalan menuju Fan Xian. Saat ia melihat Fan Xian yang masih menatap ke arah Sang Putra Mahkota pergi, ia pun menghela napas. "Aku mengerti kekhawatiran yang kau rasakan. Tak satu pun dari tiga saudara lelakiku mudah untuk diajak bergaul. Menurutku kamu sebaiknya tidak bergantung dengan pihak mana pun."     

Fan Xian selalu mengagumi kebijaksanaan Lin Wan'er dalam berpolitik, yang selalu ditempa selama hari-harinya di istana. Fan Xian mengangguk dengan serius, dan tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Bagaimana dengan anak bungsu Sang Kaisar? Apakah dia juga sulit bergaul?"     

"Wenyun baru berusia delapan tahun. Dia tahu apa?" Lin Wan'er menghibur Fan Xian. "Kamu adalah menantu Kaisar. Menurutku istana timur tidak akan mencoba mempengaruhimu, jadi santai saja."     

Fan Xian pun tertawa; dia merasa bahwa dirinya sudah tampak cukup santai. Sambil pura-pura menghela napas, dia bertanya, "Bagaimana mungkin aku tidak gugup saat bertemu dengan melihat calon penguasa Kerajaan Qing?" Dalam kehidupan sebelumnya, orang berpangkat paling tinggi yang pernah ditemui Fan Xian hanyalah kepala sekolahnya. Tapi anehnya, sejak dilahirkan kembali — mungkin karena dia telah dilahirkan kembali dalam keluarga bangsawan — Fan Xian tidak lagi merasa gugup saat bertemu dengan sosok-sosok penting ini. Dia bisa tetap tenang, bahkan di depan Sang Kaisar sekalipun.     

Lin Wan'er tidak bisa menahan tawanya. Dia menarik kemeja Fan Xian. "Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan Sang Putra Mahkota tadi? Sebelum pernikahan kita, kamu dapat memasuki istana untuk menyambut semua wanita penting disitu. Jika sang 'Yang Tertua' itu dalam suasana hati yang baik, bukannya tidak mungkin kalau dia ingin bertemu denganmu. Setelah melewati sepuluh bagian istana, kamu akan mati rasa, bahkan jika kamu cemas. "     

"Yang Tertua?" Fan Xian menyadari bahwa Wan'er sedang membahas sang Permaisuri Janda yang tinggal di bagian istana yang paling dalam. Entah mengapa tiba-tiba dia merasa bergidik.     

"Waktunya pergi. Kenapa kau masih berdiri di situ? Sang Putra Mahkota saja sudah lama pergi." Fan Sizhe akhirnya kehilangan kesabaran dan mengeluh. Dabao mendengar keributan di luar kereta, jadi dia juga ikut mengeluh.     

Fan Xian tertawa dan dengan perintahnya, rombongan Keluarga Fan pergi meninggalkan tempat itu.     

----     

Fan Xian beruntung karena dapat hidup untuk yang kedua kalinya, maka dari itu dia harus menjalani kehidupan barunya ini dengan sepenuh hati. Wanita cantik, uang, kekuasaan; dia tidak boleh kehabisan hal-hal itu. Tapi dia tetap merasa jengkel karena dia seolah-olah berada di perairan yang keruh sejak tiba di ibukota.     

Saat ini, toko bukunya baik-baik saja, dan bab-bab selanjutnya dari Story of the Stone sedang dalam persiapan untuk dicetak. Fan Xian bisa melihat bahwa arus uang mengalir dengan deras. Begitu dia mengambil kendali kekayaan dan keuangan istana, dia berencana untuk menyerahkan toko buku Danbo ke tangan Balai Qingyu dan Fan Sizhe. Dan untuk urusan-urusannya di Istana, dia bisa meminta bantuan kepada ayahnya, Chen Pingping, dan sekutu-sekutu ibunya. Sedangkan untuk menghadapi bahaya-bahaya yang menantinya, ada Wu Zhu yang selalu siap untuk menolongnya. Bahkan jika Wu Zhu tidak muncul, seperti yang terjadi saat di Jalan Niulan, Fan Xian percaya bahwa dia dapat melindungi dirinya sendiri.     

Tiba-tiba, Fan Xian merasa bahwa dirinya berpotensi untuk menjadi seorang miliader.     

Semua itu masih khayalannya belaka. Orang-orang di sekitarnya dan dirinya sendiri tahu akan hal itu. Sambil memandang jalanan dari dalam kereta dengan tenang, Fan Xian menjentikkan jarinya. "Itu tadi bukan kebetulan. Ada tiga belas properti milik Kaisar di ibukota, dua Istana sementara, dan satu lahan berburu. Semuanya dapat diakses oleh Sang Putra Mahkota. Mengapa dia hari ini memilih untuk pergi ke Taman Musim Panas? Taman Musim Panas adalah tempat tenang dan terletak jauh dari ibu kota, karena itu kenapa kita memilih tempat itu. "     

Saat di jalan, Fan Xian dan Wang Qinian berada di dalam kereta yang sama, karena itulah mereka dapat berbincang-bincang dengan leluasa.      

Wang Qinian mengerutkan keningnya. "Jika memang benar ada seseorang yang sengaja membuat Sang Putra Mahkota pergi ke Taman Musim Panas dengan tujuan agar muncul konfilk diantara kita dengannya, siasat seperti itu akan terlalu rumit dan susah dijalankan, dan belum tentu hasilnya baik."     

Fan Xian menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tatapan dingin, "Selama ada seseorang di samping Sang Putra Mahkota, maka bukan hal yang sulit untuk memanipulasi tujuan tamasyanya dimana. Lagipula, aku dikenal sebagai sosok yang sombong di ibukota. Karena itu, aku duga bahwa siapa pun yang menginginkan agar kami bertemu, dia pasti tidak mengira bahwa Sang Putra Mahkota akan marah padaku yang notabene berusaha untuk mengambil alih warisan hartanya.     

"Hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara Istana mengambil keputusan. Perjalanan Sang Putra Mahkota ke luar ibukota misalnya, berapa lama persiapan mereka? Kita datang ke Taman Musim Panas kemarin. Jika Sang Putra Mahkota benar-benar sudah merencanakan untuk datang dari jauh-jauh hari, maka ini benar-benar hanya kebetulan belaka, bukan disengaja."     

Fan Xian kembali menggelengkan kepalanya. "Kita sudah memastikannya tadi. Ketika Sang Putra Mahkota pergi ke luar, selama tempat tujuannya paling jauh berjarak 14 kilometer dari ibu kota, dia hanya perlu mengirimkan pemberitahuan terlebih dahulu. Butuh waktu setidaknya satu hari baginya untuk bersiap-siap. Dilihat dari waktu kami bertemu, aku memperkirakan bahwa Putra Mahkota baru berangkat pagi tadi."     

Wang Qinian memandang Fan Xian dengan khawatir. Ia lalu bertanya dengan suara rendah, "Kira-kira, siapapun yang merencanakan ini berharap mendapat keuntungan apa?"     

Fan Xian pun tersenyum. "Banyak. Jika Sang Putra Mahkota benar-benar mempermalukanku di sini, maka kurasa keluargaku hanya bisa mengibarkan bendera merah dan membeberkan rahasia mereka."     

"Mungkinkah orang itu adalah Pangeran Kedua?" Wang Qinian mencoba memastikan hal yang ia curigai     

Fan Xian memikirkannya untuk sesaat. Terlepas dari upaya Pangeran Kedua berkali-kali untuk bertemu dengannya, dan semua kebetulan yang terjadi, Fan Xian dan Pangeran Kedua tidak pernah bertemu. Meskipun Fan Xian tidak tahu seperti apa sosok Pangeran Kedua ini, dia memiliki firasat bahwa orang itu bukanlah macam orang yang akan memaksakan kehendaknya. Fan Xian berkata, "Siapa yang tahu? Orang-orang di dalam istana semuanya pandai dan licik. Buat apa aku peduli?"     

Fan Xian tidak berbohong ketika dia mengatakan bahwa dirinya tidak akan peduli. Tapi dia masih memerintahkan Wang Qinian untuk keluar dari kereta guna memeriksa apakah ada yang membuntuti mereka. Dia percaya dengan kemampuan yang dimiliki Wang Qinian. Jika benar ada yang membuntuti mereka, maka siapa pun itu harus segera ditangkap. Jika tidak ada yang membuntuti mereka, itu berarti dia hanya terlalu paranoid dan kemungkinan besar pertemuannya dengan Sang Putra Mahkota memang hanya kebetulan belaka.     

Fan Xian tersenyum pahit sembari bersandar ke bantalan kursi yang lembut, sambil berharap bahwa memang dirinya saja yang terlalu paranoid.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.