Cincin Naga

The Straight Chisel School



The Straight Chisel School

0

Beberapa hari selanjutnya di institut Ernst.

0

Saat pagi tiba. Linley sarapan dan kembali menuju belakang gunung bersiap untuk melakukan latihan.

Ketika berjalan di jalan keluar dari institut, Shadowmouse kecil yang berada di pundak Linley melihat keadaan sekitar. Cukup banyak orang di institut Ernst yang memiliki peliharaan seekor Magical Beast dan tak ada yang mempedulikan Shadowmouse yang berada di pundak Linley. Tapi kemudian…

"Anak itu adalah Linley, nomor satu dari seluruh siswa kelas satu." Terdengar sebuah suara dari kejauhan.

Linley langsung menatap arah datangnya suara itu dan melihat dua gadis cantik berbicara selagi menatap pada Linley. Ketika Linley melihat kearah mereka berdua, kedua gadis itu langsung gugup terdiam.

"Wah aku jadi terkenal." Linley mengejek dirinya sendiri.

Beberapa hari lalu, ia juga sering menemui orang-orang yang sedang membahasnya. Sejak ia mengalahkan Rand si pemenang turnamen tahunan untuk kelas satu itu, semuanya langsung menyetujui bahwa Linley adalah yang nomor satu dari seluruh siswa kelas satu.

"Oh siapa?" Linley tiba-tiba melihat sebuah perawakan yang langsing di depan.

Rambut pirang pendek dan tubuh yang langsing seperti Reynolds. Sebuah aura dingin keluar dari dirinya saat Linley berjalan.

"Dixie?" Mata Linley terbelalak.

Dixie juga berusia Sembilan tahun dan terlebih lagi sebulan lebih muda dibandingkan dengan Linley. Tapi anak berusia Sembilan tahun ini sudah menjadi seorang Mage tingkat ketiga. Meskipun semakin susah untuk mencapai tingkat yang semakin tinggi, seorang Mage tingkat ketiga yang berusa Sembilan tahun itu tentu saja sangat mengejutkan.

"Dixie. Aku dengar kemarin saat ujian menjadi seorang Mage, Dixie menunjukkan bahwa ia sebenarnya telah memiliki persyaratan yang cukup untuk menjadi Mage tingkat keempat." Kata sejumlah gadis berusia tujuh belas dan delapan belas dari samping.

Kebanyakan siswa kelas tiga berusia lebih dari enambelas tahun, dan si jenius Dixie adalah pengecualian!

"Seorang Mage tingkat keempat!"

Linley merasakan hatinya bergetar. Mereka berdua menginjak pada usia yang sama, dan Dixie jelas lebih muda darinya. Tapi ia sudah menjadi seorang Mage tingkat keempat sedangkan Linley hanya seorang Mage tingkat kedua.

Dengan sikap yang dingin, Dixie berjalan melalui Linley.

Si jenius Dixie. Tak seorangpun yang seumuran dapat mengalahkannya.

Sebuah sinar putih keluar dari cincin Coiling Dragon, dan Doehring Cowart muncul di sebelah Linley dengan tersenyum. "Linley, kalian berdua sebenarnya tak terlalu berbeda kok. Ketika Dixie masuk kesini, kekuatan spiritualnya 62 kali lebih kuat. Itu artinya bahkan sebelum latihan, kekuatan spiritualnya telah setara dengan seorang Mage tingkat ketiga. Itulah mengapa di tahun pertamanya yang ia lakukan hanyalah mengumpulkan Mageforce untuk menjadi seorang Mage tingkat ketiga. Sekarang, ia sudah berada disini selama dua tahun, jadi sangat wajar baginya jika ia menjadi seorang Mage tingkat keempat."

Linley akhirnya memahami hal ini.

Anak ini tentunya memiliki bakat yang teramat dalam. Ia terlahir dengan kekuatan spiritual yang dahsyat, dan juga dia memiliki afinitas elemen yang luar biasa. Tentu saja, ia dapat mengumpulkan Mageforce dengan sangat cepat.

"Meskipun kecepatan berlatihnya sangat cepat, aku kira ia akan membutuhkan waktu sekitar tiga atau empat tahun untuk beranjak dari tingkat keempat menuju tingkat kelima. Dan juga butuh sekitar empat atau lima tahun agar ia bisa beranjak dari tingkat kelima menuju tingkat keenam."

"Saat ini kamu adalah seorang Mage tingkat kedua sedangkan ia adalah seorang Mage tingkat keempat. Tapi aku yakin dalam sepuluh tahun kamu akan bisa menyusulnya." Kata Doehring Cowart dengan sangat percaya diri.

Tapi Linley tidak percaya akan hal ini.

"Kakek Doehring, semakin berbakatnya seseorang, semakin cepat dia akan berkembang. Ia jelas sekali memiliki bakat lebih baik ketimbang aku, dan juga dua tingkat lebih tinggi dariku. Bagaimana bisa aku menyusulnya hanya dalam sepuluh tahun?" Linley tentu tidak bodoh. Pendidikannya di institut Ernst membuatnya tersadar betapa sulitnya untuk menaikkan sebuah tingkatan.

Dulunya, Doehring Cowart pernah mengatakan pada Linley bahwa ia dapat menjadi seorang Mage tingkat keenam dalam sepuluh tahun, tapi Linley memiliki sedikit keraguan akan hal itu. Lagipula tingkat perkembangannya kurang mencukupi.

Selagi ia bergumam, Linley telah meninggalkan gerbang di institut Ernst dan menuju belakang gunung. Selagi ia berjalan melintasi hutan, Doehring Cowart tiba-tiba berkata, "Linley, coba pergi ke tempat di sebelah sisi gunung."

"Di sebelah sisi gunung?" Linley kebingungan.

"Sudah jangan banyak tanya. Nanti aku jelaskan semuanya." Doehring Cowart tertawa.

Kebanyakan wilayah dibelakang gunung dipenuhi dengan rumput liar dan banyak pohon yang besar. Namun sesaat kemudian, Linley menemukan sebuah tempat yang diinginkan oleh Doehring Cowart. Tempat itu adalah puncak gunung yang menjulang tinggi hingga ratusan meter. Linley berdiri di dasar puncak itu.

"Kakek Doehring, mau apa disini?" Tanya Linley.

Sambil tertawa Doehring Cowart berkata, "Linley, kamu masih tak percaya jika kamu akan setara dengannya dalam sepuluh tahun? Haha… Linley, sebagai seorang Saint-level Grand Magus, aku sendiri memiliki cara untuk meningkatkan kekuatan spiritual seseorang."

"Sebuah cara untuk meningkatkan kekuatan spiritual seseorang? Bukankah meditasi saja cukup?" Linley menatap Doehring Cowart kebingungan.

Doehring Cowart tersenyum dengan tenang. "Linley, aku akui bahwa meditasi memiliki hasil yang bagus. Tapi setelah meditasi, pasti akan merasa kelelahan."

"Tentu saja aku akan merasa kelelahan. Meditasi mengharuskanku untuk menggunakan kekuatan spiritualku tiada henti. Setelah menghabiskan kekuatan spiritualku, itu adalah saat bagiku memulihkannya kembali. Aneh kalau aku tak merasa kelelahan." Linley mengerut.

Doehring Cowart dengan bangga berkata, "Oh tapi caraku benar-benar beda. Caraku tidak membutuhkan kekuatan spiritual sedikitpun. Malah seperti hiburan."

"Hiburan?" Linley makin kebingungan.

"Iya. Hiburan itu adalah – mengukir batu!" Terpasang wajah sombong di wajah Doehring Cowart.

"Mengukir batu?" Kata Linley terkejut. "Seperti patung batu yang ada di galeri Proulx?"

Doehring Cowart tersenyum dan berkata. "Benar. Ketika seseorang mengukir batu mereka akan mengeluarkan energi dan menguras kekuatan mereka sendiri. Tapi cara mengukir batu milikku berbeda. Meskipun saat awal latihan juga dapat melelahkanmu, nanti saat berakhir akan memiliki hasil yang bagus."

"Kakek serius?" Linley seakan tak percaya perkataannya,.

Doehring Cowart menatap Linley. "Tak percaya? Sebagai seorang Saint-level Grand Magus dari kekaisaran Pouant yang kuno, dulunya banyak patung batu yang kubuat ditawar oleh bangsawan seharga satu juta kepingan emas. Tapi bagaimana bisa aku yang seorang Saint-level Grand Magus mau memberikan patung batu yang aku banggakan?"

"Kakek sehebat itu? Lalu bagaimana bisa aku tak pernah dengar nama kakek sebagai Grandmaster ukir yang pernah ada?" Tanya Linley curiga.

Doehring Cowart menjawab agak canggung, "Yah, aku sembunyikan semua patung batuku didalam ruangan bawah tanah yang tak seorangpun tahu. Setelah lima ribu tahun, aku sendiri bahkan tak yakin dimana letaknya." Lima ribu tahun itu cukup untuk mengubah lautan menjadi sebuah ladang. Seluruh kekaisaran Pouant telah musnah. Siapa yang tahu dimana ruangan itu sekarang?

"Hoho, jadi tak seorangpun dengar tentang kakek ya?" Linley mulai tertawa.

"Masih tak percaya?" Doehring Cowart menatapnya lagi. "Dulu, saat Proulx masih seorang anak ingusan, ia datang padaku dan memohon padaku untuk memperlihatkan padanya beberapa patung batuku. Setelah menganalisa patung batuku, anak itu mendapat pencerahan dan pada akhirnya dia menjadi seorang master ukir batu. Terlebih lagi, ia bisa dianggap sebagai muridku."

Linley terkejut.

"Proulx?" Barulah Linley merasa kagum.

Proulx adalah seseorang yang diakui selama bertahun-tahun sebagai pemahat batu terbaik dalam sejarah dan dia dapat dianggap sebagai murid Doehring Cowart.

"Tentu saja, jika seseorang dapat mendeskripsikan hasil karya Proulx adalah ingin mengejar sebuah kesempurnaan, maka hasil karyaku jauh lebih sempurna lagi. Aku menamai cara mengukirku sebagai 'Straight Chisel School'. Straight Chisel School ini benar-benar berbeda dengan semua cara mengukir batu yang ada. Patung ini mengejar sesuatu yang jauh lebih sempurna. Cara ini pada awalnya sangat melelahkan, tapi saat sudah menguasainya, kamu akan mendapatkan buahnya." Terlihat sebuah kepercayaan diri yang sangat besar di wajah Doehring Cowart.

Melihat ke Linley, sebuah senyuman tersirat di wajah Doehring Cowart. "Tentu saja dulu, aku adalah satu-satunya anggota di Straight Chisel School. Mulai saat ini, kamu adalah anggota kedua."

Dalam hatinya, Linley memiliki kepercayaan diri yang tinggi kepada Doehring Cowart jadi ia akhirnya belajar mengukir padanya.

Dan lagi…

Jika perkataan Doehring Cowart benar, dan ia dapat menjadi kuat selagi ia bisa menjadi seorang ahli pahat, hanya dari kemampuan memahatnya saja, ia dapat menjadi penyokong untuk biaya sekolah Wharton.

"Ditulis, tercatat dalam sejarah dalam sepuluh ribu tahun yang lalu. Pada jaman dahulu kala sebelum tulisan belum ditemukan, mengukir batu sudah ada sejak saat itu." Kata Doehring Cowart. "Ratusan ribu tahun atau bahkan jutaan tahun yang lalu, nenek moyang kita akan mencatat ingatan dan penglihatan mereka dalam sebuah patung. Itu adalah cara paling tua untuk mencatat sejarah dan budaya."

Linley juga mengangguk.

Tidak ada sebuah budaya yang lebih tua dibandingkan dengan mengukir batu.

"Bertahun-tahun kemudian, mengukir batu adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Dan membuat sebuah patung batu dengan aura yang unik itu tentu lebih sulit. Semakin hal itu sulit dilakukan, semakin berharga pula hasilnya nanti." Kata Doehring Cowart.

Linley menyetujui hal ini.

Jika kamu ingin mengukir sebuah guratan, tentunya akan sangat mudah. Tapi jika kamu ingin mengukir berbagai jenis guratan, tentu akan sangatlah sulit karena batu itu sifatnya sangat kokoh.

"Sebuah tampilan, kualitas, jenis dari batu bukanlah hanya dari tampilannya saja, tapi juga potensinya untuk menjadi bentuk yang sempurna. Kita menggunakan pemahat untuk menghilangkan beberapa bagian sehingga keindahan murni dari batu ini terlihat jelas. Itulah namanya seni mengukir batu."

"Mengukir batu adalah cara mengendalikan ruang dan tampilan. Ketika mengukir batu, seseorang harus memahat dari luar dan dari dalam sedikit demi sedikit, dengan perlahan mengeluarkan 'kemurnian' itu dari dalam. Kemudian perlahan menghilangkan bagian yang kurang penting sehingga kemurnian dari batu itu menjadi semakin jelas. Hal ini akan membuat pemahat dapat merasakan bahwa hasil pekerjaan ada seni yang 'berkembang' dengan anggun.

Saat dia memulai, Doehring Cowart tak bisa berhenti bercerita tentang ukiran.

Tapi Linley dapat mengatakan dengan jelas betapa Doehring Cowart menghormati seni ini.

"Kebanyakan cara mengukir batu menggunakan banyak alat seperti butterfly chisel, straight chisel, skew chisel, triangular chisel, jade bowl knife, palu, gergaji, dan banyak lagi. Alasan mengapa banyak sekali peralatan yang digunakan karena batu itu sangat kokoh dan keras. Jadi mereka menggunakan butterfly chisel untuk mengubah bentuknya, straight chisel untuk potongannya, triangular chisel…."

Mendengarnya berbicara, Linley mulai memahami teknik dasar untuk mengukir batu.

Doehring Cowart tiba-tiba tertawa. "Tapi caraku mengukir batu sangat berbeda dengan yang lainnya. Karena alat yang aku gunakan untuk memahat batuku hanyalah satu alat saja – straight chisel! Itulah mengapa caraku disebut dengan Straight Chisel School!"

"Bagaimana mungkin? Kakek memahat hanya menggunakan satu alat saja?" Linley langsung mengajak berdebat. "Kakek sendiri bilang bahwa banyak peralatan yang dibutuhkan contohnya patung sisik ikan. Bagaimana kakek menggunakan straight chisel untuk mengukir itu? Bukanlah sangat tidak mungkin?"

"Salah. Meskipun orang lain tak bisa, kita Mage elemen bumi bisa!"

Doehring Cowart berkata dengan percaya diri, "Mage elemen bumi dapat merasakan sebuah bentuk asli dari dalam bebatuan. Dengan kekuatan pergelangan tangan yang cukup, kita dapat mengukir batu hanya dengan menggunakan straight chisel. Tapi tentu saja Straight Chisel School ini tidak mudah. Hari ini, tugasmu adalah membeli straight chisel yang tajam. Mulai hari ini, tiap hari aku akan menghabiskan waktu sebanyak tiga jam untuk mengajarimu cara mengukir batu."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.