Cincin Naga

Desri



Desri

0Hampir semua penduduk desa di desa kecil yang tersembunyi di bagian selatan Anarchic Lands ini berkumpul di sini, menatap Miller, Livingston, dan Linley saat mereka terbang. Ribuan orang itu langsung menjadi gembira dan mulai mengucapkan nama kedua Saint tersebut.     
0

"Miller!" "Miller!" "Miller!" "Miller!"     

"Livingston!" "Livingston!" "Livingston!" "Livingston!"     

Gelombang sorak-sorai bergema dari lembah. Suasana di sini sangat meriah dan bersemangat. Miller, Livingston, dan Linley terbang ke tengah. Miller baru saja mengulurkan tangannya dan melambai, dan semua orang di daerah itu terdiam.     

Semua orang menatap ketiga orang di tengah, dan banyak juga yang melihat Shadowmouse kecil yang mungil di bahu Linley.     

Senyuman muncul di wajah Miller. "Tahun ini akan sama dengan yang lalu. Kita akan memulai pertandingan tahunan kita. Namun, ada satu perbedaan tahun ini. Pertama-tama, ada julmah 1022 peserta di pertandingan tahun ini, yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Dan kedua... tahun ini, Master Linley, yang terkenal di seluruh benua Yulan, telah datang!"     

Master Linley?     

Mendengar nama ini, ribuan penduduk desa terdiam, mengalihkan tatapan mereka ke arah Linley... dan kemudian, seluruh desa itu meledak dalam sorak-sorai sambutan yang meledak-ledak. Semua orang merasa sangat gembira karena seorang Saint jenius yang legendaris telah tiba.     

"Permisi. Permisi." Reynolds terus-menerus menekan ke depan.     

Tapi ada terlalu banyak orang. Reynolds, yang selalu bersikap rendah, pada awalnya berada di pinggiran kerumunan, tapi sekarang, dia menekan ke depan.     

"Mengapa kau mendorong ke depan?" Sebuah teriakan yang tidak senang.     

Reynolds menoleh dan melihat Videle, pemuda yang memiliki dendam terhadapnya. Saat ini, daerah itu dipenuhi dengan sorak-sorai, tapi Videle menatap dingin ke arah Reynolds dan berbisik, "Apa, kamu ingin melihat Master Linley? Haha...sungguh lucu!"     

Tapi Reynolds tidak menghiraukan Videle, melewati lebih banyak orang saat dia terus menerobos ke depan.     

"Semuanya, diam." Miller mengulurkan tangannya dan melambai, dan penduduk desa mulai terdiam. Tapi persis saat Miller hendak berbicara, sebuah suara terdengar dari dalam kerumunan. "Saudara ketiga!"     

Linley telah terlibat dalam obrolan pelan dan tertawa dengan Livingston, tapi tiba-tiba wajahnya mengeras. Melihat perubahan di ekspresi Linley, Livingston terkejut. Dia berbisik, "Linley?" Tapi sepertinya Linley bahkan tidak mendengarnya, saat dia perlahan mengalihkan pandangannya ke arah suara itu.     

Sosok yang dikenalnya itu di dalam keramaian...     

"Saudara ketiga..." Reynolds sangat gembira sehingga seluruh tubuhnya gemetar.     

"Saudara keempat!" Linley merasa dipenuhi dengan sukacita dan kegembiraan. Dengan tidak memperdulikan apa yang akan dikatakan Miller dan Livingston, tubuh Linley berubah menjadi bayangan saat dia bergegas menuju Reynolds, yang telah menekan jalannya masuk. Kedua saudara itu langsung saling merangkul dalam pelukan.     

Pelukan yang sangat kuat!     

Setelah mengetahui kebenaran di balik bagaimana Reynolds 'meninggal', Linley dipenuhi dengan amarah, dan dengan kemarahan itu, membantai Pangeran Julin. Ketika Linley mengetahui bahwa Hugh yang membunuh Reynolds, Linley telah merencanakan untuk membunuh Hugh di sana di kemah militer untuk membalas dendam saudaranya.     

Tapi setelah itu, Hugh menegaskan bahwa Reynolds tidak mati. Baru pada saat itu Linley menahan diri untuk membunuhnya.     

Linley bukan tentara. Di dalam hatinya, dia tidak peduli dengan kedudukan bangsawan atau urusan militer. Menurut hak istimewa bangsawan, seperti kata pepatah, 'Jika raja memerintahkan pejabatnya untuk mati, para pejabatnya tidak punya pilihan selain mati.' Pangeran Julin, dalam ketakutannya akan kematian, telah membiarkan Reynolds 'mati' sia-sia. Dia bisa melakukan ini karena menurut hak istimewa bangsawan, hak-hak para bangsawan jauh lebih besar daripada nyawa Reynolds pada saat itu.     

Tapi untuk Linley?     

Omong kosong!     

Bahkan sang Kaisar pun tidak sepenting saudaranya. Memangnya kenapa kau dia seorang Kaisar? Dia lahir dari klan kerajaan dan mewarisi takhta kekaisaran. Apa, apakah itu berarti dia tentu lebih mulia daripada saudara Linley? Itu tidak lebih dari yang dipercaya oleh orang biasa bodoh. Linley sama sekali tidak mempedulikan itu semua.     

"Reynolds dan Master Linley...tapi..." Semua orang tertegun.     

Secara khusus, Videle. Anak tampan Reynolds itu memeluk Linley dengan erat. Apa hubungan diantara mereka?     

Linley dan Reynolds saling melepaskan satu sama lain.     

Sangat jarang bagi Linley untuk memiliki tatapan sukacita seperti itu di wajahnya. Berpaling untuk melihat Miller dan Livingston, dia berkata, "Miller, maaf sekali. Aku mengganggu tugasmu pada pertandingan ini."     

"Tidak apa-apa." Miller buru-buru berkata, tapi kemudian menatap Linley dengan bingung. "Saudara Linley, kamu dan Reynolds...?"     

Linley dengan santai meletakkan tangannya di bahu Reynolds. "Reynolds adalah temanku, salah satu saudara paling tersayang terdekatku, seperti seorang saudara sesungguhnya." Reynold tertawa saat memukul bahu Linley juga. "Saudara ketiga, jangan mengatakan hal-hal gila seperti itu."     

"Haha..." Linley tertawa dengan kebahagiaan besar.     

Pertandingan desa diadakan sesuai dengan peraturan normal, tentu saja, tapi banyak pemuda, saat melihat Linley dan Reynolds, merasa sangat tercengang. Mereka telah menggertak Reynolds dulunya, mengisi hari-harinya dengan pukulan dan tendangan. Jika Reynolds memberitahu Linley, dan Linley memberitahu Miller...     

Mengingat betapa kerasnya Miller dalam memberikan hukuman, mereka akan sial.     

"Reynolds ini... bagaimana Reynolds ini bisa kenal dengan Master Linley?" Videle dan pemuda lainnya merasa sangat menyesal.     

Setelah upacara peresmian pertandingan berakhir, Miller, Livingston, Linley, dan Reynolds berangkat bersama, menuju ke daerah terlarang; rumah Monica     

"Paman Miller, aku seharusnya tidak pergi." Reynolds melihat pepohonan belukar yang jauh itu dan langsung berkata.     

Ini adalah daerah terlarang.     

Miller tertawa. "Tidak perlu. Karena kamu adalah saudaranya Linley, ikutlah bersama kami. Ini bukan masalah besar." Miller tiba-tiba mengerutkan kening dan tertawa. "Reynolds, kamu memanggilku Paman Miller... tapi aku memanggil Linley sebagai saudara. Ini... ini benar-benar... lucu, haha."     

Linley dan Reynolds sama-sama terkejut. Baru sekarang mereka juga menyadari hal ini.     

Livingston tertawa juga. "Miller, cukup ngobrolnya. Kalian masing-masing bisa saling memanggil sesuai keinginan kalian. Kamu dan aku berusia lebih dari seribu tahun, namun kita mengenal Saint yang berusia di atas empat atau lima ribu tahun. Bukankah kita semua saling memanggil dengan nama?"     

"Aku hanya berbasa-basi." Miller mengerutkan bibirnya dengan tidak senang.     

Reynolds mulai tertawa juga. Bahkan Miller yang biasanya berwajah dingin juga memiliki sisi lucunya. Kemungkinan besar, sangat sedikit orang di desa yang pernah melihat Miller tertawa. Reynolds mengerti... hanya di depan para petarung yang setingkat dengan dirinya, orang-orang ini akan bercanda dengan sangat bebas.     

"Miller, ayo cepat. Aku sangat penasaran dengan para petarung yang kamu sebutkan itu." Linley mendesak.     

Linley selalu merasakan sedikit pengharapan kapan pun dia memikirkan para petarung di desa misterius ini. Dia tahu... para petarung ini mungkin adalah beberapa dari orang-orang yang telah dibicarakan oleh War God, 'para petarung yang diam-diam berlatih dalam pengasingan'. Para petarung ini tidak begitu dikenal di benua ini. Atau mungkin, lama sekali, mereka sangat terkenal. Petarung ini, dalam hal kekuatan, jauh lebih kuat dari orang-orang terkenal di masa sekarang.     

Melewati pepohonan belukar yang padat, mereka sampai di daerah berumput yang besar, penuh dengan bunga dan dengan bangku batu dan meja batu yang diletakkan di dekatnya.     

Di tengah daerah berumput ada danau bundar.     

Melewati daerah berumput, mereka sampai di sebuah lokasi di sebelah lereng gunung. Di sebelah lereng gunung ada beberapa rumah batu. Lereng gunung itu sendiri telah dilubangi juga dengan beberapa terowongan.     

"Kakak Reynolds!" Suara gembira dan senang terdengar, dan dari terowongan terdekat, sesosok yang berpakaian putih datang berlari. Melihat gadis cantik berambut hijau giok itu, Linley berpaling untuk melihat ekspresi di wajah Reynold.     

Linley tertawa pelan. "Saudara keempat, tak heran kamu tidak mau pergi."     

Reynolds tertawa canggung.     

Tatapan yang dilihat Linley di wajah Reynolds membuat Linley merasa seolah-olah telah melihat seorang bermuka ganda. Si playboy Reynolds benar-benar bisa merasa malu? Mungkinkah kali ini, Reynolds benar-benar jatuh cinta?     

"Kakak Reynolds, apa yang kamu lakukan di sini?" Monica meraih tangan Reynolds. Dia sangat gembira. Reynolds segera berjalan dengan Monica ke satu sisi, lalu berbisik dan menjelaskan pada Monica, yang langsung berpaling untuk menatap Linley dengan terkejut. "Dia Linley?"     

"Haha, aku dengar Linley datang?" Terdengar tawa keras.     

Tiga sosok muncul dari sisi lain daerah berumput. Orang yang baru saja berbicara itu adalah pria tua dengan rambut berwarna putih salju tapi berwajah kemerahan bagai seorang anak kecil. Dua lainnya? Yang satu adalah pria paruh baya yang agak gemuk dan tampaknya ramah, sementara pria lain yang berjalan di antara mereka adalah seorang pria paruh baya yang sopan dengan rambut hitam panjang yang mengenakan jubah panjang berwarna putih bulan.     

Pria paruh baya yang sopan itu jelas pemimpin ketiganya.     

"Ayah." Monica segera berlari menuju pria paruh baya yang anggun itu, menarik tangannya dengan perhatian saat dia menunjuk Reynolds dan mengenalkannya. "Ayah, ini adalah Reynolds yang aku bicarakan padamu."     

Monica segera mengenalkan Reynolds, membuatnya gugup.     

Ini sama saja dengan melihat mertuanya untuk pertama kalinya. Yang paling penting... calon mertuanya sepertinya adalah seorang tokoh yang sangat luar biasa.     

"Tidak buruk." Pria paruh baya yang sopan itu menyukai Reynolds dengan sebuah senyuman ramah. Miller segera memperkenalkan, "Tuan, Reynolds ini awalnya pergi ke sekolah yang sama dengan Linley. Mereka adalah teman dekat. Untuk mereka bisa bertemu dengan kita di sini berarti ikatan takdir yang mengikat kita bersama."     

Saat Miller berbicara, dia berjalan menuju pria paruh baya yang sopan itu, sementara pada saat bersamaan, dia mengucapkan sesuatu.     

Wajah pria paruh baya yang sopan itu membeku sesaat, tapi kemudian kembali normal. Namun, ketika tidak ada yang memerhatikan, dia mengintip Shadowmouse kecil, 'Bebe', di bahu Linley. Senyum di wajahnya langsung meningkat dalam keramahan sebesar 30%.     

"Linley, halo. Sangat senang bisa bertemu denganmu Haha... izinkan aku mengenalkanmu." Pria paruh baya itu berbicara dengan sangat ramah. Sambil menunjuk pada pria tua berwajah kemerahan itu, dia berkata, "Ini adalah teman baikku yang datang ke sini bersamaku, Hayward[1]. Dia juga seorang Mage, tapi dia adalah seorang Mage elemen api."     

Tetua berwajah merah, Hayward, tertawa kecil ke arah Linley. "Tingkat kesembilan pada usia dua puluh tujuh. Benar-benar mengagumkan."     

"Pria ini adalah Foreman[2]. Dia adalah seorang Warrior Saint-level, dan sepertimu, dia berlatih di Elemental Laws of the Earth." Pria paruh baya yang anggun itu tertawa. "Aku punya teman lain yang saat ini sedang dalam latihan. Dia seharusnya tiba beberapa saat nanti. Oh, benar. Aku belum memperkenalkan diri."     

Pria paruh baya yang sopan itu tersenyum saat menatap Linley. "Namaku Desri. Aku berlatih di Elemental Laws of Light."     

Jantung Linley bergetar sedikit.     

Itu benar-benar dia!     

Menurut War God, benua Yulan memiliki lima Prime Saint yang hanya satu langkah jauhnya dari menjadi Deity. Fain dari War God's College adalah salah satunya, sementara yang lainnya adalah seorang petarung bernama Desri di Anarchic Lands.     

Linley memahami bahwa para petarung seperti orang-orang ini bisa mengalahkannya hanya dengan satu gerakan, seperti bagaimana Fain menyebabkannya jatuh dan hampir pingsan dengan satu serangan.     

Baik Fain dan Desri telah sampai di ambang pintu ke Deity-level. Dengan satu langkah melewati ambang pintu itu, mereka akan mencapainya, tapi langkah itu sangat sulit. Cesar, misalnya, yang sebelumnya setara dengan Fain, sudah menghabiskan ribuan tahun juga, tapi setelah menerobos dan mengambil langkah terakhir itu, dia telah menjadi seorang Demigod.     

"Salam hormat, Tuan Desri." Linley berkata dengan rendah hati.     

Desri tertawa santai. "Ayo, ayo duduk di dalam. Istriku seharusnya segera datang juga."     

Semua orang langsung menuju terowongan terdekat.     

"Whoah." Linley menatap dengan takjub pada arsitektur di dalam gunung. Bagian dalamnya telah dilubangi, menciptakan sebuah ruang kosong dan besar dengan berbagai macam ruangan dan halaman yang dibangun di dalamnya. Yang paling penting, langit-langit di atas dipenuhi dengan segala macam batu permata, mengisi daerah dengan sebuah cahaya yang bercahaya warna-warni, mempesona seperti mimpi.     

Di dalam gunung, suara air yang menetes dari mata air pegunungan terkadang terdengar. Rasanya begitu damai.     

Suhu hari ini agak rendah, tapi di dalam gunung, suhu jauh lebih hangat dan cukup nyaman. Di daerah yang kosong, ada beberapa meja persegi yang dipenuhi dengan berbagai macam buah dan makanan lezat.     

"Linley, duduklah dulu. Biarkan aku memanggil istriku. Hayward, kamu dan yang lainnya bisa menemani Linley untuk saat ini." Desri tersenyum, lalu langsung masuk lebih dalam ke dalam. Setelah melewati sejumlah tikungan dan belokan, Desri tiba di sebuah ruangan batu yang tertutup rapat.     

Suara gemuruh batu bisa terdengar, dan pintu batu terbuka. Seorang wanita cantik berambut hijau giok yang mengenakan jubah putih bangsawan keluar. Sekilas, dia terlihat hampir sama dengan Monica. Hanya ketika seseorang menatapnya lebih dekat, orang akan tahu bahwa dia sedikit lebih dewasa dan lebih tenang daripada Monica.     

"Istriku." Desri tertawa saat melihat wanita ini. "Datanglah. Hari ini, tidak hanya Linley yang datang, tapi Reynolds juga datang."     

Wanita cantik itu mengerutkan kening. "Mengapa Reynolds itu datang?" Dia benar-benar tidak menyukai anak tampan yang tiba-tiba muncul entah dari mana dan ingin mengejar putrinya.     

"Reynolds dan Linley adalah teman baik yang besar bersama." Desri menjelaskan.     

"Jadi kenapa kalau mereka teman baik? Linley tidak lebih dari seorang jenius." Wanita cantik itu tidak menganggap Linley begitu istimewa. "Jika bukan karena tingkat latihannya yang begitu cepat dan jika kita hanya melihat berdasarkan dari tingkat kekuatannya saat ini, bagaimana bisa dia layak membuatku meninggalkan latihanku hanya untuk menemuinya?"     

Desri tertawa saat dia menggelengkan kepalanya. "Istriku, aku pikir kamu sebaiknya tidak menghalangi Reynolds dan putri kita untuk bersama, dan kamu perlu mengubah sikapmu terhadap Linley."     

"Kenapa?" Wanita cantik itu mengerutkan kening.     

Desri berkata dengan yakin, "Pergilah melihat magical beast Saint-level di bahu Linley dan kamu akan tahu kenapa. Aku pikir... ketika kamu melihatnya, sikapmu akan berubah."     

[1] Hai'wo'de     

[2] Fu'man     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.