Cincin Naga

Keheningan



Keheningan

0Di dalam sebuah kediaman yang gelap dan sepi, hanya ada Reynolds, Yale, George, beberapa lusin pembantu wanita, dan beberapa lusin penjaga. Semuanya ada di sini untuk Linley.     
0

Di bawah cabang anggur yang menggantung, George, Yale, dan Reynolds berdiri di sekitar meja batu.     

"Bos Yale. Menurutmu apa yang terjadi dengan Saudara ketiga?" Wajah Reynolds dipenuhi dengan kebingungan saat dia berkata dengan pasrah.     

Yale menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu. Ini sudah sepuluh hari sejak Saudara ketiga datang kemari, dan dalam sepuluh hari terakhir ini, Saudara ketiga tidak memiliki tenaga yang biasanya. Dia bahkan tidak berlatih, juga tidak bercanda dan tertawa bersama kita lagi. Dia selalu menyendiri."     

George mengangguk juga. "Dulu, tidak peduli apa yang terjadi, Saudara ketiga tidak akan menghentikan latihannya. Tapi sekarang dia tampaknya telah berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda."     

"Jadi siapa yang bisa memberitahuku apa sebenarnya yang terjadi dengan Saudara ketiga?" Reynolds mengertakkan giginya. "Alangkah baiknya jika aku mengetahuinya." Yale mendesah dengan pasrah.     

Hal yang paling menyakiti kepala mereka adalah karena mereka tidak tahu apa yang menyebabkan Linley menjadi seperti ini. Dia tidak lagi berlatih, juga tidak bercanda dengan mereka bertiga. Dia selalu menyendiri, seolah-olah dia telah kehilangan jiwanya.     

Dia telah menjadi seperti ini tanpa alasan yang jelas.     

Sebagai saudara kesayangan Linley, bagaimana mungkin mereka tidak khawatir?     

"Saudara ketiga pasti mengalami semacam goncangan yang luar biasa." Yale mendesah dengan pelan. George dan Reynolds semua tercengang sejenak, lalu mereka terdiam. Mereka memikirkan kembali apa yang telah mereka lihat hari itu.     

Ribuan penonton mengelilingi area melingkar dimana segala hal dengan jarak ratusan meter disekitarnya telah menjadi puing-puing. Di dalam area bencana itu, terdapat enam kawah yang dalam dan meteor yang terjatuh.     

Linley, dalam wujud Dragonform penuh, secara kejam membantai enam Special Executor tersebut, lalu duduk dan mulai menangis. Dia terisak-isak seperti anak kecil. "Aku belum pernah melihat Saudara ketiga sebegini sedih, sebigini rapuh." Yale berkata dengan suara rendah.     

George mengangguk juga. "Saudara ketiga sangat tangguh. Bahkan saat dia mengalami patah hati karena putus dengan Alice, setelah menyelesaikan patung 'Awakening From the Dream', dia langsung menuju Mountain Range of Magical Beasts untuk melakukan lebih banyak latihan."     

"Benar. Bahkan saat ayahnya meninggal, Saudara ketiga berhasil bertahan. Tapi kali ini..."Reynold tidak mengerti.     

Mereka yakin bahwa saudara tersayang mereka berada dalam keadaan rapuh saat ini, tapi tidak satupun dari mereka bisa menemukan alasannya.     

Di samping sebuah sungai kecil yang berdesir di halaman belakang rumah, Linley sedang duduk di atas sebuah batu hiasan yang dipoles. Dia menatap sungai kecil itu, tidak bergerak.     

Bebe berdiri di atas batu itu juga, tepat di sebelah Linley.     

Sama sekali terdiam. Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah desiran air yang mengalir.     

Meskipun mata Linley tertuju ke sungai kecil, pikirannya masih bersama Kakek Doehring dan saat mereka menghabiskan waktu bersama.     

Bagaimana dia bermain-main dengan Kakek Doehring saat kecil.     

Bagaimana Kakek Doehring benar-benar mengawasi ketat dan melatihnya sebagai pemuda.     

Di Mountain Range of Magical Beasts, bagaimana Kakek Doehring menasehati dia berkali-kali untuk berhati-hati tanpa merasa bosan karenanya.     

Dengan setiap memori yang berenang ke permukaan, Linley merasa hatinya menjadi tenang.     

"Setelah ayahku meninggal, kupikir sekarang aku sangat kesepian. Tapi aku tidak menyadari bahwa pada kenyataannya, aku sangat beruntung. Tidak peduli apa yang terjadi, Kakek Doehring selalu berada di belakangku, mendukungku, menghiburku, mendorongku, mengingatkanku..."     

"Tapi mengapa aku tidak menyadari hal ini dulu? Mengapa aku tidak menghargai waktu yang aku habiskan bersama dengan Kakek Doehring?" Hati Linley penuh dengan penyesalan.     

Kakek Doehring tidak pernah membuat permintaan yang berlebihan kepadanya, tapi dia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Kakek Doehring. Dia tidak benar-benar menghargai waktu yang dia habiskan bersama dengan Kakek Doehring. Mungkin secara tidak sadar, dia percaya bahwa Kakek Doehring akan selamanya bersama dia di dalam cincin Coiling Dragon.     

"Cincin Coiling Dragon? Kakek Doehring selalu berada di dalam cincin Coiling Dragon sendirian. Pasti sangat menyakitkan dan menyedihkan baginya untuk selalu sendirian di sana. Kakek Doehring mungkin juga berharap bahwa aku akan sering mengobrol dengannya, kan?" Baru sekarang Linley memikirkan hal-hal ini.     

Tapi…     

Dulu, Linley biasanya hanya akan meminta saran Kakek Doehring saat dia bertemu dengan beberapa kesulitan yang tidak dapat diatasi. Dia sangat jarang secara aktif mencari Kakek Doehring hanya untuk ngobrol.     

Dia hanya mengambil, tanpa memberi kembali.     

"Mengapa hanya setelah aku kehilangan, sekarang aku mengerti bagaimana cara menghargai?" Tubuh Linley mulai gemetar. Betapa dia berharap Kakek Doehring akan kembali dan akan berada di sisinya lagi.     

Sayangnya….     

Ini tidak mungkin.     

Kakek Doehring sudah meninggal. Mati dan hilang selamanya     

Linley bisa merasakan jantungnya terkepal, seolah-olah sedang berubah bentuk. Seluruh tubuhnya bergetar karena sakit. Tapi tidak ada sedikit pun rasa sakit ditampilkan Linley.     

Jauh di jantung Linley, dia bahkan mulai berpikir...     

Jika dia bisa mati sekarang dari rasa sakitnya, maka dia itu akan menolongnya keluar dari rasa sakit ini.     

"Bos." Suara Bebe terdengar di kepala Linley. Linley berpaling untuk melihat Bebe. Mata hitam kecil Bebe menatap Linley, tatapan khawatir di dalamnya.     

"Kamu... kamu memikirkan Kakek Doehring itu lagi?" Bahkan Bebe baru mengetahui setelah kematian Doehring Cowart jika Linley sebelumnya memiliki seorang hantu Grand Mage Saint-level di sisinya.     

Linley mengangguk.     

Bebe berbicara melalui telepati dengan Linley. "Bos, dapatkah kamu... dapatkah kamu menceritakanku tentang Kakek Doehring itu?"     

Melihat Bebe, Linley mengangguk sedikit, lalu mengulurkan tangan dan memegang Bebe di tangannya, memeluknya. Dia mulai bercerita pada Bebe tentang Doehring Cowart. "Tahun itu, aku berumur delapan tahun. Ada dua petarung Saint-level yang muncul di kota Wushan...."     

Sambil berdiri di luar gerbang halaman belakang, Reynolds dan yang lainnya diam-diam melihat saat Linley memeluk Bebe sambil duduk di atas batu hias yang halus dan dipoles itu.     

"Aku merasa sangat sedih sendiri, melihat Saudara ketiga seperti ini." Reynolds mendesah pelan.     

Yale dan George diam saja.     

"Kita harus memikirkan sesuatu." Mata George tiba-tiba menajam, menjadi galak. "Apapun yang terjadi, kita tidak bisa membiarkan Saudara ketiga terjatuh seperti ini."     

Yale dan Reynolds mengangguk.     

"Saudara kedua, apa kamu punya ide?" Reynolds dan Yale menatap George.     

George berkata, "Kami tidak tahu apa yang menyebabkan Saudara ketiga menjadi seperti ini. Tapi ada beberapa hal yang bisa kita perhitungkan."George berkata dengan sungguh-sungguh," Klan Saudara ketiga adalah klan Dragonblood Warrior. Sebagai klan yang pernah menguasai seluruh dunia, anggota klan tentunya ingin menghidupkan kembali klan mereka kepada kejayaan mereka sebelumnya."     

Mata Yale bersinar. "Benar. Saudara ketiga menghargai klannya dengan tinggi. Demi memperoleh pusaka leluhurnya, warblade 'Slaughterer', dia bahkan rela melelang 'Awakening From the Dream'."     

"Tepat sekali."     

George mengangguk. "Teoriku adalah, alasan mengapa Saudara ketiga selalu begitu keras pada dirinya sendiri dalam latihannya adalah karena dia memiliki sesuatu yang penting baginya yang menggerakkannya. Kemungkinan besar, mengembalikan klannya ke kejayaannya adalah dorongan yang memotivasi. Saudara ketiga telah bekerja keras selama bertahun-tahun selama ini. Dia pasti tidak akan menyerah begitu saja. Kita harus menggunakan ini untuk menggerakkan dan memberinya semangat."     

"Menggerakkan dia? Apakah itu akan berhasil?" Yale agak ragu.     

George berkata dengan pasrah, "Apakah kita memiliki cara lain yang lebih baik untuk membantunya?"     

"Kita akan menggunakan cara ini." Reynolds berdeham. "Aku tidak tahan melihat Saudara ketiga terus bertindak seperti ini lagi. Ayo. Kita bertiga akan bicara dengannya. Mari kita lihat apa sebenarnya yang terjadi."     

"Saudara keempat, biarkan Saudara kedua yang melakukan pembicaraan. Semakin banyak kamu berbicara, semakin kamu mengacaukan segalanya." Yale menegurnya.     

Mengetahui wataknya sendiri, Reynolds mengangguk. George, Yale, dan Reynolds saling pandang, lalu berjalan menuju Linley.     

Setelah mendengarkan cerita Linley, Bebe juga terdiam. Dia juga sangat sakit hati, sakit hati karena kematian Doehring Cowart. Tiba-tiba, Bebe merasakan orang-orang mendekati mereka dari belakang. Dia melompat keluar dari lengan Linley dan melihat ke arah itu.     

Itu adalah Yale, George, dan Reynolds.     

Tapi saat ini, setelah baru saja menyelesaikan kisah Kakek Doehring, Linley tenggelam dalam kenangannya sekali lagi, dan bahkan tidak menyadari bahwa orang-orang mendekatinya.     

Yale, George, dan Reynolds melirik satu sama lain, semua mendesah dalam hati. Linley adalah seorang petarung ahli. Seharusnya, Linley mungkin akan menyadari keberadaan mereka bertiga sebelum mereka memasuki halaman. Tapi sekarang, ketiganya berada tepat di belakang Linley, namun Linley sama sekali tidak bereaksi.     

"Saudara ketiga." Yale berbicara.     

Linley gemetar, lalu sedikit menoleh untuk melihat mereka bertiga. Matanya sangat tenang. "Kalian datang." Setelah berbicara, Linley menoleh ke arah sungai kecil, terus menatap pada air.     

Yale, George, dan Reynolds segera berjalan untuk berdiri di sebelah batu besar yang sedang diduduki Linley.     

"Saudara ketiga." Yale tiba-tiba meraih bahu Linley, memaksa Linley untuk menatapnya. "Saudara ketiga, apa kamu ingat hal-hal yang telah terjadi di Ernst Institute, dan apa yang sering kamu katakan kepadaku?"     

"Lupa," kata Linley dengan tenang.     

Yale menatap. "Lupa? Saudara ketiga, kamu sering merendahkanku, mengatakan bahwa aku tidak bekerja keras atau berlatih keras, dan di asrama kita, aku akan menjadi yang terlemah dari kita berempat, meskipun secara fisik adalah yang terbesar."     

Dulu ketika keempatnya adalah teman satu asrama, tentunya mereka sering bercanda satu sama lain.     

Tapi Linley tetap diam.     

George menatap Yale, mengangguk sedikit. Yale melepaskan bahu Linley, dan kemudian George berjalan di depan Linley, berkata dengan sungguh-sungguh, "Saudara ketiga, aku ingin bertanya kepadamu. Kamu telah berlatih dengan mati-matian selama bertahun-tahun ini. Untuk apa semua itu?"     

Linley terkejut.     

Dia memikirkan bagaimana dia telah fokus pada latihannya, sejak dia masih muda.     

"Untuk klan." Linley akhirnya menanggapi.     

Di sebelahnya, sedikit kegembiraan muncul di wajah Yale dan Reynolds. George segera berkata, "Kalau begitu aku ingin bertanya. Kamu yang sekarang, apakah kamu bersikap bertanggung jawab terhadap klanmu?"     

Melihat George, Linley tersenyum dengan pahit. Dengan suara yang suram dan sedih, dia berkata, "Ayahku sudah meninggal. Ibuku sudah meninggal. Katakan padaku. Apa gunanya bekerja keras demi kepentingan klan?"     

Linley bangkit berdiri, berjalan menuju halaman belakang.     

Yale, George, dan Reynolds semua menatap punggung Linley, lalu saling bertukar tatapan tertegun.     

"Tidak ada artinya. Semua orang mati. Apa gunanya berusaha melakukan yang terbaik?"Linley berkata dengan suara sedih dan berduka cita sebelum dia menghilang melewati pintu.     

Lima belas hari.     

Linley tinggal di dalam rumah selama lima belas hari. Selama lima belas hari ini, Yale dan yang lainnya telah mencoba semua yang mereka bisa pikirkan, tapi apa pun yang mereka lakukan, Linley tetap seperti itu.     

George, Reynolds, dan Yale duduk bersama, minum dengan tidak senang.     

"Apa yang harus kita lakukan? Apa sebenarnya yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa menyaksikan Saudara ketiga tenggelam dalam jurang keputusasaan ini."Reynolds dengan marah membanting cangkir anggur ke lantai.     

Yale dan George juga menggelengkan kepala.     

Beberapa hari terakhir ini, mereka telah mencoba semua yang mereka bisa. Mereka juga menanyakan Linley apa yang menyebabkannya menjadi seperti ini, tapi Linley tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetap diam.     

Apa yang bisa mereka lakukan?     

"Ketika aku melihat betapa diamnya Saudara ketiga, aku sangat mencemaskannya. Hatiku sakit. Saudara ketiga, duh..."Yale meraih sebotol anggur dan menuangkannya langsung ke mulutnya, meminum setengahnya dengan sekali teguk.     

Mereka tumbuh bersama Linley, dan cinta mereka satu sama lain bahkan lebih besar dari pada antara saudara sungguhan. Bagaimana bisa mereka melihat saat Linley terjatuh seperti ini?     

Duduk di kursi di dalam kamarnya, Linley menatap cincin Coiling Dragon di tangannya. Linley bisa dengan jelas mengingat bagaimana penampilan Kakek Doehring setiap kali dia keluar dari cincin itu.     

Tapi adegan itu tidak akan pernah bisa dimainkan lagi.     

Di tangan yang lain Linley, dia memakai cincin kedua, cincin interspatial. Setelah Clayde mati, cincin dan isinya menjadi benda tanpa pemilik. Ketika dia terlibat dalam pertarungan melawan enam Special Executor, darah dari tubuh Linley telah menutupi cincin itu sejak lama, dan secara alami telah dipersonalisasi dan diikat kepadanya.     

Tapi…     

Lima belas hari terakhir ini, Linley tidak begitu banyak melirik cincin interspatial ini atau isinya. Pikirannya ada di tempat lain. Bahkan saat dia tidak secara aktif memikirkannya, pikirannya akan selalu berpaling ke pemandangan saat dia bersama dengan Kakek Doehring. Bagaimana Kakek Doehring terlihat saat membelai jenggotnya, atau bagaimana penampilannya saat dia dengan tegas mengajar Linley. Segala macam kenangan, semuanya begitu jelas dan hidup.     

"Kenapa. Kenapa. Bahkan Kakek Doehring, orang terakhir yang kumiliki, dibawa pergi?"     

Setelah kehilangan Kakek Doehring, Linley juga kehilangan sumber dukungan terkuatnya. Dia merasa lebih rapuh dan lebih kesepian daripada sebelumnya. Linley memeluk erat Bebe ditangannya. Di ruangan kecil yang sunyi itu, dia terus duduk di sana, sendirian...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.