Legenda Futian

Kedatangan Para Dewa



Kedatangan Para Dewa

0Di bawah pohon tua itu, di antara butiran salju yang turun tanpa henti, tubuh Ye Futian dan Yu Sheng tampak tertutup oleh salju putih.      
0

Kedua mata Ye Futian terpejam. Di dalam benaknya, dia teringat akan kenangan masa lalunya. Di masa mudanya, dia dibesarkan di sini bersama Yu Sheng. Sekarang, mereka telah kembali ke tempat ini.      

Semua peristiwa yang terjadi di masa lalu kini terlintas di dalam benaknya, berubah menjadi gambaran-gambaran yang terukir dalam ingatannya. Pada saat ini, dia merasa seolah-olah telah kembali ke masa lalu.      

Di masa lalu, dia tidak memiliki banyak kekhawatiran dalam benaknya. Hidupnya sangat sederhana, dan dia merasa bahagia akan hal tersebut.      

Butiran salju mendarat di wajah Ye Futian, dan dia mengungkapkan senyuman tipis di wajahnya.      

Masa lalu dan masa kini terasa seperti saling tumpang tindih.      

Ye Futian telah kembali ke masa lalu. Baik wajah maupun temperamennya perlahan-lahan berubah. Namun, dia segera kembali ke kondisinya saat ini. Tubuhnya berubah-ubah, antara menjadi sosok ilusi dan tubuh nyata yang terbuat dari darah serta daging. Semua perubahan ini begitu samar dan tidak terdeteksi oleh orang lain.      

Senyuman Ye Futian saat ini berubah menjadi sebuah seringai. Dia akhirnya memahami semuanya.      

Masa lalu dan masa kini.      

Sosoknya saat ini terdiri dari Jalur Surgawi dan dirinya sendiri.      

Dia mampu berada di masa lalu dan masa kini secara bersamaan.      

Di Akademi Qingzhou, Hua Fengliu juga berdiri di atas tanah bersalju. Dia mengangkat kepalanya untuk mengagumi butiran salju yang berjatuhan.      

Pada saat ini, satu sosok berjalan melintasi salju, mendekatinya dari kejauhan. Sosok itu memiliki tubuh yang bungkuk dan terlihat rapuh. Ketika Hua Fengliu mengalihkan pandangannya dari pemandangan di hadapannya, dia menyadari kehadiran lelaki tua itu. Dia tampak tercengang, seperti tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.      

'Ada apa ini?' pikir Hua Fengliu dalam hati.      

Kenapa dia tiba-tiba berhalusinasi?      

Lelaku tua itu berhenti sejenak dan menatap Hua Fengliu sambil tersenyum.      

Semua ini tampak sangat nyata.      

Hua Fengliu mencubit dirinya sendiri. Namun, lelaki tua itu masih berdiri di sana. Dengan suara gemetar, Hua Fengliu menyapanya, "Guru?"      

"Hmm," jawab lelaki tua itu sambil menganggukkan kepalanya.      

"Grandmaster!" Hua Jieyu berjalan ke arah mereka. Dia juga tidak bisa mempercayai matanya saat dia menatap lelaki tua itu.      

Lelaki tua itu tersenyum dengan lembut sambil menatap Hua Fengliu dan Hua Jieyu. Hua Nianyu terlihat bingung. Dia tidak mengenali lelaki tua itu. Sejak kapan ayahnya memiliki seorang guru?      

"Anda benar-benar..." Hua Fengliu masih tidak percaya dengan kemunculan lelaki tua itu. Dia menoleh dan memandang ke arah dimana Ye Futian berada. Ye Futian masih duduk dengan tenang di bawah pohon tua tersebut. Hua Fengliu dan Hua Jieyu juga memandang ke arah yang sama. Tiba-tiba, mereka memahami apa yang sedang terjadi. Mereka semua tampak takjub. Namun meski demikian, mereka tersenyum lebar. Bahkan ada air mata yang mengalir di pipi mereka.      

Tentu saja, mereka menyadari apa artinya ini!      

Semua ini akan segera berlalu.      

Pada saat yang bersamaan, sebuah kekuatan yang mengerikan menyelimuti seluruh penjuru Kota Reruntuhan. Sebuah wajah raksasa tiba-tiba muncul di langit yang tak berujung.      

Tatapan mata Ji Wudao langsung menembus ruang hampa saat dia mengamati situasi di kota tersebut dari Dunia Langit.      

Para kultivator dari berbagai macam tempat, termasuk Istana Heavenly Mandate, Dunia Kegelapan, dan Western Heaven, telah berkumpul di Kota Reruntuhan.      

Sebagai pemimpin dari Prefektur Ilahi, Donghuang Diyuan juga hadir di sana. Dia adalah komandan pasukan dari Prefektur Ilahi. Pertempuran yang terjadi hari ini mungkin akan menjadi pertempuran terakhir bagi mereka. Namun, mereka telah bersumpah untuk melindungi dunia yang telah diciptakan oleh Ye Futian ini.      

Suasana sakral menyelimuti kota tersebut. Pasukan dari Kota Reruntuhan telah pergi meninggalkan kota tersebut. Perang akan segera meletus.      

"Diyuan," sebuah suara tiba-tiba memanggil namanya. Donghuang Diyuan tampak tercengang. Ketika dia berbalik dan melihat sosok yang baru saja muncul, hatinya berdebar kencang.      

Semua kultivator dari Istana Kekaisaran Donghuang tercengang ketika melihat sosok tersebut.      

"Ayah." Suara Donghuang Diyuan bergetar. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?      

Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.      

"Aku telah kembali untuk bergabung dalam perang," ujar Donghuang Agung sambil tersenyum.      

...      

Di bawah pohon tua di samping Akademi Qingzhou, Yu Sheng membuka matanya untuk memandang ke arah langit.      

Perang telah dimulai.      

Yu Sheng memandang Ye Futian, yang berada di sampingnya. Dia bisa melihat bahwa aura Ye Futian masih mengalami perubahan. Seolah-olah auranya terus berubah sepanjang waktu. Yu Sheng pun memutuskan untuk tidak mengganggunya. Dia tahu Ye Futian tidak lama lagi akan mendapatkan pencerahan.      

Saat ini, telah terjadi keributan besar di dalam Akademi Qingzhou. Seseorang sedang bergerak mendekat. Di langit di atas akademi, kawanan monster tampak melintasi langit. Jumlah mereka sangat banyak. Tidak hanya itu saja, banyak kultivator juga bermunculan di sekitar akademi, dan mereka semua bergerak menuju ke arah yang sama.      

"Cao Zheng dari Klan Cao datang untuk berkunjung," seseorang berseru dari luar akademi.      

Para kultivator yang berada di dalam akademi pun bergegas keluar. Di luar akademi, penduduk dari Kota Qingzhou juga telah berkumpul di sana. Mereka merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda hari ini dan mungkin akan ada sesuatu yang terjadi. Anggota Klan Cao mungkin datang kemari demi kepentingan Cao Yuan.      

Sudah menjadi rahasia umum di Kota Qingzhou bahwa Cao Yuan menyukai Hua Nianyu.      

Para kultivator dari Klan Cao mulai memasuki akademi. Mereka berjalan menuju Hua Fengliu. Beberapa Tetua dari Akademi Qingzhou juga mendampingi mereka, tersenyum saat mereka berjalan menuju Hua Fengliu.      

Pemandangan ini membuat Hua Fengliu mengerutkan kening.      

Klan Cao berani menunjukkan wajah mereka di sini.      

Dekan dari Akademi Qingzhou berdiri tidak jauh di belakang Hua Fengliu sambil mengamati semuanya. Dia tidak menghentikan tindakan yang dilakukan oleh Klan Cao. Dia bersikap demikian karena dia tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa terkait hal ini.      

Setelah Klan Cao bertransformasi menjadi klan teratas di Kota Qingzhou, mereka menjadi agak sombong.      

Namun, mereka bertindak lancang karena mereka belum melihat betapa besarnya dunia. Hari ini, mungkin mereka akan merasakan seperti apa itu kekuatan yang sesungguhnya.      

"Tuan," Cao Zheng dan Cao Yuan menyapa Hua Fengliu sambil membungkuk hormat. Kemudian, Cao Zheng berkata, "Putraku, Cao Yuan, sudah lama mengagumi putri keduamu. Hari ini, kami sengaja datang kemari untuk melamarnya. Merupakan suatu kehormatan bagi Klan Cao jika putraku bisa menjadi menantumu."      

"Sebaiknya kalian pergi dari sini," Hua Fengliu menjawab dengan tenang. Rasanya seolah-olah dia telah menyiramkan seember air dingin kepada mereka. Senyuman di wajah Cao Zheng langsung membeku. Hua Fengliu bahkan tidak berniat untuk berbasa-basi. Dia langsung memberikan jawaban dengan kata-kata ini.      

Dia bahkan tidak menatap mata Cao Yuan.      

"Tuan, putraku ini memiliki bakat yang luar biasa. Dia dianggap sebagai salah satu sosok terbaik di Kota Qingzhou," lanjut Cao Zheng.      

"Tuan, Cao Yuan adalah pemimpin generasi muda di kota ini. Dia memang cocok untuk putri keduamu," para Tetua dari Akademi Qingzhou berbicara dari bagian samping.      

"Enyahlah dari sini."      

Pada saat ini, sebuah suara dengan nada sedingin es bisa terdengar di sana. Dari kejauhan, Yu Sheng memandang mereka dengan tatapan tajam. Cao Zheng dan yang lainnya menoleh ke arahnya sambil mengerutkan kening. Namun, tatapan mata Yu Sheng sangat mengerikan dan sepertinya mengandung kekuatan yang tak tertandingi di dalamnya. Penampilannya tampak begitu mengintimidasi, hingga membuat tidak ada seorang pun yang berani menatap matanya.      

Hal ini membuat Cao Zheng merasa terhina. Dia menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan mata Yu Sheng.      

"Memangnya kau siapa? Sejak kapan kau berhak untuk ikut campur dalam urusan Klan Cao?" Saat ini, Cao Yuan menegurnya dengan nada dingin. Pria ini seperti anak sapi yang baru lahir, namun tidak takut dengan harimau. Hatinya saat ini penuh dengan amarah. Dia datang untuk mengajukan lamaran, tetapi dia malah dipermalukan di depan umum.      

Suhu udara di sekitarnya turun drastis saat Yu Sheng memandang Cao Yuan. Sementara Ye Futian, yang masih bersandar di pohon, membuka matanya.      

"Yu Sheng," panggil Ye Futian. Yu Sheng kemudian menarik kembali auranya dan menatap Ye Futian.      

Ye Futian berjalan menuju kerumunan tersebut. Pertama-tama, dia berhenti di depan Tetua Qin dan membungkuk hormat, lalu berkata, "Salam hormat, Grandmaster."      

Tetua Qin mendekati Ye Futian dan membantunya berdiri dengan tangannya, lalu berkata, "Futian, ini tidak pantas."      

"Grandmaster, ini merupakan suatu kehormatan bagi saya," jawab Ye Futian sambil tersenyum. Baru pada saat itulah Tetua Qin mengangguk setuju. Dia merasakan kebanggaan yang luar biasa di dalam hatinya.      

Para anggota dari Klan Cao mengerutkan kening karena kehadiran mereka telah diabaikan. Cao Yuan merasa sangat kesal. Dia datang kemari untuk mengajukan lamaran, namun pusat perhatian tampaknya telah beralih pada Ye Futian.      

Ye Futian memandang Cao Yuan dan memberi perintah, "Pergilah."      

"Memangnya kau siapa? Berani sekali memberi perintah padaku?" Cao Yuan membalas dengan nada dingin. Suasana pun berubah menjadi canggung. Semua murid dari Akademi Qingzhou juga memperhatikan mereka. Beberapa dari mereka mengkhawatirkan nasib Ye Futian. Apakah Saudara Ye kini berada dalam bahaya?      

Klan Cao adalah klan paling kuat di Kota Qingzhou.      

"Aku ini siapa?" jawab Ye Futian sambil tersenyum. Dia memandang ke arah langit dan berkata, "Aku telah kembali!"      

Ketika dia selesai mengatakan hal ini, di medan perang dari Kota Reruntuhan, yang berada sangat jauh, sebuah suara tiba-tiba bergema di udara.      

"Aku telah kembali."      

"Aku telah kembali..."      

Suara itu bergema di udara. Semua orang bisa mendengarnya. Dalam sekejap, para kultivator dari Istana Heavenly Mandate, Prefektur Ilahi, dan dunia lainnya mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa. Mereka menunjukkan ekspresi takjub di wajah mereka.      

Kemudian, sebuah aura yang mengerikan muncul di atas langit. Sebuah bencana ilahi yang mampu menghancurkan dunia menerjang ke bawah.      

Sinar cahaya bencana yang tak terhitung jumlahnya mengalir turun pada saat yang bersamaan. Di atas medan pertempuran, pasukan musuh yang mengambil bagian dalam pertempuran ini langsung dibunuh oleh bencana ilahi tersebut.      

Dalam sekejap, banyak orang telah tewas terbunuh.      

Adapun Akademi Qingzhou, kerumunan kultivator itu tidak yakin siapa sebenarnya yang diajak bicara oleh Ye Futian.      

Namun, pada saat berikutnya, langit tampak terbelah.      

*Boom* Seberkas cahaya suci melesat menembus ruang hampa yang terkoyak dan mengalir turun, menerangi seluruh penjuru langit di atas kota Qingzhou.      

*Boom, Boom, Boom* Sinar cahaya suci yang tak terhitung jumlahnya bermunculan setelah cahaya sebelumnya bersinar terang. Dalam sekejap, langit di atas Kota Qingzhou tampak terang benderang. Lingkaran-lingkaran cahaya yang menyilaukan bersinar hingga ke kejauhan. Semua cahaya itu berasal dari luar cakrawala, dan mereka melingkupi seluruh penjuru kota dalam waktu singkat. Sebuah kekuatan dewa yang agung dapat dirasakan oleh semua orang yang hadir di sana.      

Pada saat itu juga, semua orang di Kota Qingzhou keluar dari kediaman masing-masing. Jantung mereka berdegup kencang.      

"Ini adalah…keajaiban ilahi!" banyak orang berseru saat mereka berlutut di permukaan tanah dan menyembah cahaya tersebut. Mereka bisa merasakan kekuatan dewa di sana. Apakah para dewa telah turun ke kota mereka?      

Satu per satu, para dewa bermunculan setelah seberkas cahaya suci menerobos masuk ke dalam kota. Masing-masing dari mereka adalah dewa yang mendominasi suatu tempat di dunia ini. Banyak penduduk kota terlihat menyembah mereka. Apa sebenarnya yang sedang mereka saksikan saat ini?      

Para dewa telah memenuhi langit!      

Para kultivator dari Klan Cao bisa merasakan jantung mereka berdegup kencang. Mereka, bersama dengan para murid akademi, tercengang ketika menyaksikan kedatangan para dewa tersebut.      

Namun, hal yang lebih mengejutkan mereka adalah, mereka dapat merasakan bahwa tatapan mata para dewa itu tertuju pada Akademi Qingzhou.      

"Kaisar Surgawi," sapa semua dewa itu saat mereka menundukkan kepala ke arah akademi.      

Pada saat ini, banyak orang di Kota Qingzhou sedang menyembah para dewa tersebut.      

Namun, kedatangan mereka kemari tentu saja memiliki tujuan khusus.      

Mereka juga datang kemari untuk memberi hormat pada seseorang!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.