Legenda Futian

Urusan Duniawi



Urusan Duniawi

0Terdapat sebuah danau di halaman belakang di sebelah Akademi Qingzhou, tempat Ye Futian tinggal.     
0

Ada pula sebatang pohon tua di sebelah danau tersebut. Saat ini, Ye Futian sedang duduk di bawah pohon itu sembari memancing. Ketika seekor ikan memakan kailnya, Ye Futian langsung menarik tongkat pancingnya, sementara Xia Qingyuan akan mengambil tali pancing yang terangkat dan memasukkan ikan yang tertangkap ke dalam ember.      

Dia sangat senang menjalani kehidupan normal seperti itu. Sambil tersenyum cerah, dia berkata, "Tangkapan kali ini lebih besar dari yang sebelumnya."      

"Sepertinya kita akan mengadakan pesta nanti," jawab Ye Futian sambil tersenyum.      

Waktu berlalu secara perlahan-lahan saat Ye Futian terus memancing. Tidak lama kemudian, dia memejamkan matanya, seolah-olah tertidur lelap.      

Sementara itu, Xia Qingyuan sedang duduk dan menunggu dengan tenang.      

...      

Di benua yang berada jauh dari Sembilan Negara, terdapat sebuah gubuk di antara lembah yang tenang, dikelilingi oleh pegunungan yang tertutup salju dan tak berpenghuni. Pada saat ini, seorang lelaki tua yang terlihat seperti pertapa sedang duduk di luar gubuk itu dan menghabiskan waktunya dengan memancing.      

Rasanya seolah-olah segala sesuatu di dunia ini tidak bersuara. Tidak ada seorang pun yang akan menghasilkan suara di sini.      

Tiba-tiba, lelaki tua itu mengerutkan keningnya setelah dia merasakan sesuatu. Kemudian, satu sosok lainnya terlihat memancing di dimensi lain.      

Setelah melihat sosok tersebut, lelaki tua itu pun tersenyum.      

"Tuan." Sosok itu membungkuk hormat dan tersenyum padanya. Sekarang, siapa pun akan menyadari bahwa dia adalah sang guru dari Desa Empat Sudut. Sambil menatap lawan bicaranya itu, dia bertanya, "Sudah berapa lama sejak kau kembali?"      

"Sudah cukup lama," jawab Ye Futian. "Maaf karena saya telah mengganggu waktu anda."      

"Tidak masalah." Sang guru tersenyum saat dia menatap Ye Futian.      

Pada saat ini, Ye Futian tampak seperti orang biasa. Meskipun wajahnya terlihat tampan seperti biasanya, namun tidak ada aura yang terpancar darinya. Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara dia dan orang awam.      

Ye Futian telah kembali ke kondisi awal. Seolah-olah dia hanya setitik debu di dunia ini, tergabung dalam makhluk hidup yang biasa-biasa saja.      

"Sepertinya kau telah mencapai tingkat lainnya sekarang," sang guru berkomentar sambil memandang ke arah Ye Futian.      

"Tujuan saya berkunjung kali ini adalah untuk menanyakan sesuatu kepada anda," ujar Ye Futian.      

"Bicaralah," jawab sang guru sambil mengangguk pelan.      

"Tuan, anda mengatakan bahwa anda pernah terjebak di dalam aliran waktu. Lalu, bagaimana anda bisa terbebas dari genggamannya?" Ye Futian bertanya. Sejak dia kembali, dia sepertinya tidak melakukan apa pun setiap hari. Namun faktanya, dia terus-menerus bermeditasi.      

Namun, jenis meditasi yang dia lakukan pada saat ini tidak sama dengan sebelumnya. Bagaimanapun juga, dia telah berubah menjadi Jalur Surgawi. Jadi, meditasi yang dia lakukan di masa lalu sama sekali tidak bermanfaat baginya sekarang.      

Sebaliknya, pertempuran melawan Leluhur Manusia kala itu telah mengajarinya banyak hal.      

Segala sesuatu di dunia ini pada akhirnya akan kembali ke bentuk aslinya.      

"Sekarang setelah kau mampu mengabaikan batas-batas dimensi dan muncul di sini, kau telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Kau memegang kendali atas Jalur Surgawi, namun kau dapat menciptakan kembali sosok duplikatmu. Kala itu, aku bisa melarikan diri dari genggaman jebakan ruang dan waktu hanya karena aku telah memperoleh pencerahan terkait kenyataan bahwa masa lalu menjadi bagian diriku; masa kini adalah bagian dari diriku; dan begitu pula dengan masa depan. Semua versi berbeda dariku adalah diriku yang sesungguhnya," sang guru menjelaskan.      

Setelah mendengar kata-kata sang guru, Ye Futian tampak tercengang.      

Baik itu masa lalu, masa kini, maupun masa depan, semuanya adalah bagian dari dirinya.      

Dalam ajaran Buddha, ada pepatah yang berbunyi, "Mustahil bagi seseorang untuk terjebak dalam masa lalu, merebut masa depan, dan bahkan mempertahankan masa kini."      

Keduanya mungkin bertentangan, namun mereka bisa berhubungan satu sama lain.      

"Terima kasih, Tuan," ujar Ye Futian sambil membungkuk hormat.      

"Pergilah," jawab sang guru sebelum sosoknya menghilang dalam sekejap, seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi sebelumnya.      

Pada saat ini, Ye Futian terus memancing di tepi danau dengan mata terpejam. Sejak awal, dia tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.      

Ye Futian terus mengingat kata-kata sang guru di dalam benaknya. Pada saat yang bersamaan, suara lainnya terdengar, "Aku adalah Jalur Surgawi; aku akan menjadi diriku sendiri."      

Segala sesuatunya hanyalah kehampaan, namun semua itu nyata adanya.      

...      

Perang yang sedang berlangsung di dunia menjadi semakin sengit seiring berjalannya waktu. Skala pertempuran terus menerus meningkat. Dunia yang sebelumnya merasakan kedamaian untuk beberapa saat kini akan terjebak dalam perang.      

Sebuah aura yang mengerikan muncul di Kota Reruntuhan pada hari itu. Altar raksasa tersebut memanggil sebuah kekuatan yang tidak bisa dihancurkan dan menutupi seluruh penjuru langit.      

Semua kultivator Empyrean terlihat takjub ketika kekuatan itu muncul di dunia ini, karena mereka tahu bahwa Penguasa Abadi akan segera tiba di sini.      

Perang di dunia ini akan berakhir ketika Penguasa Abadi menampakkan diri.      

Para kultivator Empyrean kini telah menduduki Kota Reruntuhan. Aura yang mereka pancarkan sangat luar biasa. Di puncak altar tersebut, sekelompok Dewa Surgawi terlihat melayang di sana sambil menatap langit. Sosok yang memimpin mereka adalah seorang Kaisar Abadi. Pandangannya seolah-olah menembus ruang hampa saat dia mengangkat kepalanya untuk memandang ke arah langit. Tidak lama kemudian, banyak jiwa spiritual yang terbentuk di sini.      

"Sepertinya kalian semua telah tiba di sini," Kaisar Abadi menatap ke kejauhan dan berkomentar.      

Tidak lama berselang, beberapa sosok muncul di atas langit secara tiba-tiba. Di tempat tertinggi, sosok Ji Wudao bisa terlihat di sana. Pada saat yang bersamaan, Gu Dongliu dan Sang Buddha muncul di tempat lain, menatap ke arah yang sama saat mereka merasakan hawa kehadiran yang mengancam.      

"Penguasa Abadi akan tiba tujuh hari lagi. Ketika hari itu tiba, kalian semua harus memutuskan apakah akan tunduk atau mati," Kaisar Abadi menimpali. Altar itu terhubung ke alam semesta lain, memanggil sebuah kekuatan asing tanpa henti.      

Setelah itu, wajah-wajah yang berada di atas langit menghilang dari pandangan semua orang.      

Ji Wudao sedang duduk bersila di atas Istana Langit dari Dunia Langit. Ketika dia membuka mata, dia melihat sekilas ke langit yang lebih rendah. Penglihatannya langsung menembus lapisan langit dan melihat altar tersebut.      

Setelah itu, dia mengangkat kepalanya, memandang ke arah langit, dan berkata, "Aku akan melampauinya! Lihatlah!"      

...      

Di dalam markas dari Klan Cao di Kota Qingzhou, Pemimpin Klan Cao, Cao Zheng, sedang duduk di kursi utama dari aula dewan. Orang-orang yang berada di sana adalah sosok-sosok penting dari Klan Cao, termasuk Cao Yuan di dalamnya.      

Mereka berkumpul di sini untuk membicarakan pernikahan Cao Yuan. Sebelumnya, dia sempat menyampaikan niatnya untuk dijodohkan dengan putri Tuan Hua, Hua Nianyu, yang menggugah hati banyak orang. Karena itulah, mereka berkumpul di sini untuk membahas detail dari rencana ini.      

"Menurutku rencana ini akan berhasil," seseorang berkomentar. "Kita sudah memiliki beberapa orang dalam jajaran anggota dari Akademi Qingzhou sekarang. Aku pernah mendengar bahwa sang Dekan sangat mengagumi Hua Fengliu. Jika kita bisa mewujudkan pernikahan ini, kita akhirnya akan bisa menguasai Akademi Qingzhou seutuhnya. Selain itu, kita akan memiliki dukungan dari Hua Fengliu. Hua Fengliu telah melahirkan banyak siswa berprestasi dalam beberapa tahun terakhir. Di masa depan, mereka akan menjadi pilar dan tulang punggung dari Kota Qingzhou."      

"Ya. Aku setuju dengan hal tersebut. Cao Yuan sendiri lumayan hebat. Kurasa tingkat kultivasi Hua Nianyu pasti relatif tinggi. Keduanya akan menjadi pasangan yang sempurna," sosok lain berkomentar.      

Peristiwa ini akan sangat menguntungkan Klan Cao.      

"Aku tidak akan menyetujui usulan ini sebelum mengetahui asal-usul Hua Fengliu," ujar seorang Tetua.      

"Ini hanya lamaran. Jika dia menolaknya, kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk menggali asal-usul Hua Fengliu," jawab seseorang.      

Setelah mendengarkan pendapat dari banyak orang, Cao Zheng membuat keputusan dan menyatakan, "Kalau begitu, kita akan mengajukan lamaran tujuh hari dari sekarang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.