Legenda Futian

Aku Bersedia Menjadi Pohon



Aku Bersedia Menjadi Pohon

0Terdapat sebuah kediaman sederhana yang berdiri di samping Akademi Qingzhou. Tanaman yang rimbun tumbuh di sampingnya, dan salah satu pohon terlihat lebih menonjol daripada yang lain.      
0

Menurut orang-orang di akademi, tidak ada yang menaruh perhatian pada pohon ini sebelumnya. Kehadirannya tidak menarik sama sekali, tetapi suatu hari, tiba-tiba pohon tersebut tumbuh menjadi sebatang pohon yang menjulang hingga ke atas langit. Dedaunannya sangat rimbun, dan ketika angin sepoi-sepoi bertiup, dahan dan dedaunannya berayun-ayun, seolah-olah mereka memiliki nyawa sendiri.      

Saat ini, alunan musik yang anggun mengalir dari bawah pohon tersebut. Musik itu sangat merdu di telinga dan setiap nada dipenuhi oleh emosi di dalamnya. Wanita yang memainkan alat musik itu tampak sempurna dan tak bercela. Dia tampak seperti berasal dari dunia lain, layaknya salah satu dari sembilan bidadari.      

Pada saat berikutnya, seorang wanita lainnya berjalan keluar dari dalam akademi dan bergerak mendekat. Sosok itu tidak lain adalah Hua Nianyu.      

Dia berhenti dan duduk di atas sebuah batu, menopang dagunya dengan kedua tangan. Dia mendengarkan musik itu dengan tenang. Seolah-olah dia telah memasuki konsepsi artistik yang indah, sebuah gambaran yang menakjubkan kini muncul di dalam benaknya. Di dalam gambaran tersebut, ada sebuah kota kecil yang damai, danau yang indah, dan sebuah perahu kecil yang terombang-ambing di permukaan danau. Seorang pria dan wanita berada di atas perahu tersebut, terlihat saling berpelukan. Cahaya bulan menghujani dan menerangi tubuh mereka seperti sebuah lukisan yang indah.      

Beberapa saat kemudian, alunan musik itu perlahan-lahan berhenti. Sosok yang memainkan musik tersebut—Hua Jieyu—memiliki senyuman tipis di matanya. Senyumnya sangat indah, seolah-olah dia telah menempatkan dirinya ke dalam konsepsi artistik.      

Satu tahun yang lalu, Kaisar String berharap agar dia bisa memimpin Istana Langit, tetapi Hua Jieyu memilih untuk pergi. Dia kembali ke kampung halamannya, Kota Qingzhou. Kenangan terindah mereka berada di sini. Setibanya di Kota Qingzhou, Hua Jieyu tanpa sadar menemukan pohon raksasa ini. Dia bisa merasakan aura Ye Futian dari pohon ini.      

Dia tahu bahwa Ye Futian pasti juga telah kembali ke sini.      

Sejak saat itu, Hua Jieyu membangun kediamannya di sini dan selalu memainkan guqin miliknya di bawah pohon ini setiap hari, menjalani kehidupan yang menyendiri dan terpisah dari dunia luar.      

"Kakak," Hua Nianyu memanggilnya sambil tersenyum, "Apa menurutmu Kakak Ipar bisa mendengar permainan musikmu?"      

"Tentu saja dia bisa mendengarnya." Hua Jieyu mengangguk dengan serius.      

"Kalau begitu, dia pasti juga merasa sangat bahagia, mengetahui bahwa kau selalu memikirkannya setiap hari," ujar Hua Nianyu sambil tertawa.      

Hua Jieyu terkekeh dan berkata, "Nianyu, kau tidak perlu mengunjungiku setiap hari. Aku merasa sangat tenang di sini, dan ini sudah lebih dari cukup."      

Dia tidak merasa kesepian saat memainkan guqinnya di sini setiap hari karena dia tahu bahwa Ye Futian ada di sini bersamanya.      

"Baiklah, aku mengerti." Hua Nianyu mengangguk sambil tersenyum. Dia mengunjungi Hua Jieyu setiap hari karena sudah jelas, dia khawatir Hua Jieyu akan merasa kesepian atau sedih. Meskipun dia juga merasa sedih, namun dia tidak pernah mengungkapkannya di depan kakaknya itu. Dia berharap kakaknya bisa bahagia.      

Setelah Hua Nianyu pergi, Hua Jieyu terus memainkan musiknya. Nada musik yang dimainkan terdengar seperti lagu-lagu dari surga. Mereka mengalir ke dalam pohon itu, dan dedaunan yang ada di dahan-dahannya tampak berayun-ayun, seolah-olah menari mengikuti alunan musik.      

Namun pada saat ini, alunan musik tiba-tiba berhenti.      

Hua Jieyu memandang ke depan dan melihat satu sosok melayang di hadapannya. Sosok itu juga seorang wanita cantik. Dia mendarat dengan lembut, dan tatapan matanya tertuju pada pohon itu. Dia berjalan ke depan secara perlahan, bergerak selangkah demi selangkah menuju pohon tersebut.      

Ketika dia berdiri di bawah pohon itu, sudah ada tetesan air mata di sudut matanya.      

Wanita itu mengulurkan tangannya dan menyentuh batang pohon tersebut. "Apakah itu kau?" dia bertanya dengan suara bergetar.      

Hua Jieyu menyaksikan semua ini dengan tenang. Tatapannya tertuju pada wanita yang baru saja tiba di sana, dan kesedihan juga muncul di dalam hatinya. "Qingyuan, itu memang dia," bisiknya.      

Dia tentu saja mengetahui perasaan Xia Qingyuan terhadap Ye Futian. Saat ini, dia bisa merasakan bahwa emosi yang dirasakan oleh Xia Qingyuan sama dengan dirinya.      

Mendengar suara Hua Jieyu, air mata Xia Qingyuan mulai mengalir tak terkendali. Tangannya sedikit gemetar saat dia tampak seperti membelai tubuh Ye Futian. Xia Qingyuan selama ini telah menyembunyikan emosinya dan tidak pernah menunjukkan perasaannya di hadapan Ye Futian. Dia selalu mencintainya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan menyembunyikan perasaannya di dalam hatinya.      

Dia juga bisa menerima semua ini. Dahulu, dia berpikir bahwa ketika semua ini berakhir, dia akan kembali ke Dunia Kaisar Xia. Dia akan puas melihat Ye Futian mencapai puncak dan semuanya akan baik-baik saja.      

Namun, ketika semuanya berakhir, segala sesuatunya tidak seperti apa yang dia bayangkan. Ye Futian telah menghilang. Semua orang mengatakan bahwa dia telah meninggal dunia.      

Xia Qingyuan tidak bisa menerima hasil akhir ini. Tahun lalu, dia kembali ke Dunia Kaisar Xia dan melakukan berbagai macam kebaikan, menyelamatkan nyawa banyak orang, tetapi sebenarnya, itu adalah cara untuk melupakan kesedihannya. Dia seperti tubuh tanpa jiwa, dimana dia hanya ingin menyebarkan keyakinan Ye Futian dengan cara ini.      

Belum lama ini, dia ingin datang mengunjungi kampung halaman Ye Futian, melihat tempat di mana dia dibesarkan, dan mengikuti jejaknya.      

Namun, setelah tiba di sini, dia merasakan sebuah aura yang tidak asing. Jadi, dia datang kemari dan melihat pohon yang ada di depan matanya ini.      

Pada saat ini, dia akhirnya kehilangan kendali atas semua perasaan yang selama ini menumpuk di dalam hatinya. Perasaannya meluap secara bersamaan. Dia telah menyembunyikan semua perasaan ini selama bertahun-tahun, tidak hanya satu atau dua hari.      

"Kapan dia datang kemari?" Xia Qingyuan bertanya pada Hua Jieyu, air mata terus mengalir dari matanya.      

"Dia sudah berada di sini saat aku kembali," jawab Hua Jieyu. Dia berjalan ke sisi Xia Qingyuan dan memeluknya dengan lembut. Xia Qingyuan tidak menolaknya. Dia bersandar ke bahu Hua Jieyu dan menangis. Hanya mereka yang bisa memahami emosi semacam ini. Pada saat ini, perasaan mereka sama.      

"Apakah dia pernah muncul sebelumnya?" Xia Qingyuan bertanya dengan lembut.      

Hua Jieyu menggelengkan kepalanya. Dia berusaha keras untuk mengendalikan emosinya saat dia tersenyum dan berkata dengan lembut, "Qingyuan, kita bisa menemaninya di sini bersama-sama."      

Xia Qingyuan memandang pohon raksasa itu dan bertanya, "Bolehkah aku melakukannya?"      

"Tentu saja." Hua Jieyu mengangguk pelan.      

"Jieyu," Xia Qingyuan menatap Hua Jieyu dan berkata, "Aku bersedia menjadi pohon dan menemaninya di sini. Aku rela menahan terjangan angin dan hujan bersamanya sampai dia kembali ke dunia ini."      

"Dan jika dia tidak kembali?" Hua Jieyu bertanya dengan suara bergetar.      

"Kalau begitu, aku akan menemaninya untuk selamanya." Kedua mata Xia Qingyuan yang berlinang air mata dipenuhi oleh tekad yang kuat.      

Air mata yang tak terbendung juga muncul di mata Hua Jieyu. Dia tidak bisa lagi menahan diri.      

Melihat mata Xia Qingyuan, air mata pun mengalir di pipinya, dan dia mengangguk, lalu berkata, "Baiklah kalau begitu."      

"Terima kasih." Senyuman tipis muncul di bibir Xia Qingyuan. Kemudian dia berjalan ke samping pohon tersebut. Tubuhnya perlahan-lahan memudar, berubah menjadi sebatang pohon kehidupan untuk menemani Ye Futian.      

Dahan-dahan dari pohon kehidupan ini berayun-ayun tanpa henti ke arah pohon di sampingnya. Mereka saling bertautan, menemani satu sama lain. Suara gemeresik terdengar dari pohon kehidupan itu, seperti suara sorakan atau nyanyian. Tidak ada kesedihan di sana—hanya keinginan untuk mendampinginya.      

Dia rela menjadi sebatang pohon dan tinggal di sisinya, menemaninya saat mereka menghadapi angin dan hujan, melewati teriknya sinar matahari dan kilatan petir. Dia sama sekali tidak merasa menyesal. Dia tidak bisa mendampinginya ketika masih hidup, tapi sekarang, mereka bisa berdampingan untuk selamanya. Bukankah ini sungguh indah?      

Melihat semua ini, air mata terus menerus mengalir di wajah Hua Jieyu. Beberapa saat kemudian, dia duduk untuk memainkan alat musiknya. Pada saat berikutnya, alunan musik terdengar saat dia kembali memainkan musik. Tapi kali ini, musik yang dimainkan olehnya dipenuhi dengan kesedihan di dalamnya, membuat siapa pun yang mendengarnya diliputi oleh kesedihan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.