Legenda Futian

Pertempuran Puncak (2)



Pertempuran Puncak (2)

0Tubuh Ye Futian terdorong ke belakang. Aura kepalan tinju yang mengerikan itu juga terkoyak. Area di sekitarnya runtuh dan dihiasi oleh banyak retakan, sementara arus-arus spasial yang menakutkan bergejolak tanpa henti.      
0

Namun, baik Ye Futian maupun Leluhur Manusia sama sekali tidak terpengaruh akan hal tersebut. Dengan kondisi kultivasi mereka saat ini, mereka bisa bergerak dengan bebas di dalam badai spasial itu.      

"Kekuatan Ilahi Dunia?" Ye Futian bertanya sambil menatap Leluhur Manusia.      

"Kekuatan Ilahi hanyalah hukum dan tatanan dunia. Saat ini, aku mewakili hukum dari Jalur Surgawi, jadi kenapa aku harus peduli dengan Kekuatan Ilahi?" ujar Leluhur Manusia. Suaranya bergema di area yang luas dan tak terbatas, membuat banyak kultivator bisa merasakan gendang telinga mereka bergetar.      

Dia kini sudah menyatu dengan langit; dia mewakili Jalur Surgawi. Setiap pergerakan adalah hukum. Dia adalah perwujudan dari hukum itu sendiri.      

Dia setuju dengan apa yang didengarnya. Setelah dia menciptakan Dunia Jalur Surgawi, kedua matanya telah berubah menjadi bulan dan matahari, dan dia mampu membentuk petir dan kilat dengan mengangkat tangannya. Mereka berdua adalah perwujudan dari kekuatan hukum. Maka dari itu, kekuatan Ilahi tidak lagi penting bagi mereka.      

Satu pukulan dari Leluhur Manusia terasa seperti kekuatan dari sebuah dunia yang dikerahkan secara langsung kepadanya. Siapa pun bisa membayangkan betapa kuatnya Leluhur Manusia.      

Cahaya suci menyelimuti tubuh Ye Futian. Dia kini bermandikan lingkaran cahaya, dan fenomena alam pun terjadi di sana. Bulan, matahari, dan bintang-bintang berputar mengelilinginya. Tidak hanya itu saja, sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya mengalir di sekelilingnya, seolah-olah ruang dan waktu sedang mengalami perubahan. Tombak di tangannya tampak buram, tetapi memancarkan sebuah aura yang luar biasa.      

Dengan satu perintah dari dalam pikirannya, tubuh Ye Futian menghilang dari tempatnya berada.      

*Brak* Ye Futian mengerahkan tombaknya dan menusuk tubuh raksasa dari Leluhur Manusia disertai dengan suara tabrakan yang keras. Tubuh Leluhur Manusia yang menakjubkan itu berhasil ditembus, dan sosok Ye Futian melesat melewati tubuh tersebut. Tapi kemudian dia mendapati bahwa dia baru saja menembus sebuah dunia es yang bahkan bisa membekukan ruang hampa. Tubuh fisik Leluhur Manusia ternyata adalah sebuah dunia yang berdiri sendiri. Menyerangnya secara langsung sepertinya tidak akan membuahkan hasil.      

*Boom* Tubuh Ye Futian muncul di sisi lain, dan dia melihat tubuh Leluhur Manusia yang baru saja ditusuk olehnya itu langsung pulih kembali, terlihat sama seperti sebelumnya. Seolah-olah dia tidak terluka sama sekali. Serangan Ye Futian tampaknya berakhir sia-sia dan tidak membawa pengaruh apa pun.      

"Aku telah berubah menjadi Jalur Surgawi dan memiliki tubuh abadi. Siapa yang bisa membunuhku?" Suara Leluhur Manusia terdengar sangat mengintimidasi. Dia adalah langit itu sendiri; dia sudah menjadi Jalur Surgawi. Dia akhirnya menjadi seorang dewa abadi dari manusia biasa dan sekarang telah bertransformasi menjadi makhluk tertinggi.      

Sekarang, dia tidak akan bisa mati. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa membunuhnya.      

"Tidak ada yang sempurna di dunia ini," jawab Ye Futian. Para dewa juga manusia. Karena mereka adalah manusia, maka tidak ada makhluk yang benar-benar abadi di dunia ini.      

Tubuhnya kembali menghilang dari tempatnya. Tombak yang mengerikan itu kini menyerang suatu titik di tubuh raksasa dari Leluhur Manusia. Pada saat itu juga, sebuah lubang muncul di tubuh Leluhur Manusia, tetapi cahaya suci spasial terpancar keluar dari lubang itu untuk mengurungnya di sana.      

Akan tetapi, tubuh Ye Futian menghilang dalam sekejap dan muncul kembali di tempat lain.      

Dia berubah menjadi sinar-sinar cahaya dan rentetan bayangan, mengirimkan berbagai macam serangan ke tubuh Leluhur Manusia secara berturut-turut. Tubuh Leluhur Manusia yang menyerupai bintang itu terus menerus diserang dan runtuh. Muncul retakan di mana-mana, tetapi seperti yang dia katakan, dia kini memiliki tubuh yang abadi. Apalagi, ini bahkan bukan tubuh aslinya. Itu hanyalah sosok duplikat. Cahaya suci dari Dunia Manusia terus menyelimuti tubuhnya. Secara mengejutkan, tubuhnya yang hancur mengirimkan sinar cahaya bencana yang tak terhitung jumlahnya dan langsung menyelimuti area yang luas. Serangan yang tergabung di dalamnya termasuk Petir Ilahi Kekacauan, Bencana Kehancuran, dan Pedang Pengoyak.      

Ye Futian menyaksikan pemandangan ini saat tubuhnya melayang di udara. Tatapan matanya mengamati area yang luas di hadapannya. Dalam sekejap, segala sesuatu yang ada di pandangannya dilingkupi oleh sebuah wilayah. Serangan-serangan yang diarahkan kepadanya dari segala arah itu tiba-tiba melambat dan kemudian berhenti sepenuhnya.      

Leluhur Manusia memandang Ye Futian. Ketika dia bertemu mata dengan Ye Futian, tatapannya juga membeku, seolah-olah segala sesuatunya telah berhenti. Siapa pun tidak bisa lagi menyebut mata Ye Futian sebagai 'mata.' Sepasang mata itu kini mewakili ruang dan waktu.      

Seperti yang dikatakan oleh Leluhur Manusia, mereka telah menciptakan dunia tersendiri dan mengubahnya menjadi Jalur Surgawi. Mereka telah melampaui batasan dari tubuh fisik manusia. Setiap bagian dari tubuh mereka sudah menjadi bagian dari Jalur Surgawi.      

Ye Futian memandang Leluhur Manusia yang tak bergeming di tempatnya. Kedua matanya berubah menjadi Jalur Agung dan terlihat sangat menakutkan. Dia memandang ke arah Petir Ilahi Kekacauan, Bencana Kehancuran, dan Pedang Pengoyak yang berniat menyerangnya, dan semuanya dihancurkan dalam sekejap. Mereka berubah menjadi ketiadaan dan dilenyapkan secara langsung.      

Selama ini, Ye Futian telah mengejar kultivasi di tingkat tertinggi. Apa sebenarnya yang dimaksud sebagai tingkat tertinggi?      

Bagaimana caranya seseorang bisa mencapai tingkat tersebut?      

Dia belum bisa menemukan jawabannya, tetapi selama beberapa tahun terakhir, setidaknya dia telah mengambil beberapa langkah menuju kebenaran tersebut. Setelah Dunia Jalur Surgawi miliknya sempurna, dia bisa menciptakan sebuah wilayah ilahi ruang dan waktu. Di dalam wilayah ilahi tersebut, dia bisa mengubah aliran waktu. Bahkan dia bisa memperlambat aliran waktu sebanyak 81 kali lipat. Perbedaan waktu ini nyaris membuat aliran waktu yang sesungguhnya berhenti mengalir.      

Tapi ini saja tidak cukup. Ayahnya, Donghuang Agung, mengkultivasi Kekuatan Ilahi Revelation. Bentuk akhir dari Kekuatan Ilahi Revelation adalah ketiadaan. Dia percaya bahwa ketiadaan adalah salah satu tujuan akhir dari kultivasi.      

Sekte Buddha mempercayai kehampaan—segala sesuatu di dunia ini hanyalah kehampaan. Apakah ketiadaan dan kehampaan adalah hal yang serupa?      

Berdasarkan semua itu, Ye Futian mendapatkan pencerahan mengenai Jalur Kehancuran tertinggi, yang merupakan evolusi dari Jalur Agung Ruang dan Waktu.      

Ruang dan Waktu telah runtuh!      

Dia menatap ke kejauhan, dan semua benda yang ada di area ini runtuh dan hancur, berubah menjadi ketiadaan. Petir Ilahi Kekacauan dan Bencana Kehancuran juga berhasil dilenyapkan. Ye Futian memandang ke arah sosok agung dari Leluhur Manusia. Tubuh ilahi yang mengerikan itu juga runtuh dan hancur berkeping-keping. Semua benda fisik akan dihancurkan dan berubah menjadi ketiadaan.      

Sementara itu, tombak di tangan Ye Futian memancarkan Kekuatan Ilahi tertinggi. Tubuhnya melesat, dan dia mengerahkan tombaknya ke depan, mengenai tubuh agung dan raksasa dari Leluhur Manusia. Dalam sekejap, ruang dan waktu menyempit dengan cepat dan runtuh, berubah menjadi sebuah lubang hitam yang mengerikan. Segala sesuatunya akan dihancurkan dan dikubur seketika.      

Tubuh raksasa dari Leluhur Manusia juga menyusut dengan cepat, sebelum akhirnya hancur dan berubah menjadi ketiadaan. Tubuh itu dilahap oleh badai lubang hitam tersebut. Ini juga merupakan evolusi dari teknik tombak milik Ye Futian: Entombed. Itu bisa dianggap sebagai serangan tombak yang tak terkalahkan.      

Tidak lama kemudian, sosok agung yang berdiri di atas langit itu telah dihancurkan dan menghilang. Tampaknya sosok itu telah terkubur oleh tombak ini, tetapi Ye Futian tidak menurunkan kewaspadaannya. Kedua matanya terus menatap ke depan. Pertempuran ini adalah pertempuran yang akan menentukan nasib semua orang. Dia selalu menunggu hingga dia mampu memahami kebenaran sesungguhnya dari kultivasi. Dia tidak akan pernah mengambil inisiatif untuk menyerang jika bukan karena krisis yang dialami oleh tujuh dunia utama.      

Banyak orang di medan perang sekitarnya memandang ke arah dimana Leluhur Manusia berada.      

Tubuh Leluhur Manusia yang menakjubkan itu telah dihancurkan. Ye Futian berhasil membunuhnya. Hati banyak Kaisar Agung berdebar kencang saat menyaksikan pemandangan ini.      

Saat ini, Enam Kaisar Agung mungkin bukan lagi tandingan Ye Futian. Adapun para Kaisar Agung yang biasa-biasa saja itu, mereka bahkan akan semakin tidak akan berdaya di hadapan tombak Ye Futian.      

Apakah Leluhur Manusia sudah mati?      

Beberapa pertempuran antar Kaisar Agung bahkan telah terhenti. Mereka menatap medan perang tempat Ye Futian berada. Jika Leluhur Manusia telah tewas terbunuh, maka pertempuran ini telah berakhir.      

Tapi bisakah Leluhur Manusia mati semudah itu?      

Itu pasti hanya sosok duplikat dari Leluhur Manusia.      

Di waktu yang bersamaan, sebuah aura yang mengerikan beredar di langit di atas Dunia Manusia, dan cahaya suci yang tak terbatas bersinar terang. Sebuah kekuatan ilahi yang menakjubkan dan tak tertandingi terpancar keluar, membuat hati banyak kultivator kuat berdebar kencang. Sesuai dugaan, Leluhur Manusia baik-baik saja. Ye Futian hanya membunuh sosok duplikat dari Leluhur Manusia—juru bicaranya di Dunia Manusia.      

Leluhur Manusia yang sesungguhnya belum menampakkan diri!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.