Legenda Futian

Maniak



Maniak

Sebuah suara keras saat ini terdengar dari atas langit. Suara itu berasal dari sebuah lonceng kuno raksasa berwarna merah marun yang berputar tanpa henti. Lonceng itu perlahan-lahan berubah menjadi sambaran petir merah marun yang memenuhi seluruh cakrawala, menembus ruang hampa yang tak terbatas saat mereka menghujani area tersebut.      

Suara lonceng yang dihasilkan dari setiap kilatan petir berwarna merah marun itu dapat menghancurkan jiwa spiritual setiap targetnya.      

Pada saat ini, Cahaya Buddha tampak bersinar terang. Kemudian, satu sosok dengan tubuh emas yang menakjubkan tiba-tiba muncul di bawah Kaisar Pedang Abadi. Sosok itu memancarkan cahaya suci berwarna emas—Cahaya Buddha. Cahaya tersebut menutupi seluruh penjuru langit dengan kilauannya. Selain itu, terdapat sebuah lingkaran cahaya raksasa yang menghalangi langit. Rune-rune Buddha dapat terlihat di atas lingkaran cahaya tersebut. Setiap rune itu dipenuhi dengan kekuatan Buddha yang dahsyat. Di dalam rune-rune tersebut, bayangan satu sosok Buddha terbangun saat suara rapalan sutra Buddha bergema di udara, bertabrakan dengan sambaran petir merah marun yang melesat ke bawah.      

*Brak, Brak, Boom* Semua serangan penghancur itu berhasil dihentikan sepenuhnya. Sambil mengangkat kepalanya untuk memandang ke arah langit, Ye Futian bisa melihat Sang Buddha memimpin legiun kultivator Buddha sebagai bala bantuan.      

"Apalagi yang kalian tunggu?" Ye Futian bertanya dengan suara yang dalam. Ada beberapa Kaisar Agung yang berdiri di belakangnya. Darah mereka menjadi dingin setelah mendengar pertanyaannya. Orang-orang itu adalah Haotian Agung dan anak buahnya. Sejujurnya, mereka tidak sepenuhnya tunduk pada Ye Futian karena mereka pernah menjadi musuh sebelumnya. Namun, mereka tidak punya pilihan selain tunduk pada kekuasaannya pada saat ini.      

Setelah itu, mereka akhirnya ikut pergi menuju Medan Pertempuran Para Dewa.      

Setelah mengamati medan pertempuran di sekelilingnya, Haotian Agung melihat sosok seorang anak di sana. Meskipun usia anak itu tampaknya tidak lebih dari sepuluh tahun, aura yang dia pancarkan cukup tangguh. Namun meski demikian, memilih seorang anak sebagai lawannya merupakan pilihan yang tepat di atas medan pertempuran yang penuh dengan dewa di dalamnya.      

Begitu dia bergerak ke depan, Haotian Agung mengeluarkan kekuatan kaisar ke arah anak yang berjalan keluar dari kubu Leluhur Manusia. Setelah mengaktifkan Kekuatan Ilahi Haotian, dia mengerahkan sebuah telapak tangan tangan raksasa yang menutupi sebagian besar langit pada anak itu, berniat untuk melenyapkannya.      

Namun, anak itu mengangkat kepalanya untuk memandang Haotian Agung dengan tatapan acuh tak acuh dan mengejek. Kaisar Agung itu pun mengerutkan keningnya saat melihat sikap kurang ajar dari anak itu. Pada saat itu juga, nalurinya bisa merasakan ada sebuah aura yang berbahaya di sana.      

Dalam sepersekian detik, anak itu bergerak dan berubah menjadi sambaran petir. Kemudian, dia mengerahkan sebuah pukulan dengan kepalan tangan kecilnya yang pada awalnya terlihat lemah, tetapi mampu menembus Telapak Tangan Haotian dengan mudah dan menerjang ke arah lawannya dengan kecepatan yang luar biasa.      

Wajah Haotian Agung langsung memucat. Dia tidak menyangka bahwa Telapak Tangan Haotian yang dihasilkan dengan Kekuatan Ilahi miliknya itu dapat dihancurkan dengan mudah. Sebesar apakah kekuatan yang terkandung di dalam pukulan tersebut?      

Setelah itu, Haotian Agung bergegas mundur dari tempat kejadian. Namun meski demikian, anak itu berubah wujud menjadi kilatan petir dan bergerak dengan lincah. Pergerakannya sangat cepat sehingga Haotian Agung tidak bisa melarikan dari anak itu. Pada saat berikutnya, anak itu mengangkat kepalan tinjunya dan melancarkan sebuah pukulan ke arah musuhnya. Kekuatan dalam jumlah besar terkandung di dalam pukulan sederhana dari kepalan tinju kecilnya itu. Gelombang kejut dari pukulan tersebut bahkan membuat udara bergetar.      

Bayangan Ilahi Haotian saat ini terbentuk di balik sosok Haotian Agung. Sambil merentangkan tangannya ke depan, dia mencoba menangkis serangan itu. Ketika bertabrakan dengan kepalan tinju kecil milik lawannya itu, pukulan yang dikerahkan oleh anak itu mampu menghancurkan serangannya dengan mudah dan mengenai tubuhnya, termasuk Bayangan Ilahi Haotian. Tidak ada yang bisa menghentikan serangan tersebut. Pada akhirnya, tubuh Haotian Agung hancur berkeping-keping. Wajahnya memucat saat ketakutan terlintas di kedua matanya.      

Tekniknya lagi-lagi dibuat menjadi tidak efektif dengan satu pukulan. Jiwa spiritual Haotian Agung hancur saat dia menatap langit dengan putus asa. Pada akhirnya, tubuh dan Jalur Agung miliknya dihancurkan hingga tak bersisa.      

Pertarungan ini telah menarik perhatian banyak kultivator di sekitarnya. Bagaimanapun juga, orang yang baru saja membunuh Haotian Agung adalah seorang anak dengan Kekuatan Ilahi yang mengerikan.      

Setelah mengalihkan pandangannya ke lokasi yang dimaksud, Ye Futian juga melihat anak itu.      

Sudah jelas, individu satu ini bukanlah anak biasa. Melihat bahwa dia bisa menggunakan Kekuatan Ilahi semengerikan ini, apakah anak ini adalah sosok duplikat lainnya dari Leluhur Manusia?      

*Whoosh* Gu Dongliu mengubah tubuhnya menjadi kilatan cahaya dan muncul di atas anak itu. Diagram Iblis Ilahi terwujud pada detik berikutnya, membuat suasana di area tersebut berubah secara drastis.      

Meski demikian, anak itu hanya mengangkat kepalanya dan memandang Gu Dongliu dengan tatapan mengejek dan meremehkan. Selain itu, dia bahkan menembakkan dua sinar Cahaya Suci Pembantaian dari kedua matanya, yang langsung melintasi ruang hampa, mengincar tubuh Gu Dongliu.      

Dalam sekejap, sebuah suara yang mengerikan memenuhi udara saat pemandangan di belakang Gu Dongliu mulai berubah menjadi sebuah katalog raksasa yang tampaknya menyimpan sebuah dunia di dalamnya. Sebuah aura yang mengerikan dari Kekuatan Ilahi menyebar dari katalog yang dipenuhi dengan monster, iblis, dan dewa tersebut. Ketika Cahaya Suci Pembantaian itu mendekat dengan cepat, Qi Pedang yang menakjubkan terpancar keluar dari katalog itu, yang kemudian bertabrakan dengan cahaya tersebut dan menghancurkan satu sama lain di udara.      

Ye Futian tidak begitu mengkhawatirkan keselamatan Kakak Ketiga—Gu Dongliu—setelah menyaksikan pertarungannya, karena dia telah berkultivasi dengan cara menghancurkan Jalur Agung miliknya sendiri. Oleh karena itu, dia kini sudah menjadi seorang kultivator yang sangat kuat. Dia seharusnya bisa menangani sosok duplikat yang diciptakan oleh Leluhur Manusia itu sendirian.      

Saat ini, badai-badai penghancur tampak menghiasi berbagai sudut di atas medan perang. Jalannya pertempuran begitu sengit sehingga jalinan ruang hampa ikut tercabik-cabik. Oleh sebab itulah perang ini disebut sebagai Pertempuran Para Dewa. Pertarungan yang telah terjadi di beberapa lokasi telah menghancurkan ruang hampa dari Dunia Langit, sehingga menyebabkan munculnya retakan-retakan dimensi. Maka dari itu, beberapa dari badai itu mampu meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke medan pertempuran yang berbeda-beda.      

*Whoosh* Sebuah badai penghancur saat ini menerjang tempat dimana Ye Futian berada. Dalam sekejap, dia mengarahkan pandangannya menuju Leluhur Manusia dan menyadari bahwa sosok itu hanya berdiri tak bergeming di tempatnya saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Ye Futian.      

Dia mengaktifkan Kekuatan Ilahi miliknya dan mengedarkannya di dalam tubuhnya tepat setelah dia mengambil langkah ke depan. Seperti yang diharapkan, dia harus menjadi orang yang menghadapi Leluhur Manusia secara pribadi.      

Sebelum dia bisa mendaratkan serangan pertamanya, sambaran petir berwarna hitam melintas di udara dan mulai terlihat di pandangan semua orang.      

Melihat hal tersebut, Ye Futian berhenti dan berbalik untuk memandang sosok yang baru saja muncul. Namun, secara mengejutkan, sosok itu ternyata adalah Penguasa Kegelapan.      

Namun kali ini, Penguasa Kegelapan telah membuka topengnya, tidak lagi merahasiakan identitasnya. Saat Ye Futian mengamati Penguasa Kegelapan dengan seksama, dia dibuat tercengang oleh wajah aslinya.      

Meskipun Buddha of Destiny tidak menyinggung tentang hal ini kepada Ye Futian, namun Ye Futian merasa lega dengan fakta tersebut. Jika dipikirkan kembali, masuk akal bagaimana dia bisa mengendalikan sebuah benua di Dunia Kegelapan, yang pada akhirnya disebut sebagai Pulau Keajaiban. Bagaimanapun juga, dia adalah sosok duplikat dari Penguasa Kegelapan.      

Kalau begitu, pasti masih ada sedikit cahaya yang tersisa di dalam diri Penguasa Kegelapan, sehingga sebuah pulau cahaya tanpa ada konflik dan perselisihan itu bisa berdiri di dalam Dunia Kegelapan—tempat yang dipenuhi dengan orang-orang yang tulus dan berpikiran terbuka.      

Mungkin, itulah dunia ideal yang diinginkan oleh Penguasa Kegelapan.      

Sayangnya, tempat seperti itu hanya bisa menjadi angan-angan baginya.      

Ye Futian tahu bahwa Penguasa Kegelapan sangat kecewa dengan dunia ini. Oleh karena itu, dia telah membangun Istana Kegelapan di Dunia Kegelapan untuk menghancurkan dunia ini, menjerumuskannya ke dalam kegelapan sehingga cahaya dapat lahir di dunia yang penuh dengan kejahatan dan keburukan.      

Dia adalah seorang maniak.      

Meski demikian, hal tersebut tidak bisa mengubah fakta bahwa dia memiliki kebaikan di dalam hatinya.      

Sebaliknya, Leluhur Manusia mungkin selama ini dianggap sebagai nenek moyang dari umat manusia dan perwujudan dari kebajikan. Tapi di balik semua sandiwaranya, dia adalah pria dengan kegelapan mutlak yang telah membasahi tangannya dengan darah dari orang-orang yang tak berdosa. Dia adalah orang yang memulai Perang Tujuh Dunia Utama—sosok yang menganggap nyawa orang lain sebagai sesuatu yang bisa dibuang kapan saja. Dia juga ingin membangun dunia idealnya, yaitu dunia dimana dia memiliki kendali dan kekuasaan mutlak di dalamnya—sebuah dunia para dewa dimana dia adalah pencipta mereka.      

Apakah semua orang yang berhasil mencapai puncak kultivasi memiliki keyakinan ekstrem yang sama?      

Dia menyadari bahwa Penguasa Kegelapan telah menatap ke arah Leluhur Manusia dengan pandangan tidak ramah sejak kedatangannya kemari. Dia memancarkan sebuah aura yang mematikan dan penghancur tanpa henti. Ini mungkin yang menjadi alasan di balik pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan dari Dunia Kegelapan sebelumnya. Apakah ada dendam atau kebencian yang terbentuk antara Penguasa Kegelapan dan Leluhur Manusia?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.