Legenda Futian

Kengerian Leluhur Manusia



Kengerian Leluhur Manusia

0Ada sebuah jalur spasial di Dunia Kegelapan yang terhubung ke Dunia Manusia.      
0

Dunia Manusia dikenal sebagai dunia yang paling sempurna setelah runtuhnya Jalur Surgawi. Di bawah kepemimpinan Leluhur Manusia, Dunia Manusia melewati masa-masa damai dan stabil, dan para kultivator mereka, juga sangat unggul dalam hal kekuatan.      

Tapi sekarang, para kultivator dari Dunia Manusia telah membanjiri Dunia Langit dan melancarkan perang secara besar-besaran.      

Pada saat ini, di sebuah kota di Dunia Manusia, muncul seorang wanita cantik di sana. Wanita ini berpakaian putih dan tampak menakjubkan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Itu adalah wanita yang berasal dari Dunia Kegelapan.      

Kata-kata yang disampaikan oleh Buddha of Destiny tidak jauh dari jawaban yang selalu ingin dia ketahui; oleh karena itu, dia datang ke Dunia Manusia.      

Begitu dia memberi perintah dari dalam pikirannya, gambaran yang tak terhitung jumlahnya dari kota di bagian bawah muncul di dalam benaknya. Dunia Manusia adalah pihak yang menyulut penyerangan terhadap Dunia Langit dan menyalakan api perang di dunia tersebut. Namun, kota yang berada di Dunia Manusia ini begitu damai dan tenang, sangat kontras dengan kekacauan yang sedang berlangsung di dunia luar.      

Di dalam klan tertentu, beberapa orang sedang berbincang-bincang. Seorang gadis bertanya, "Guru, bagaimana perkembangan perang di dunia luar saat ini? Apakah kita berhasil menaklukkan Dunia Langit dan Prefektur Ilahi?"      

"Leluhur Manusia memimpin pasukan di seluruh penjuru Dunia Manusia untuk memicu pertempuran antara tujuh dunia utama. Bagaimana mungkin dia bisa gagal? Kemenangan adalah satu-satunya hasil yang memungkinkan untuk perang ini," jawab gurunya dengan penuh percaya diri. Kedengarannya seolah-olah apa pun yang ingin dilakukan oleh Leluhur Manusia akan menjadi kenyataan.      

"Mm." Gadis itu mengangguk pelan, tetapi kemudian dia sepertinya teringat akan sesuatu, lalu melanjutkan kata-katanya, "Hanya saja dalam peperangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, yang dipicu oleh Dunia Manusia, bukankah akan ada banyak kultivator yang binasa dalam prosesnya? Dan akankah ada banyak nyawa tak berdosa yang berjatuhan di Dunia Langit dan Prefektur Ilahi karena hal tersebut?"      

"Gadis bodoh," gurunya tertawa dengan suara pelan, "Leluhur Manusia bertarung demi keadilan dunia, dan tentu saja, akan ada kerugian yang ditimbulkan. Selama Dunia Langit dan Prefektur Ilahi mampu ditundukkan, tujuh dunia utama akan bersatu, dan dunia akan berkembang di bawah tatanan yang ditetapkan oleh Leluhur Manusia. Kemudian, mereka semua akan berterima kasih kepada Leluhur Manusia, yang akan memimpin dunia menuju kejayaan seperti di masa lalu.      

Gadis itu mengangguk pelan, seolah-olah dia mendapatkan pencerahan secara tiba-tiba. Dia pun berkata sambil tersenyum, "Leluhur Manusia bertarung untuk menyelamatkan semua makhluk hidup di tujuh dunia utama. Ketika tujuh dunia utama bersatu, semua orang di dunia akan percaya pada Leluhur Manusia. Sayangnya, kultivasiku masih belum cukup tinggi. Jika tidak, aku juga akan bergabung dalam pertempuran dan pergi ke Dunia Langit untuk bertarung."      

Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba sosok lain muncul di sebelah mereka. Mereka berdua terkejut ketika mereka memusatkan perhatian mereka pada wanita yang muncul entah dari mana itu.      

Mereka melihat wanita itu mengerutkan keningnya, ekspresi bingung muncul di wajahnya saat dia memusatkan perhatiannya pada sepasang guru dan murid yang sedang berbincang-bincang itu.      

"Dunia Langit dan Prefektur Ilahi masing-masing sudah memiliki tatanannya sendiri, terutama Prefektur Ilahi. Di bawah kepemimpinan Donghuang Agung, Prefektur Ilahi mengalami masa-masa damai dan makmur, dimana mereka menjadi tempat dimana banyak orang di seluruh penjuru dunia pergi untuk mencari Jalur Agung dan berkultivasi. Kenapa mereka perlu diselamatkan?" Wanita dari Pulau Cahaya itu memandang dua sosok tersebut. Dia pun melanjutkan, "Dua dunia itu sudah memiliki tatanan hukum masing-masing. Penyerangan yang dilakukan oleh Dunia Manusia telah menghancurkan kehidupan banyak orang; bagaimana mungkin hal ini bisa disebut sebagai keadilan?"      

"Kau siapa?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Tetua itu justru menatap wanita tersebut dengan penuh waspada saat dia mengajukan pertanyaan.      

"Jawab pertanyaanku," ujar wanita itu dengan nada dingin ketika sebuah tekanan yang tak terlihat menyelimuti dua sosok tersebut, membuat mereka berdua merasa sesak napas. Gadis itu pun menjawab, "Ye Futian dari Dunia Langit dan Donghuang Agung dari Prefektur Ilahi sedang menyusun sebuah rencana, dan itu mungkin akan membahayakan dunia. Leluhur Manusia melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan dan memulihkan ketertiban dunia. Sehingga sudah jelas, inilah yang dimaksud sebagai keadilan dunia."      

Ketika dia mendengar jawaban ini, wanita berbaju putih itu merasa sedikit bingung. Gadis itu tidak berada pada usia yang begitu muda, dan dia bukanlah seorang pemula dalam hal kultivasi. Namun, bagaimana dia bisa mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti itu?      

"Jadi Leluhur Manusia adalah pihak yang benar?" dia bertanya.      

"Leluhur Manusia berada di pihak yang benar," jawab gadis itu.      

"Apakah kau berusaha melecehkan Leluhur Manusia?" Tatapan mata lelaki tua itu menajam. Melihat reaksi mereka berdua, wanita itu langsung menghilang dari tempatnya, seolah-olah dia tahu bahwa tidak ada gunanya berbicara lebih lama dengan mereka. Mereka sangat berpegang teguh terkait keyakinan mereka, dan mustahil baginya untuk membujuk mereka meyakini hal yang sebaliknya.      

Di tempat lain, di sebuah klan besar di kota tersebut, banyak kultivator sedang berpartisipasi dalam sebuah ritual.      

Pemimpin klan mereka telah binasa dalam pertempuran di Dunia Langit.      

Seluruh anggota klan mereka kini sedang berduka.      

"Pemimpin klan kita menjawab panggilan dari Leluhur Manusia untuk bertarung demi ketertiban dunia, penyatuan tujuh dunia utama, dan untuk keadilan. Meskipun dia telah binasa, namun semangatnya akan hidup untuk selamanya." Pernyataan ini bergema di seluruh penjuru kerumunan kultivator. Semua orang memandang ke depan dengan serius dan berlutut untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada orang-orang yang telah meninggal dunia.      

Mereka adalah keturunan dari orang-orang yang tewas terbunuh dalam pertempuran.      

Tapi mereka merasa terhormat; seolah-olah mereka bangga dengan orang-orang yang meninggal dunia untuk tujuan yang begitu mulia.      

"Aku juga ingin pergi ke Dunia Langit untuk bertarung dalam perang," ujar seseorang, dan semua orang langsung memandang ke arah sosok yang baru saja berbicara. Seorang pria bertanya, "Kultivasimu belum mencukupi. Bukankah kau sebaiknya berkultivasi lebih lama sebelum pergi ke medan perang?"      

"Aku tidak ingin melewatkannya, dan aku khawatir kesempatan seperti itu tidak akan ada lagi di masa depan," jawab pria itu, dengan sedikit kekaguman yang tersirat dalam suaranya.      

Semua gambaran ini tertanam di dalam benak wanita itu. Jiwa spiritualnya telah menyelimuti seluruh penjuru kota, dan dia mendapati bahwa pemandangan serupa terjadi dimana-mana. Beberapa dari mereka bahkan terlihat lebih aneh dari ini.      

Para kultivator dari Dunia Manusia memiliki keyakinan yang kuat bahwa ini adalah pertempuran untuk membela keadilan dunia dan memulihkan ketertiban dunia. Leluhur Manusia adalah keyakinan mutlak mereka, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun. Bahkan jika orang yang mereka cintai tewas dalam pertempuran, kebencian mereka hanya ditujukan kepada Dunia Langit, dan mereka tidak akan terlalu bersedih.      

Ekspresi wanita itu berubah, dan ketenangan yang dia tunjukkan beberapa saat yang lalu kini telah menghilang. Pada saat ini, gambaran yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di benaknya, dan masa lalu terlihat sangat jelas di depan matanya.      

Dia ingat bahwa dalam perjalanan kultivasinya, dia juga pernah tersesat dan tenggelam dalam kegelapan ketika dia masih muda. Dia telah meninggalkan segalanya dan terjebak dalam cengkeraman iblis. Atas nama kultivasi, dia telah kehilangan kemanusiaannya. Dia tidak akan pernah melupakan ekspresi di wajah orang tuanya ketika mereka tewas di tangannya.      

Namun, dia sepertinya telah kerasukan pada saat itu, dimana dia melanjutkan perjalanannya ke dalam kegelapan dan berubah menjadi iblis itu sendiri. Dia telah melihat semua jenis kegelapan di dunia ini dan merasakan neraka di muka bumi.      

Sampai suatu hari, dia akhirnya menjadi Penguasa Kegelapan.      

Semua hal yang terjadi di Dunia Manusia sekarang terasa tidak asing baginya, tetapi bahkan dia tahu bahwa para kultivator ini tidak berada di bawah kendali mutlak.      

Kemudian sosoknya menghilang, dan dia pergi ke tempat lain di Dunia Manusia. Dia mendapati bahwa situasinya akan sama ke mana pun dia pergi. Dia bahkan melihat situasi yang jauh dibesar-besarkan, seperti para kultivator dari Dunia Manusia yang percaya pada keadilan. Mereka menganggap penyerangan dan pembunuhan sebagai hal yang benar untuk dilakukan dan menjadikannya sebagai misi hidup mereka.      

"Leluhur Manusia!"      

Pada saat ini, wanita itu berdiri di udara, dan dia hanya bisa merasakan hawa dingin yang menjalar di sekujur tubuhnya. Di kedua mata yang tenang itu, saat ini hanya ada kegelapan dan keinginan membunuh yang terlihat sangat jelas.      

Dia tidak pernah menyukai Leluhur Manusia. Dia berpikir bahwa Leluhur Manusia adalah sosok yang munafik dan berpura-pura baik. Dari Leluhur Manusia, dia bisa melihat bayangan gurunya sendiri.      

Pada saat ini, dia memiliki firasat bahwa dugaannya itu mungkin benar adanya dan itu bukan sekedar bayangan dari gurunya.      

Mungkin saja Leluhur Manusia ADALAH gurunya.      

Kultivator yang membawanya ke dalam kegelapan kemungkinan besar adalah reinkarnasi dari Leluhur Manusia.      

Dan hanya Leluhur Manusia yang memiliki kemampuan seperti itu.      

*Krak* Sambil mengepalkan telapak tangannya, sebuah aura penghancur yang agresif terpancar dari sosoknya, tetapi aura tersebut mampu ditekan olehnya. Saat ini, dia merasakan kebencian yang tidak pernah terlupakan dalam hidupnya.      

Leluhur Manusia mampu memengaruhi pikiran dan emosi semua kultivator di seluruh penjuru Dunia Manusia. Dia sudah mencapai tingkat yang begitu mengerikan sehingga Dunia Manusia kini sudah menjadi miliknya seutuhnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.