Legenda Futian

Duel Puncak



Duel Puncak

0Ye Futian tidak memberikan tanggapan. Sebuah matriks ilahi yang tak terbatas dan berukuran besar di atasnya telah melingkupi area yang luas, dan pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya berjatuhan dari matriks ilahi tersebut.      
0

Ini adalah Matriks Ilahi Tianzhu, dan setiap pedang ilahi itu mengandung Kekuatan Ilahi Tianzhu di dalamnya.      

Pedang-pedang ilahi tersebut melesat melintasi ruang hampa, menerjang ke bawah dengan agresif. Semua pedang itu memusnahkan ruang yang tak terbatas dan mendekati Ji Wudao untuk membunuhnya.      

Dengan Nine Dragon True Qi yang melindungi tubuhnya, muncul bayangan seorang kaisar setinggi 10.000 kaki yang dikelilingi oleh cahaya ilahi hukum. Pedang Tianzhu yang mengerikan itu pun tiba, dimana semuanya terhalang oleh cahaya suci pelindung yang mengelilingi Ji Wudao. Meski targetnya telah dikunci, namun serangan tersebut tidak mampu menembus pertahanan lawannya untuk mendarat di tubuh Ji Wudao.      

Ye Futian mengangkat tangannya dan merentangkannya ke arah udara. Dalam sekejap, pedang-pedang ilahi raksasa bermunculan di sekitar Matriks Ilahi Tianzhu yang berada di cakrawala. Cahaya suci yang dipancarkan pun mengalir ke bawah, lalu berubah menjadi seberkas sinar cahaya dan langsung menembus langit serta bumi yang luas.      

"Tianzhu!" Ye Futian berseru. Begitu suaranya memudar, langit dan bumi terkoyak, dan sebuah retakan spasial yang mengerikan muncul di sana. Sinar cahaya dari pedang ilahi itu melesat dan melewati retakan kegelapan yang mengerikan tersebut. Kemudian, suara ledakan yang memekakkan telinga terdengar di antara langit dan bumi.      

Pedang ilahi itu turun dalam sekejap, mengoyak retakan yang mengerikan tersebut. Disertai dengan suara ledakan yang keras, tirai cahaya pelindung yang dibentuk oleh Nine Dragon True Qi pun hancur berkeping-keping. Namun, pedang-pedang ilahi yang menakutkan itu terus bergerak ke bawah, menebas bayangan kaisar raksasa tersebut.      

Ji Wudao bergegas mengangkat tangannya dan mengeluarkan sebuah ledakan yang berubah menjadi segel Kaisar Surgawi, langsung bertabrakan dengan pedang-pedang ilahi tersebut. Badai penghancur dalam sekejap bergejolak di sudut langit ini, bahkan Ji Wudao juga terhempas ke bawah, sementara bayangan kaisar yang menjulang tinggi itu juga berhasil dipukul mundur.      

Dia memandang ke arah Ye Futian dan berpikir bahwa, melihat bagaimana dia mampu mengguncangnya dengan kekuatan ilahi dari Jalur Surgawi Kecil, tampaknya tingkat kekuatan ilahi yang diciptakan oleh Ye Futian sangatlah tinggi.      

Dia mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, pedang ilahi yang tak terbatas muncul dari sekelilingnya; pedang-pedang itu adalah Pedang Ilahi Tianxing. Tubuh raksasanya kini berubah menjadi Dewa Perang Tianxing. Ketika dia melihat pedang-pedang itu mendekatinya dari atas langit, Pedang Ilahi Tianxing juga dikerahkan secara bersamaan, melesat ke atas dan melawan momentum.      

Pada saat ini, pemandangan yang sangat menakjubkan muncul di udara. Kedua pedang ilahi itu bertabrakan ketika cahaya pedang menerangi area yang tak terbatas. Badai penghancur masih bergejolak di area ini, dan bahkan beberapa benua di kejauhan mampu ditembus dan dihancurkan oleh aura pedang yang dihasilkan. Siapa pun bisa membayangkan betapa mengerikannya Qi pedang ini.      

Tetapi pada saat ini, suara rapalan sutra Buddha tiba-tiba bergema di udara, bersamaan dengan munculnya Cahaya Buddha yang menyelimuti area ini. Cahaya Buddha yang menakjubkan dan suci itu muncul di atas cakrawala, bersinar tanpa henti. Kemudian para Buddha kuno yang berukuran sangat besar muncul di antara langit dan bumi, dimana masing-masing dari mereka tampaknya adalah Buddha yang telah mencapai pencerahan. Mereka semua berada di lokasi yang berbeda-beda, seolah-olah semua Buddha telah muncul bersama-sama di atas langit.      

Ye Futian berdiri di antara mereka, mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke bawah dengan keras, mengubahnya menjadi sebuah Simbol Wan yang berukuran sangat besar. Simbol Wan ini terus membesar, hingga akhirnya menutupi seluruh penjuru langit, bahkan matahari. Sementara itu, seberkas Cahaya Buddha yang tak tertandingi bersinar terang di atas Mudra Buddha, dan mudra tersebut terbentuk dari Simbol Wan yang tak terhitung jumlahnya, mengalir tanpa henti di permukaannya. Simbol Wan itu tampak hidup dan bergerak dengan sendirinya.      

Jejak telapak tangan tangan ini sangat keras dan kokoh, tak terkalahkan dan tidak bisa dihancurkan. Serangan itu menekan dunia dan bahkan mampu menghancurkan zaman. Dimana pun jejak telapak tangan itu melintas, semuanya akan dilenyapkan. Ini bukan lagi teknik Buddha yang dipahami Ye Futian saat dia berkultivasi di Western Heaven, melainkan teknik lain yang dia kuasai saat dia berkultivasi di dalam Jalur Surgawi Kecil miliknya. Setiap rune itu berisi kekuatan Buddha di dalamnya.      

Ketika jejak telapak tangan ini bergerak ke bawah, rasanya seolah-olah dunia yang tak terbatas sedang dikerahkan ke permukaan tanah. Bahkan semua Simbol Wan yang ada di sana ikut berputar. Tapi semua ini tidak bisa dilihat dari bawah, karena semuanya tersegel rapat.      

Ji Wudao memandang jejak telapak tangan Buddha yang sangat mengerikan itu, yang bahkan mampu menutupi langit dan matahari. Kemana pun dia pergi, dia akan berada di bawah cakupan jejak telapak tangan ini, yang bahkan telah menenggelamkan langit. Tidak heran Ye Futian datang kemari untuk bertarung. Hanya dalam ruang hampa yang tak berujung-lah mereka bisa bertarung dengan leluasa dan sesuka hati mereka.      

Jika mereka berada di langit kesembilan puluh sembilan, jejak telapak tangan Buddha ini akan menyelimuti seluruh penjuru sembilan puluh sembilan langit. Satu serangan dari jejak telapak tangan ini sudah cukup untuk menghancurkan sembilan puluh sembilan langit secara keseluruhan.      

Pria ini memang layak menjadi keturunan sejati dari gurunya, Ji Wudao bergumam dalam hati saat dia melihat pemandangan tersebut. Serangan semacam ini memang merupakan serangan yang layak untuk ditanggapi olehnya.      

Sebagian besar Kaisar Agung yang dia temui sebelumnya tidak dapat dianggap sebagai 'Kaisar Agung' baginya. Mereka terlalu lemah dan dapat dengan mudah dilenyapkan, terutama beberapa Kaisar Kuno yang bangkit kembali ke dunia ini; mereka hampir tidak bisa diperlakukan dengan serius oleh orang-orang seperti dirinya.      

Dia tidak menyangka bahwa orang yang bisa melawannya adalah keturunan dari satu-satunya guru yang pernah dia hormati dalam hidupnya.      

Mungkin inilah yang mereka sebut sebagai takdir.      

Sosok raksasa dari Kaisar Surgawi saat ini mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, Nine Dragon True Qi beredar di telapak tangannya, kemudian dunia di sekitarnya berubah drastis. Area itu tampaknya telah terdistorsi dan berubah menjadi sebuah badai yang dahsyat.      

Dia mengangkat lengannya, dan telapak tangannya langsung dikerahkan menuju Mudra Buddha yang berada di atas cakrawala. Serangan yang baru saja dia keluarkan juga berbentuk sebuah segel ilahi yang tak terbatas; itu adalah Segel Alam Semesta.      

*Brak* Sebuah suara yang keras bergema di udara, dan Segel Alam Semesta itu bermaksud untuk memporak-porandakan alam semesta. Ketika serangan itu mendarat, Cahaya Buddha yang mengelilingi Simbol Wan seolah-olah telah berhenti bergerak. Namun, bersamaan dengan munculnya suara raungan keras, segel ilahi yang mengerikan itu terus bergerak ke bawah hingga akhirnya menghancurkan Segel Alam Semesta dan menabrak Ji Wudao yang berada di bagian bawah.      

Ji Wudao bergegas memberi perintah dari dalam pikirannya, dan pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya langsung melesat ke atas melawan momentum, menyerang ke sisi yang berbeda pada Mudra Buddha tersebut. Pedang ilahi raksasa yang tak terhitung jumlahnya ini akhirnya berhasil menopang Mudra Buddha raksasa tersebut. Kemudian, Ji Wudao, dengan mengulurkan tangannya ke depan, mengeluarkan Pagoda Haotian ke arah Mudra Buddha itu.      

Akhirnya, beberapa retakan muncul di permukaan Mudra Buddha itu, yang kemudian terus membesar. Ji Wudao, sebagai reinkarnasi dari Kaisar Surgawi, kini melangkah ke udara dengan membawa pedang Kaisar Surgawi di tangannya, lalu menebas ke arah Mudra Buddha tersebut, melancarkan serangan terakhirnya.      

*Boom* Sebuah suara keras yang mengejutkan bergema di udara, seolah-olah langit dan bumi akan runtuh. Mudra Buddha yang tak terbatas dan besar itu akhirnya hancur berkeping-keping, berubah menjadi Cahaya Buddha berwarna emas yang tak terhitung jumlahnya dan menerangi langit dan bumi.      

Namun pada saat ini, muncul seberkas cahaya suci dari luar cakrawala, dan Simbol Wan itu pun hancur. Ye Futian memegang tombak di tangannya saat cahaya itu melintas, menembus langit dan bumi. Sebuah serangan baru saja menembus langit; dan pergerakannya sangatlah cepat.      

Ji Wudao berteriak saat Nine Dragon True Qi melindungi tubuhnya, tetapi tombak itu berhasil menembusnya. Dia mengangkat tangannya dan mengerahkan sebuah badai pelahap yang mengerikan, yang muncul di sekitar jejak telapak tangan tersebut. Dia ingin menarik tombak pembantaian itu dan Ye Futian ke dalam badai yang baru saja dia bentuk.      

*Whoosh* Tombak itu melesat dari tangan Ye Futian, menerjang ke bawah dengan membawa kekuatan fatal bersamanya.      

Disertai dengan suara tabrakan yang keras, tubuh Ji Wudao dihempaskan ke belakang. Dia melihat tangannya dan melihat bahwa bercak darah telah muncul di sana. Meski demikian, lukanya sembuh dengan cepat, dan bercak darah itu pun menghilang dalam sekejap mata.      

Ji Wudao mengangkat kepalanya untuk memandang Ye Futian; ada sedikit keseriusan di sepasang mata itu sekarang. Sepertinya dia terlalu meremehkan Ye Futian.      

Tubuhnya melayang ke satu arah dan tiba di dekat sebuah benua bintang. Telapak tangannya diulurkan ke samping, dan tiba-tiba, sebuah badai yang mengerikan muncul di telapak tangannya, terlihat seperti lubang hitam.      

Kemudian, rentetan suara gemuruh yang mengerikan terdengar di sana, dan benua bintang itu hancur dalam sekejap, lalu pecahannya mengalir ke telapak tangannya. Kemudian, sebuah tombak raksasa muncul di dalam badai yang ada di telapak tangannya itu.      

Dia melahap sebuah benua dalam sekejap untuk merubahnya menjadi sebuah tombak, yang tampaknya setara dengan tombak milik Ye Futian.      

Itu adalah sebuah tombak panjang berwarna hitam pekat dan kokoh, serta dipenuhi dengan aura yang sangat mengerikan di dalamnya. Sebuah lubang hitam tampak berputar di ujung tombak tersebut, menyatu menjadi sebuah badai dan melahap segala sesuatu di sekitarnya tanpa henti!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.