Legenda Futian

Menghancurkan Jalur Agung



Menghancurkan Jalur Agung

0Rasanya seolah-olah waktu telah berhenti. Tatapan mata yang tak terhitung jumlahnya saat ini tertuju ke arah langit, menatap cahaya suci penghancur yang membanjiri langit.      
0

Terutama bagi para kultivator kuat dari Istana Kekaisaran Ye. Rasanya seolah-olah mereka tidak bisa merasakan hembusan kekuatan penghancur tersebut. Mereka terpaku menatap pemandangan itu dari tempat masing-masing. Bagi mereka, sepertinya segala sesuatu di dunia ini telah berhenti bergerak.      

*Brak* Suara gemuruh tiba-tiba mengguncang dunia, sehingga membuat area yang luas ini bergetar. Serangan ini telah menghancurkan area Jalur Agung yang terbentuk. Mereka melihat sosok petarung milik Ye Futian hancur berantakan dan cahaya suci tersebut padam. Sosok Ye Futian telah menghilang dari tempatnya.      

Sudah berakhir!      

Lima Kaisar Agung dan para kultivator kuat dari Klan Dewa Kuno semuanya memiliki pemikiran yang sama—mustahil bagi Ye Futian untuk bertahan hidup setelah menerima serangan seperti itu. Semua kultivator yang berada di bawah Great Emperor Plane akan binasa. Akan tetapi, mereka terus menatap ke arah langit. Apakah kekuatan dari Penggaris Ilahi milik Ye Futian akan muncul setelah dia meninggal dunia?      

Bahkan sebagai Dewa Kuno, mereka masih menginginkan kekuatan tersebut.      

Hujan terus turun di area itu. Tetesan hujan yang jatuh dari atas langit itu sangat tajam, namun mengandung kesedihan yang luar biasa di dalamnya. Banyak orang dari Istana Kekaisaran Ye tampak menangis. Air mata mereka jatuh bersama guyuran hujan. Bagi banyak orang di Istana Kekaisaran Ye, Ye Futian sudah menjadi keluarga, teman, senior, dan kepercayaan mereka.      

Xi Chiyao telah menembus pertahanan yang menghalangi langkahnya dan kini tiba di tempat Ye Futian berada, tetapi dia tidak melihat sosok Ye Futian di sana. Sebagai Dewi dari Istana Kekaisaran Barat, bahkan dia juga menangis sekarang. Sebuah aura yang mengejutkan menyelimuti pedang ilahi miliknya. Aura itu bahkan melingkupi sekujur tubuhnya, terus-menerus mengubah ekspresi di matanya.      

*Syuut* Tiba-tiba terdengar sebuah suara pelan di area yang sunyi tersebut. Di suatu tempat yang berada jauh di atas langit, satu sosok telah muncul di sana. Itu adalah Ye Futian.      

Kemunculannya ini memberi secercah harapan bagi banyak orang.      

Dia masih hidup! Ye Futian belum binasa. Dia masih berada di sini!      

Dia ternyata selamat dari serangan yang mampu mengakhiri dunia itu.      

Namun, Ye Futian berada dalam kondisi yang rapuh sekarang. Cahaya suci masih mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia tidak lagi memiliki aura Jalur Agung. Sekujur tubuhnya tampak lemah dan buram, seolah-olah dia bisa menghilang kapan saja. Namun, aura kehidupan terus menerus menyelimuti dirinya. Energi kehidupannya belum padam.      

Saat ini, Ye Futian telah memasuki kondisi terlemahnya. Semua Jalur Agung di tubuhnya telah dihancurkan. Tidak ada lagi Jalur Agung di dalam dirinya sekarang.      

Pada saat yang bersamaan, dia telah memasuki kondisi yang sangat aneh. Dia merasa seperti memiliki pemahaman yang jauh lebih jelas tentang dunia. Meskipun Jalur Agung miliknya telah dihancurkan, namun dalam pemahamannya, semua kekuatan di dunia ini tampaknya telah diukir ke dalam pikirannya, termasuk Kekuatan Ilahi dari lawan-lawannya itu.      

Apa yang dimaksud dengan Jalur Agung? Jalur Agung adalah hukum yang berlaku di dunia ini. Ketika kultivator mempelajari kekuatan Jalur Agung, mereka akan menggunakan hukum dari dunia ini.      

Lalu, apa itu Kekuatan Ilahi?      

Apakah hal tersebut tidak ada hubungannya dengan dunia dan hukum itu sendiri?      

Mungkin itulah jawabannya.      

"Warna adalah kekosongan; dan kekosongan adalah warna."      

"Tidak ada yang namanya Jalur Agung di dunia ini."      

Mungkin para leluhur sudah menentukan jalur yang tepat, tapi jalur ini tidak mudah untuk dilalui.      

Jalur ini telah menghentikan sosok-sosok menakjubkan yang tak terhitung jumlahnya.      

Semua ini terlintas di dalam benak Ye Futian, sementara momen tersebut hanya berlangsung sesaat di dunia luar. Kaisar Surgawi Jiang dan yang lainnya tampak mengerutkan alis saat melihat bahwa Ye Futian masih hidup.      

Mereka percaya bahwa mereka sudah menunjukkan rasa hormat yang cukup kepada Ye Futian. Lima Kaisar Besar semuanya datang untuk membunuh Ye Futian. Bahkan jika Ye Futian mati, itu masih merupakan kematian yang terhormat, tetapi sampai sekarang, orang yang mereka pikir dapat dibunuh dengan mudah, seperti semut, sebenarnya masih hidup.      

Pertarungan ini sudah berlangsung cukup lama, tetapi mereka masih belum bisa membunuh semut ini. Sebagai Kaisar Agung, ini bukanlah hal yang pantas untuk dibanggakan.      

Ye Futian benar-benar sosok yang ulet.      

"Dia masih hidup!" Xi Chiyao memandang ke arah Ye Futian, dan dia merasa seperti selamat dari marabahaya. Senyuman cerah muncul di kedua matanya yang indah, seolah-olah krisis telah berlalu.      

Namun, lima Kaisar Agung itu masih berada di sana. Ye Futian hanya mampu bertahan hidup setelah melewati satu serangan.      

Ditambah lagi, dia juga bisa merasakan bahwa Ye Futian telah memasuki kondisi yang misterius.      

*Boom* Rambut panjangnya berkibar tak terkendali, dan tetesan hujan yang turun menjadi semakin deras. Mereka terus menerus berjatuhan dari atas langit. Aura Kaisar Agung saat ini terpancar dari Xi Chiyao. Sedangkan di sisi lain, sosok Ye Futian telah menghilang di balik tirai hujan tersebut.      

Xi Chiyao memandang ke arah Ye Futian. Ada air mata yang menghiasi matanya, tapi dia masih tersenyum. Sebenarnya dia merasa ragu, tetapi dia juga dipenuhi oleh tekad, seolah-olah dia sedang menatap Ye Futian untuk terakhir kalinya.      

Kemudian dia memejamkan matanya, dan dalam sekejap, sekujur tubuhnya menjadi satu dengan pedang ilahi tersebut. Ketika matanya kembali terbuka, sepasang mata itu tampak berbeda. Kesombongan tersirat di kedua matanya, seolah-olah dia sedang memandang rendah dunia.      

Kaisar Surgawi Jiang dan yang lainnya bisa merasakan perubahan aura dan temperamen Xi Chiyao secara bersamaan. Mereka tahu bahwa Xi Chiyao yang mereka lihat ini bukanlah Xi Chiyao yang sama seperti sebelumnya.      

Tampaknya, pendiri dari Istana Kekaisaran Barat—Kaisar Barat—telah kembali juga ke dunia ini.      

"Idiot satu ini," ujar Xi Chiyao, namun tidak bisa dipastikan siapa sosok yang dimaksud olehnya.      

Tetesan hujan itu telah membentuk sebuah area Jalur Agung yang menyelimuti tempat ini. Hanya ada hujan yang turun tanpa henti di antara tirai hujan tersebut. Tidak ada sosok Ye Futian yang terlihat di sana.      

Setiap tetes hujan itu tampaknya dibentuk oleh Kekuatan Ilahi.      

Di sisi lain, sebuah tirai cahaya muncul di sekitar Kaisar Surgawi Jiang dan Kaisar Agung dari Divisi Vajra. Tirai tersebut menutupi tubuh mereka, namun karena hujan terus turun, ternyata telah terbentuk lekukan di tirai cahaya itu. Kemudian, beberapa titik dapat ditembus olehnya.      

Hujan bisa mengikis batu seiring berjalannya waktu. Tetesan hujan ini mampu menembus pertahanan yang diciptakan oleh Kekuatan Ilahi Divisi Vajra.     

"Kaisar Barat," ujar Kaisar Surgawi Jiang sambil mengangkat kepalanya untuk memandang Xi Chiyao. "Karena kau juga sosok yang bereinkarnasi ke dunia ini, kenapa kita harus menjadi musuh? Kita semua berasal dari Klan Dewa Kuno dari Prefektur Ilahi. Warisan kita telah diturunkan sejak zaman kuno, dan kita telah kembali sekarang. Sebaiknya kau tidak ikut campur dalam masalah hari ini."      

"Gadis ini sangat cocok denganku," ujar Xi Chiyao. Sudah jelas bahwa dia bukan lagi dirinya sendiri. "Aku sudah menyadari hal ini bertahun-tahun yang lalu. Aku tidak mau kembali dengan cara ini dan malah ingin menunggunya tumbuh lebih kuat. Namun, dia ternyata memilih cara ini untuk membantunya hari ini. Maka dari itu, tentu saja aku harus mengabulkan keinginan terakhirnya."      

"Tapi, bisakah kau melakukannya?" ujar Kaisar Surgawi Jiang. Sudah jelas, dia menganggap bahwa Kaisar Barat tidak akan bisa menghentikan mereka hanya dengan kembali ke dunia ini. Lagipula, ini adalah pertempuran satu lawan lima.      

"Seharusnya tidak butuh lama." Kaisar Barat bisa merasakan bahwa Ye Futian benar-benar tenggelam dalam dunianya, memasuki kondisi misterius. Dia juga bisa merasakan tetesan air hujan yang memenuhi udara. Hujan turun dari tubuhnya, dan setiap tetes hujan tersebut mengandung Kekuatan Ilahi yang sangat murni.      

"Kekuatan Jalur Agungku telah dihancurkan. Namun, pemahamanku tentang dunia tampaknya menjadi lebih jelas." Ini adalah pemikiran yang muncul di dalam benak Ye Futian.      

"Tidak ada yang namanya Jalur Agung di dunia ini."      

"Warna adalah kekosongan; dan kekosongan adalah warna." Dua kalimat ini terus menerus bergema di dalam benak Ye Futian. Dia juga teringat momen ketika dia belajar di Sekte Buddha, dimana para kultivator Buddha mengatakan bahwa Lord of All Buddha telah pergi ke Colorless Heaven untuk berkultivasi.      

"Ākāśānantyāyatana, Vijñānānantyāyatana!" Langit pertama dari Colorless Heaven—beresonansi dengan langit tanpa batas. Langit kedua—untuk membuat hatimu menjadi tak terbatas.      

Ketiadaan!      

Semua kultivator pasti memiliki ambisi masing-masing, tetapi fondasi utama dalam ajaran Buddha adalah untuk mengejar ketiadaan.      

"Karena Jalur Agung telah dibelenggu, maka hancurkan Jalur Agung tersebut!" Pemikiran ini tiba-tiba muncul di dalam benak Ye Futian. Kemudian sebuah bencana turun, menembus tubuhnya, dan memotong Jalur Agung miliknya.      

*Boom* Wajah Ye Futian seperti sedang menahan rasa sakit. Selama ini dia telah mengkultivasi berbagai macam Jalur Agung. Meskipun Kaisar Surgawi Jiang telah menghancurkan Jalur Agung miliknya dengan satu serangan, namun faktanya, masih ada aura Jalur Agung yang tersisa dalam dirinya.      

Tapi sekarang, Ye Futian ingin menghancurkan Jalur Agung miliknya.      

Para kultivator di seluruh penjuru dunia semuanya mengejar jalur yang ekstrem, menginginkan kekuatan Jalur Agung yang lebih besar. Tapi sekarang, Ye Futian justru ingin menghancurkan Jalur Agung miliknya sendiri!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.