Legenda Futian

Generasi Muda Menggantikan Generasi Tua



Generasi Muda Menggantikan Generasi Tua

0Di atas langit, roc ilahi itu mengarahkan pandangannya pada Ye Futian sambil berkata, "Teknik pergerakanmu itu sungguh misterius. Kau tidak hanya mengandalkan kecepatan semata. Namun, jika kau berencana untuk terus menghindari seranganku menggunakan teknik tersebut, lupakan saja niatanmu untuk memasuki reruntuhan tersebut."     
0

Dalam sekejap, dia sudah kembali ke tempatnya semula. Hal ini membuat para kultivator yang menatap reruntuhan itu setelah roc tersebut pergi merasa terancam.     

Tubuhnya yang berukuran besar itu kembali berjaga di depan reruntuhan istana tersebut. Sepertinya tidak ada seorang pun yang bisa menginjakkan kaki mereka di reruntuhan itu selama monster itu berada di sana.     

Ye Futian melayang menuju reruntuhan itu dan kembali muncul di hadapan roc ilahi tersebut. Dia berkata, "Teknik pergerakanku ini juga bagian dari kemampuanku, bukan?"     

"Jika bukan karena fakta bahwa lingkup area yang bisa kutempuh dibatasi, kau tidak akan mampu menandingiku dalam hal kecepatan," ujar roc ilahi itu dengan sombong sambil memandang ke arah Ye. Futian. Di masa kejayaannya, dia memiliki kecepatan yang tak tertandingi di antara rekan-rekannya dari tingkat Plane yang sama.     

Ye Futian tersenyum dan menjawab, "Karena Senior juga menyadari bahwa jangkauanmu terbatas, bagaimana kalau kau melepaskan bebanmu itu dan mengizinkanku untuk mewarisi ajaran di dalam reruntuhan tersebut? Setelah itu, kau bisa ikut denganku, dan kita dapat berkultivasi bersama. Bukankah itu adalah situasi yang saling menguntungkan bagi kita berdua?"     

Roc ilahi itu tercengang saat menatap Ye Futian. Kemudian, sebuah aura yang mengancam terpancar dari tubuhnya.     

"Mengikutimu? Ucapanmu itu sangat lancang," tegur roc ilahi itu dengan suaranya yang serak. Dia menatap tajam ke arah Ye Futian saat dia berkata, "Sepertinya emosiku telah melunak seiring bertambahnya usia. Seorang pemuda ternyata berani bertindak lancang di hadapanku."     

Saat roc ilahi itu mengatakan hal ini, dia membuka mulutnya dengan kepala menghadap ke atas dan menghisap udara di sekelilingnya. Sebuah badai yang mengerikan langsung terbentuk saat area yang luas itu terdistorsi. Arus Jalur Agung mengalir tanpa henti ke dalam mulutnya. Badai itu tampaknya mampu melahap semua kekuatan dari Jalur Agung.     

Di sisi lain, para kultivator di sekitarnya mengalami kesulitan dalam menjaga keseimbangan tubuh mereka. Beberapa Renhuang langsung dihempaskan ke udara oleh badai itu dan ditarik menuju mulut roc ilahi tersebut.     

Satu demi satu, para Renhuang itu dilahap oleh roc yang berukuran sangat besar itu bahkan sebelum mereka sempat bereaksi.     

"Hati-hati!" seseorang berseru. Ekspresi banyak kultivator saat ini berubah drastis. Jangankan para Renhuang; bahkan kultivator di tingkat Tribulation Plane tidak bisa menahan badai tersebut. Beberapa kultivator yang telah mengalami dua Ujian Para Dewa tidak dapat menahan kekuatan pelahap itu dan terhisap ke arah roc ilahi tersebut.     

Di lokasi dimana para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei berada, Lord Chen langsung menanggapi badai yang mengancam ini. Dia menyelimuti semua kultivator dalam kelompoknya dengan kekuatan surgawi yang dahsyat, mencegah kekuatan pelahap itu menghisap mereka.     

Namun, badai itu justru menjadi semakin mengancam. Kekuatan pelahap itu melenyapkan semua kekuatan Jalur Agung di area yang luas ini. Segala sesuatunya pada akhirnya akan dilahap oleh badai tersebut.     

Ye Futian kini menghadapi kekuatan pelahap terkuat yang pernah dia temui. Hal ini dikarenakan roc ilahi itu sejak awal mengeluarkan kekuatan mengerikan ini dengan menjadikannya sebagai target utama. Namun, dia tetap berdiri tegak di antara badai yang mengamuk itu. Tubuhnya sama sekali tidak terguncang, dan tatapan matanya masih tertuju pada roc ilahi di hadapannya itu.     

Namun meski demikian, dia juga bisa merasakan kekuatan yang menakutkan itu menekannya. Badai yang menakjubkan ini telah membelenggu kekuatan Jalur Agung miliknya.     

*Whoosh*     

Saat ini, alih-alih mundur, Ye Futian justru menerjang ke arah roc tersebut. Dengan mengikuti arus dari badai itu, dia langsung melesat menuju mulut sang roc ilahi. Pada saat yang bersamaan, cahaya suci dari Jalur Agung mengalir di sekujur tubuhnya, mengubahnya menjadi tubuh ilahi yang menakjubkan. Sebuah aura pedang yang tak tertandingi juga bergerak di sekelilingnya. Pada saat ini, rasanya seolah-olah dia telah berubah menjadi sebilah pedang ilahi yang bergerak mengikuti arus tersebut.     

Satu demi satu, pedang ilahi bermunculan di tengah-tengah badai yang bergemuruh itu. Masing-masing bilah pedang itu mengandung cahaya suci yang mengejutkan di dalamnya dan siap menusuk tubuh roc ilahi tersebut.     

Roc ilahi itu menyipitkan matanya. Dia menghembuskan napasnya dan memuntahkan semua kultivator yang telah dilahapnya. Selanjutnya, badai itu berubah arah dan mendorong Ye Futian kembali ke tempatnya semula. Roc ilahi itu menatap aura pedang yang terus mengalir di sekitar Ye Futian. Sudah jelas, roc itu bersikap waspada dan tidak berani melahap Ye Futian seutuhnya.     

Ye Futian pun memberi saran, "Senior, karena kau beranggapan bahwa aku akan menghindari semua seranganmu dengan teknik pergerakanku, bagaimana kalau kita bertarung dalam jarak dekat?"     

"Tidak masalah, asalkan kau cukup berani untuk mencobanya," jawab roc ilahi itu.     

Ye Futian langsung menyatukan telapak tangannya, dan Cahaya Buddha menyebar luas dalam sekejap, menyelimuti area yang luas. Di atas langit, muncul banyak sosok Buddha yang menutupi seluruh tempat. Sementara itu di atas sosok Ye Futian, satu sosok Buddha kuno raksasa telah menyelimutinya.     

Sosok Buddha kuno yang berukuran besar itu naik ke udara dan berbalik. Seolah-olah dia sedang berbaring di atas langit, menghadap roc ilahi di bawahnya.     

Kemudian, sebuah tekanan yang sangat kuat menyebar di udara. Cahaya Buddha mengalir turun, dan suara rapalan sutra Buddha mengelilingi sosok Buddha kuno tersebut. Six Syllables of Truth kini bergema di seluruh tempat. Sosok Buddha kuno itu terus membesar hingga menyamai ukuran roc ilahi tersebut. Sosoknya kini menghalangi matahari dan menutupi langit.     

Pada saat berikutnya, Ye Futian mengulurkan tangannya dan mengerahkan telapak tangannya ke bawah. Buddha raksasa itu juga melakukan hal yang sama. Telapak tangan raksasa itu dikerahkan ke bawah. Sementara itu di area sekitarnya, berbagai macam sosok Buddha itu juga mengerahkan telapak tangan Buddha raksasa secara bersamaan.     

Untuk beberapa saat, langit beresonansi, dan puluhan ribu Buddha itu pun bertindak sebagai satu kesatuan.     

"Segel Buddha All Heaven!" Ye Futian berseru.     

Teknik serangan yang mengerikan itu dikerahkan ke bawah dengan membawa kekuatan yang tak tertandingi di dalamnya. Serangan tersebut mengincar sosok roc ilahi yang berada di bagian bawah.     

Roc ilahi itu juga merasakan kekuatan serangan ini. Cahaya berwarna hitam legam saat ini mengalir ke sekujur tubuhnya, yang kemudian melesat ke atas langit saat roc tersebut mengayunkan cakarnya yang tajam. Cakarnya itu terlihat sangat kuat saat cahaya hitam yang mengancam itu menyelimutinya. Sepasang cakar itu mampu mencabik-cabik semua makhluk hidup. Satu pandangan mata pada mereka sudah cukup untuk membuat seseorang merinding ketakutan.     

Saat cakar yang tajam itu diayunkan ke depan, sambaran petir berwarna hitam legam yang tak terhitung jumlahnya muncul di sekitar mereka. Semua kilatan petir itu melesat ke atas langit dan menabrak telapak-telapak tangan Buddha raksasa yang semakin mendekat.     

*Brak*     

Terdengar suara ledakan yang keras, dan langit serta bumi ikut bergetar. Area di sekitarnya tampak retak, dan banyak retakan yang bermunculan di permukaan tanah. Bahkan di titik pusat dari tabrakan itu, sebuah badai yang mencengangkan kini kembali terbentuk.     

Baik sosok Buddha kuno raksasa maupun roc ilahi itu sama sekali tidak ada niatan untuk menyerah. Mereka saling berhadapan satu sama lain, mengabaikan badai yang bergejolak di sekitar mereka. Kemudian, baik sosok Buddha maupun monster iblis itu terus bertabrakan satu sama lain.     

Namun pada saat ini, Ye Futian membuka matanya dan memandang lawannya. Dia langsung menggunakan sebuah sihir mata, dan auranya pun terpancar keluar. Dalam sekejap, sebuah badai spiritual yang tak tertandingi menerobos masuk ke dalam benak roc ilahi tersebut.     

Roc ilahi itu menyipitkan matanya. Di dalam benaknya, sebuah aura yang kuat telah muncul di sana. Ketika badai spiritual yang menakutkan itu menyerang pikirannya, bayangan seekor roc ilahi tampaknya telah muncul dari zaman kuno. Bersama dengan Kaisar Agung, mereka berusaha melindungi aura sang roc ilahi.     

Bayangan dari sosok Ye Futian juga muncul di dalam benak roc tersebut. Cahaya suci dari Jalur Agung tampak mengitari bayangannya. Seolah-olah dia telah berubah menjadi seorang Kaisar Agung. Kekuatan kaisar terpancar dari sosoknya. Aura Spiritual yang dipancarkan olehnya sangat mengancam, bahkan tampaknya telah berubah menjadi pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya. Setiap pedang ilahi ditempa dari Aura Spiritual itu dan terus menyerang aura dari sang roc ilahi. Mereka berusaha untuk menghancurkan aura dari pihak lawan.     

Pada saat yang bersamaan, hawa dingin yang ekstrem menerobos masuk ke dalam pikirannya. Kekuatan Yin kini telah mempengaruhi aura roc ilahi tersebut.     

Di atas langit, roc ilahi itu telah membentuk sebuah dunia spiritual. Bayangan roc ilahi yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di sana dan langsung melesat melintasi udara. Mereka menerjang ke depan sambil melancarkan teknik pergerakan yang tak tertandingi dan serangan-serangan yang sangat kuat. Dalam pemandangan ini, mereka muncul sebagai sosok roc ilahi itu di masa mudanya.     

Baik kultivator maupun monster iblis itu kini bertarung dengan aura spiritual mereka masing-masing.     

Kemudian, pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya bermunculan. Setiap pedang ilahi itu sangatlah tajam. Bilah-bilah pedang itu tidak lain adalah Pedang Ilahi Tianzhu. Mereka melesat ke bawah pada saat yang bersamaan, bergerak menuju roc ilahi tersebut.     

Pada saat yang hampir bersamaan, roc ilahi itu bergerak dengan kecepatan tinggi dan sangat lincah saat dia menerjang ke depan dengan terburu-buru. Tidak lama kemudian, bayangan roc ilahi yang tak terhitung jumlahnya itu bertabrakan dengan Pedang Ilahi Tianzhu.     

Saat ini, sebuah suara bergema di udara dan mengandung kesedihan yang mendalam. Pada saat yang bersamaan, Kekuatan Yin terus menyerang dan mempengaruhi aura roc ilahi itu. Gelombang serangan yang tak ada habisnya itu bahkan membuat aura roc ilahi itu menjadi goyah.     

Kemudian, Ye Futian pun angkat bicara.     

"Senior, kau berasal dari Zaman Para Dewa. Maka dari itu, kau pasti menganggap kultivator di zaman ini tidak setara denganmu. Namun, zaman selalu berubah. Para kultivator di zaman yang baru juga bisa membawa kembali kejayaan dari Zaman Para Dewa. Kenapa kau masih berpegang teguh pada masa lalu?" tanya Ye Futian. "Kenapa kau tidak memulai semuanya dari awal?"     

Dia tentu saja bisa menebak bahwa roc ilahi itu masih terikat dengan masa lalu. Para kultivator dari dunia luar ini tidak bisa menarik perhatiannya. Dia adalah sosok yang sangat angkuh dan memiliki temperamen yang buruk.     

"Kemampuanmu memang mengesankan. Namun, kau masih belum bisa mengendalikanku," jawab sosok kuno yang muncul di dalam benak Ye Futian. Keduanya berbicara melalui aura mereka.     

"Meskipun aku mahir dalam teknik seperti itu, namun aku tidak punya niatan untuk melakukan hal tersebut. Senior, kau berasal dari zaman kuno, jadi aku tentu saja akan menghormatimu. Oleh karena itu, aku tidak akan berusaha untuk mengendalikanmu. Namun, jika Senior bersikeras menghalangi jalanku, maka aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuatmu tunduk padaku," lanjut Ye Futian. "Sekarang, berbagai macam reruntuhan milik para dewa telah muncul kembali di dunia ini. Bahkan perang antar dunia telah dimulai. Aku sudah ditakdirkan untuk datang kemari. Bolehkah aku mendapatkan restumu?"     

Saat dia mengirimkan kata-katanya ini, serangannya tidak pernah berhenti dikeluarkan. Serangan spiritual yang menakutkan terus menerus menghujani lawannya itu. Seolah-olah serangan itu tidak ada habisnya.     

Di dunia luar, para kultivator di area sekitar bisa melihat bahwa kultivator dan monster iblis itu terdiam di tempat masing-masing. Mereka semua mengungkapkan ekspresi aneh dan bertanya-tanya. Apa yang sedang terjadi?     

Cahaya suci dari Jalur Agung yang mengerikan itu masih mengalir di sekitar tubuh mereka. Keduanya tampak seperti sedang bertarung tetapi tidak ada pergerakan yang terlihat di sana.     

"Mereka bertarung dengan menggunakan aura masing-masing," ujar seseorang.     

"Tepat sekali. Pertempuran seperti itu bahkan jauh lebih berbahaya," sosok lain berkomentar.     

Tatapan banyak orang kini tertuju pada mereka berdua. Seseorang ingin melangkah ke depan dan mengambil kesempatan ini untuk menyerang mereka. Namun, Lord Chen, Hua Jieyu dan yang lainnya langsung melesat ke depan. Mereka berdiri di antara kerumunan kultivator dan medan pertempuran antara dua sosok itu, mencegah orang lain untuk ikut campur di dalamnya.     

Hal ini membuat para kultivator itu mengerutkan kening. Namun, pada saat ini, dua sosok mengerikan itu terhempas ke belakang pada saat yang bersamaan. Sosok Buddha itu hancur dan roc ilahi itu terhempas ke tempatnya semula. Ye Futian masih melayang di atas langit saat dia memandang ke bawah. Aura Jalur Agung yang menyelimuti tubuhnya kini telah ditarik kembali.     

Apakah pemenangnya sudah ditentukan? Orang-orang di sekitarnya langsung terdiam ketika mereka memandang pria dan monster iblis itu!     

Bagaimanakah hasil akhir dari pertarungan ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.