Legenda Futian

Jurang



Jurang

0Selain kesombongan, Ye Futian juga mendeteksi sebuah aura yang mengerikan dari mata lawannya itu. Sepertinya dia tidak memiliki jiwa spiritual maupun roh di dalam dirinya.     
0

Aura spiritual Ye Futian menerobos masuk ke dalam mata lawannya, dan dalam sekejap, sebuah badai spiritual yang mengerikan dikeluarkan ke arah lawannya itu. Memang benar bahwa dia bisa merasakan roh elang itu sedang bergejolak, dan dia juga bisa merasakan nafsu yang kuat akan darah dan kebrutalan dari monster tersebut.     

*Whoosh* Saat angin kencang bertiup melewati mereka, elang itu mengeluarkan suara melengking dan melesat ke arah Ye Futian. Kedua cakarnya yang tajam diayunkan ke bawah seperti sepasang pedang tajam berwarna emas yang tidak bisa dihancurkan. Ukurannya yang sangat besar membuat orang-orang di area sekitarnya merasa sesak.     

Cahaya suci dari Jalur Agung tampak mengelilingi Ye Futian. Kemudian, sosoknya menghilang dari tempatnya dalam sekejap, lalu bertabrakan dengan monster tersebut.     

Tabrakan dalam jarak dekat antara Ye Futian dan monster itu berlangsung tanpa ada penggunaan teknik khusus. Rentetan suara ledakan yang ditimbulkan menyebabkan sebuah badai yang dahsyat terbentuk di sekitar keduanya, dan bahkan ruang hampa tampak terbelah. Tubuh Jalur Agung milik Ye Futian menciptakan sebuah pemandangan yang menakutkan saat dia mengeluarkan serangan satu demi satu, menyerang lawannya itu tanpa henti. Namun, elang itu tampaknya tidak tahu apa itu rasa sakit, karena dia terus menerjang ke depan.     

Namun, menghadapi serangan-serangan dahsyat yang dilancarkan oleh Ye Futian, kecepatan lawannya itu kini semakin melambat. Tubuhnya perlahan-lahan membeku, diserang oleh Kekuatan Yin. Hawa dingin dari Kekuatan Yin menerobos masuk ke dalam tubuh raksasa sang lawan, melemahkan tubuh elang itu dengan membuatnya semakin rapuh.     

Akhirnya, Ye Futian melancarkan sebuah kepalan tinju ke tubuh lawannya; serangan itu tampak seperti tebasan dari sebilah pedang yang tajam. Dengan demikian, dia mampu menghancurkan tubuh elang itu hingga menjadi bagian-bagian kecil.     

Sementara itu di bagian belakang, hati para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei berdebar kencang ketika mereka menyaksikan pemandangan ini. Monster iblis seagresif itu kini telah dihancurkan oleh Ye Futian, yang menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan serangan yang dia miliki.     

"Monster iblis macam apa itu? Dia sudah gila," Lord Chen melangkah ke depan dan berkata dengan suara pelan. Dia tahu betapa kuatnya Ye Futian. Cukup mengesankan untuk melihat bahwa elang ini bisa bertarung melawan Ye Futian hingga seperti itu.     

"Seekor makhluk yang diciptakan di dalam Makam Para Dewa tidak bisa lagi diperlakukan sebagai suatu hal yang biasa. Elang itu pasti adalah monster yang terbentuk di lingkungan yang penuh kekacauan. Meskipun dia diselimuti oleh aura Kaisar Agung, namun monster itu mengamuk tanpa alasan yang jelas," Ye Futian menjelaskan.     

"Namun, hal ini juga menegaskan akan satu hal. Sekarang setelah Makam Para Dewa muncul kembali, tempat ini jelas sangat bermanfaat bagi para kultivator untuk berkultivasi di wilayah kuno ini. Perluasan dunia ini akan mempengaruhi seluruh penjuru Dunia Asal, meningkatkan kekuatan mereka yang mampu berkultivasi. Namun, perbedaannya juga akan terasa lebih jelas."     

"Mm." Lord Chen mengangguk sebagai tanggapan. "Munculnya Makam Para Dewa akan menyulut pertempuran lainnya, yang dapat menyebabkan benua kuno ini terpecah belah. Kultivator-kultivator yang lebih kuat pada akhirnya akan memegang kendali atas lingkungan kultivasi terbaik."     

"Bagi Pecahan Ziwei, ini juga merupakan sebuah peluang besar," ujar Ye Futian. Kesempatan seperti ini belum pernah muncul sebelumnya; ini adalah kesempatan yang ditimbulkan oleh perubahan signifikan yang muncul di antara langit dan bumi; Pecahan Ziwei tentu saja perlu menguasainya.     

Munculnya Makam Para Dewa secara langsung akan mempengaruhi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing dunia.     

Para Kaisar Agung telah berjanji untuk tidak ikut campur dalam masalah ini, jadi hanya kultivator biasa yang tersisa untuk bertarung satu sama lain.     

"Ayo kita pergi." Ye Futian dan kelompoknya terus bergerak ke depan. Tidak butuh waktu lama sebelum mereka bertemu dengan monster iblis lain yang terbang di atas langit. Monster iblis ini tidak kalah mengerikan dengan elang yang muncul sebelumnya, dimana dia diciptakan dengan cara yang aneh. Monster itu tidak dapat digolongkan sebagai monster iblis jenis tertentu. Monster tersebut memiliki kepala kuda dengan sepasang sayap elang di punggungnya, yang merupakan sesuatu yang tidak pernah ada di dunia ini. Mungkin monster itu adalah sesuatu yang dibuat dalam kondisi khusus.     

"Tempat ini tampaknya telah menciptakan banyak spesies asing yang aneh. Kita harus tetap waspada dan tidak boleh berpencar," Ye Futian mengingatkan anggota kelompoknya. Spesies-spesies asing ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Jika mereka bertemu dengan spesies asing yang sama seperti elang sebelumnya, situasinya bisa menjadi sangat berbahaya bagi mereka.     

Semua orang mengangguk sebagai tanggapan. Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.     

Tidak ada yang tahu apa saja yang bersembunyi di dalam wilayah tandus ini, jadi langkah terbaik bagi mereka adalah tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan.     

"Suara apa itu?"     

Ye Futian berhenti bergerak, namun jiwa spiritualnya terus menyebar ke kejauhan. Samar-samar, dia bisa mendeteksi adanya suara yang semakin mendekat, dan para kultivator lainnya juga mendengarkan dengan seksama. Satu demi satu, mereka bisa mendengar sebuah suara di sana.     

Ye Futian terus berjalan menuju sumber suara tersebut. Saat mereka bergerak ke depan, suara itu terdengar semakin jelas. Itu bukanlah suara seseorang yang sedang berbicara, melainkan sebuah suara yang menakjubkan. Seolah-olah suara itu berasal dari zaman kuno.     

Siapa pun bahkan bisa merasakan bahwa suara ini cukup mengganggu di telinga, namun mereka tetap berjalan menuju ke arah itu untuk mencari tahu.     

Setelah beberapa lama, mereka pun tiba di suatu tempat, dan area di depan mereka telah terbelah, sehingga membentuk sebuah jurang di sana. Jurang ini sangat luas dan bagian dasarnya tidak bisa dilihat. Suara itu sepertinya berasal dari dalam juang tersebut.     

Langkah Ye Futian dan yang lainnya melambat, dan jiwa spiritual mereka menyebar ke dalam jurang itu, namun tidak lama kemudian, mereka mendapati bahwa ada sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Jiwa spiritual mereka tidak bisa memasuki jurang tersebut. Saat mereka bergerak mendekat, sebuah aura yang berbahaya menyebar di sekitar mereka, dan tubuh Ye Futian langsung merinding. Kini dia menjadi sangat waspada. Firasatnya mengatakan kepadanya bahwa jurang ini sangatlah berbahaya.     

"Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh bergerak," ujar Ye Futian, menyuruh semua orang untuk berhenti melangkah.     

Semua orang mengangguk pelan dan berhenti tepat di tempat mereka berada. Ye Futian berjalan ke depan sendirian dan menghampiri tepi jurang itu dan memandang ke dalamnya. Di dalam jurang yang tak berujung itu, suara tersebut terus menerus terdengar, dan ada juga sebuah aura misterius di sana. Meskipun jiwa spiritual mereka telah dihalangi dari luar, Ye Futian samar-samar bisa melihat adanya reruntuhan istana di bawah sana. Sepertinya peninggalan dari zaman kuno telah terkubur di sana.     

Suara aneh itu terdengar sedikit menakutkan, seperti ratapan para arwah dari masa lalu.     

Dia merasa sangat yakin bahwa ini adalah peninggalan dari seorang Kaisar Agung. Reuntuhan itu mampu menghentikan jiwa spiritual di tingkat kultivasinya saat ini, sehingga dia tidak bisa mengamati apa yang ada di dalam sana; bahkan suasana di tempat ini saja sudah cukup untuk membuatnya merasakan bahaya yang mengintai di dalam sana. Apakah ada kemungkinan yang lebih masuk akal selain sisa-sisa kekuatan dari seorang Kaisar Agung?     

Di bagian depan, Ye Futian melihat lelaki tua dengan rambut acak-acakan dan pakaian compang-camping; dia adalah kultivator misterius yang mereka temui sebelumnya. Dia berdiri di atas jurang itu sambil mengamati area di bagian bawah dengan kedua matanya yang dalam. Perhatiannya tertuju pada jurang tersebut. Namun, sama seperti Ye Futian, dia bertindak sangat berhati-hati dan tidak melakukan apa pun secara gegabah.     

Sudah jelas, dia juga merasakan bahaya dari jurang tersebut.     

Lelaki tua itu memandang ke tempat Ye Futian berada. Seberkas cahaya dingin terlintas di sepasang mata yang berwarna hitam pekat itu. Kemudian dia berkata dengan nada dingin, "Sebaiknya kau turun dan memeriksanya."     

Sudah jelas, dia berharap agar Ye Futian turun terlebih dahulu untuk melihat apa yang akan terjadi, sehingga dia bisa mengamatinya dari belakang.     

Ye Futian memandang pria itu dan bisa merasakan bahwa auranya sangatlah menakutkan. Sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa dia adalah seorang kultivator yang tangguh. Hanya saja, dia bermaksud memanfaatkan Ye Futian untuk memeriksa ancaman bahaya yang ada di dalam sana.     

"Jika kau ingin turun ke sana, sebaiknya kau duluan saja," jawab Ye Futian sambil berdiri dengan tenang di tempatnya. Hawa kesombongan yang dingin terlintas di kedua matanya.     

Sebuah aura yang mengerikan kini terpancar dari sosok lelaki tua itu dan langsung bergerak menuju Ye Futian. Tekanan dari Jalur Agung yang dahsyat bergejolak saat dia menatap Ye Futian. "Aku akan mengatakannya sekali lagi, turunlah ke sana sekarang juga."     

Ye Futian menatap pria itu, dan hawa dingin terlintas di matanya saat dia menjawab, "Sepertinya kau tidak memahami ucapanku sebelumnya, dan hal itu sungguh disayangkan. Jika akhir-akhir ini kau jarang keluar, maka sebaiknya kau harus sering-sering bepergian, sehingga kau dapat melihat bagaimana berbagai macam hal dilakukan di dunia luar dan tidak akan bertindak sembarangan."     

Saat ini, bahkan di Prefektur Ilahi, tidak banyak orang yang berani berbicara dengannya dengan cara seperti ini.     

Di bawah Great Emperor Plane, mungkin hanya sosok-sosok mendekati dewa yang bisa mengalahkan Ye Futian. Belum lagi dia juga memiliki Senjata Kekaisaran dalam genggamannya.     

Namun pada saat ini, lelaki tua ini berani mengancamnya dengan kasar dan memerintahkannya untuk pergi ke bawah sana?     

Tatapan mata lelaki tua itu tertuju pada Ye Futian, dan sebuah kekuatan yang dahsyat telah menyelimuti area ini. Sepertinya area tersebut sekarang telah berubah menjadi area Jalur Agung yang menakutkan. Di sekitar Ye Futian, telah muncul sosok seperti dewa yang berukuran sangat besar dan melingkupi seluruh area ini.     

Dalam sekejap, sebuah jejak telapak tangan raksasa yang mengerikan dikerahkan dari atas langit dan ditujukan ke arah Ye Futian. Jejak telapak tangan raksasa ini telah menutupi area ini. Terdapat cahaya berwarna biru yang menakutkan di sekitar jejak telapak tangan itu, yang mampu menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya. Rentetan suara petir bisa terdengar dengan samar, namun sepertinya suara-suara itu meledak di dalam telinga Ye Futian.     

Sosok Ye Futian tetap diam tak bergeming saat satu sosok Buddha raksasa muncul di sana. Dia juga mengangkat tangannya dan mengeluarkan sebuah jejak telapak tangan yang menakjubkan, langsung bertabrakan dengan serangan lawannya itu. Sebuah badai menyapu area ini, dan kekuatan penghancur menyebar dari atas langit, mengarah ke jurang di bagian bawah, bergerak menuju reruntuhan yang berada di dalam jurang tersebut.     

*Brak* Disertai dengan rentetan suara ledakan, kedua jejak telapak tangan itu hancur satu demi satu. Lelaki tua itu ingin melanjutkan serangannya, namun pada saat ini, ekspresinya berubah menjadi sangat terkejut, dan dia bisa merasakan rohnya gemetar. Ada rasa takut yang luar biasa di kedua matanya saat dia mendorong dirinya ke atas langit, mencoba untuk melarikan diri.     

Ye Futian juga mendeteksi sebuah aura yang mencengangkan di sana. Ancaman yang kuat itu memaksanya untuk menghilang dalam sekejap. Pada saat yang bersamaan ketika dia menghilang dari tempatnya, sebuah bayangan, yang hampir tidak terlihat oleh mata telanjang, melesat ke atas langit dalam sekejap.     

Itu adalah sebuah tangan raksasa yang diulurkan dari dalam jurang itu, langsung mencengkeram ke arah langit dan menangkap tubuh lelaki tua itu.     

"Tidak..." Aura Jalur Agung terpancar tanpa henti pada sosok lelaki tua itu, dan dia berusaha keras untuk membebaskan diri. Namun, tangan raksasa itu langsung ditarik kembali dan menghilang dalam sepersekian detik. Semua ini dilakukan hanya dalam waktu singkat.     

Ye Futian berdiri di atas langit dan memandang bagian dalam dari jurang di bawahnya. Di sana, suara aneh itu masih terus terdengar, disertai dengan suara jeritan yang melengking. Pemandangan ini membuatnya merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya, dan dia mendapati bahwa dia ternyata merasa sedikit takut.     

Seandainya mereka pergi menjelajahi jurang itu tanpa berpikir dua kali sebelumnya, apa yang mungkin terjadi pada mereka?     

Itu adalah sesuatu yang tak terbayangkan.     

Lalu, apa sebenarnya tangan raksasa itu?     

Tangan raksasa itu menghilang dalam sekejap, begitu cepat sehingga pergerakannya hampir mustahil untuk dideteksi oleh mata telanjang sebelum lelaki tua itu dibawa pergi ke dalam jurang. Semua itu terjadi begitu cepat.     

"Apa yang telah terjadi?" Di belakangnya, Lord Chen dan yang lainnya bertanya. Mereka tidak bisa melihat apa pun dengan jelas sebelum lelaki tua itu dibawa pergi. Seolah-olah dia telah terjebak di dalam jurang tersebut.     

Ye Futian berbalik dan memandang anggota kelompoknya, lalu mengulangi perintah yang dia sampaikan sebelumnya. "Di Makam Para Dewa ini, tidak ada seorang pun yang boleh bertindak tanpa izin. Ikuti aku dengan hati-hati. Ini adalah perintah."     

"Ya, Pemimpin Istana!" Lord Chen membungkuk hormat dan menganggukkan kepalanya. Begitu juga kultivator lainnya.     

Ye Futian terlihat sangat waspada. Sudah jelas, ada sesuatu yang membuatnya khawatir di dalam sana!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.