Legenda Futian

Sang Malaikat Maut dan Putra Pilihan Tianyan



Sang Malaikat Maut dan Putra Pilihan Tianyan

1Ye Futian bisa merasakan konflik di dalam hatinya; dia tidak menyangka bahwa Qingyao akan berpartisipasi dalam perang. Yu Sheng juga pasti akan berpartisipasi dalam perang ini atas nama Dunia Iblis di masa depan.      2

Hubungannya dengan semua dunia utama ini sedikit rumit, apalagi terhadap Prefektur Ilahi; dia selalu berada di bawah komando Prefektur Ilahi. Mengenai Western Heaven, itu adalah tempat dimana dia pergi untuk mencari bimbingan dan menerima banyak ajaran sebagai balasannya. Pada satu titik, dia bahkan ikut menyebarkan ajaran Buddha, dan Hua Qingqing juga pernah mendampingi sang Buddha dalam berkultivasi. Sedangkan mengenai Dunia Iblis, hubungan antara Yu Sheng dengannya sudah tidak perlu dijelaskan lagi, dan sekarang, Ye Qingyao memegang status yang tinggi di Dunia Kegelapan.     

Semua hubungan ini menjadi sangat rumit sekarang.     

Ye Futian tidak mencoba membujuk siapa pun. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Kaisar Iblis, setiap orang memiliki posisi untuk dipertimbangkan; dia tidak mungkin bisa mengendalikan semua ini. Hal yang bisa dia lakukan hanyalah memberitahu Ye Qingyao, "Qingyao, jika kau pergi ke Prefektur Ilahi untuk berpartisipasi dalam perang, kau harus selalu berhati-hati."     

Pertempuran antara enam dunia ini jelas akan sangat berbahaya.      

"Aku tahu," Ye Qingyao menganggukkan kepalanya.     

Mereka bertiga mengobrol lebih lama sebelum Ye Qingyao memutuskan untuk pergi. Tidak lama setelah itu, seseorang di bagian bawah mengirim berita bahwa Ye Qingyao telah pergi meninggalkan Pecahan Ziwei bersama para kultivator dari Istana Kegelapan, dan kemungkinan mereka pergi menuju Prefektur Ilahi.     

"Tetua Ma." Di dalam Istana Kekaisaran Ziwei, Ye Futian memanggil Tetua Ma ke hadapannya.     

Tetua Ma bergegas datang dan bersiap menerima perintahnya.     

"Atas namaku, beritahu semua orang untuk memantau pergerakan medan perang antar enam dunia di Prefektur Ilahi dan suruh mereka membuat laporan secara berkala," ujar Ye Futian. Sebelumnya, dia selalu berkonsentrasi pada kultivasinya dan perkembangan kekuatan dari Pecahan Ziwei. Namun, mengingat perang ini semakin sengit, semakin banyak pula kultivator yang terlibat di dalamnya.     

Ye Futian kini mulai menaruh perhatian lebih pada pertempuran antar enam dunia ini.     

"Baiklah," Tetua Ma mengangguk sebagai tanggapan, kemudian dia pergi untuk menyiapkan pasukan yang akan dikirim ke Wilayah Tebing Utara, yang nantinya akan pergi ke Prefektur Ilahi.     

Setelah Tetua Ma pergi, Ye Futian kembali berkultivasi dengan mata terpejam. Beberapa bulan kemudian, sebuah peristiwa besar terjadi di Pecahan Ziwei. Itu adalah peristiwa besar yang membuat semua orang sangat bersemangat.     

Selain Ye Futian dan sang Tetua Tertinggi, Lord Chen, Pecahan Ziwei kini telah menghasilkan sosok raksasa lain yang berhasil selamat dari Ujian Para Dewa tahap kedua.     

Terlebih lagi, sosok yang dimaksud tidak lain adalah istri dari sang Pemimpin Istana, Hua Jieyu.     

Beberapa dekade telah berlalu, dan Hua Jieyu akhirnya mampu mengambil langkah penting ini. Sekarang, termasuk Ye Futian, sudah ada tiga sosok raksasa di Pecahan Ziwei.     

Mereka adalah Ye Futian, Lord Chen, and Hua Jieyu.     

Mereka sudah memiliki beberapa kultivator di Tribulation Plane tingkat pertama, seperti Kaisar Xi, Murong Yu, Biksu Taois Mu, Si Buta Tie, Gu Dongliu, Hua Qingqing, Chen Yi, Yang Wuqi, dan Fang Cun.     

Dengan jajaran anggota yang semengerikan itu, tidak peduli dimana pun mereka berada, mereka pasti akan berada di puncak kekuatan. Dengan mengesampingkan kepemilikan warisan Kaisar Agung, kelompok ini bahkan mungkin lebih kuat dari Klan Dewa Kuno manapun di Prefektur Ilahi.     

Ditambah lagi, dengan bergabungnya Benua Shenyi ke dalam Pecahan Ziwei, maka jumlah kultivator tingkat tinggi mereka akan semakin bertambah.     

Jika mereka disatukan, maka kekuatan gabungan yang dimiliki oleh Pecahan jelas akan semakin mencengangkan.     

Tentu saja, semua orang di Pecahan Ziwei bersukacita setelah mengetahui bahwa Hua Jieyu selamat dari Ujian Para Dewa tahap kedua, tetapi tidak ada sosok lain yang lebih bergembira daripada Ye Futian.     

Mereka berdua, sebagai sepasang suami-istri, kini sudah menjadi sosok yang sangat kuat. Kekuatan yang dimiliki oleh Pecahan Ziwei jelas menjadi semakin menakjubkan.     

Namun pada saat ini, muncul berita dari Prefektur Ilahi yang mengatakan bahwa pertempuran antar enam dunia kini menjadi semakin sengit.     

Seorang kultivator misterius telah muncul dari Istana Kegelapan, yang dikenal sebagai Malaikat Maut. Setiap kali dia muncul, dia selalu mengenakan jubah, dan tidak ada yang bisa melihat tubuh fisik maupun wajahnya yang sesungguhnya. Tapi, dimana pun dia melintas, semua makhluk hidup akan binasa. Jika ada siapa pun yang begitu ingin menatap matanya, jiwa mereka akan terkikis oleh Aura Kematian sampai mereka takluk sepenuhnya.     

Dimana pun Malaikat Maut muncul, kekuatan Jalur Agung akan mengering, dan energi spiritual di antara langit dan bumi akan terkuras habis. Semuanya akan berubah menjadi kematian dan keheningan, tanpa ada sedikit pun tanda-tanda kehidupan. Di atas medan perang, banyak kultivator yang tidak diketahui jumlahnya telah tewas terbunuh di tangannya.     

Dia telah melewati beberapa benua di Wilayah Tebing Utara, dan kemana pun dia melintas, tidak ada makhluk hidup yang bisa bertahan. Untuk beberapa saat, orang-orang dari Wilayah Tebing Utara melarikan diri dengan panik. Bahkan mereka yang tidak bisa melarikan diri mencoba dan mempertaruhkan segalanya untuk melarikan diri.     

Mereka tidak punya pilihan lain.      

Tetap tinggal di sana sama saja menemui jalan buntu bagi mereka.     

Setelah Ye Futian menerima berita tersebut, dia teringat akan satu sosok di dalam benaknya.     

Sudah jelas, dia tahu identitas dari Malaikat Maut yang misterius ini—Ye Qingyao.     

Dia tidak pernah menyangka bahwa Ye Qingyao akan meraih ketenaran dengan begitu cepat, yaitu tepat setelah dia melangkahkan kaki ke dalam medan perang, dan dengan cara yang begitu dramatis, yaitu dengan dikenal sebagai sang Malaikat Maut.     

Dulu, dia hanyalah seorang gadis kecil yang malang, ditelantarkan oleh dunia dan tidak ada seorang pun yang dapat diandalkan olehnya.     

Ye Futian tahu bahwa Ye Qingyao telah berubah. Dia bukanlah Ye Qingyao yang dikenalnya kala itu, namun dia tidak menyangka bahwa perubahannya akan sedrastis ini.     

Malaikat Maut telah menghebohkan seluruh penjuru Prefektur Ilahi. Tidak lama setelah itu, para kultivator tingkat tinggi dari tiga dunia utama, yaitu Prefektur Ilahi, Western Heaven, dan Dunia Manusia, memulai misi mereka untuk memburu sang Malaikat Maut. Pada saat yang bersamaan, Istana Kekaisaran Donghuang secara resmi memerintahkan semua pasukan terkemuka di Prefektur Ilahi untuk bergabung dalam perang. Siapa pun yang bisa membunuh Malaikat Maut dari Istana Kegelapan akan menerima imbalan yang setimpal dan kesempatan untuk berkultivasi di istana kekaisaran, langsung menerima bimbingan dari Donghuang Agung.     

Ada beberapa pasukan yang menanggapi panggilan tersebut, namun ada pula yang memilih untuk diam.     

Tetapi pada saat ini, sekelompok kultivator datang dari Kota Tianyan dan secara resmi bergabung dalam medan perang. Setelah mereka memasuki medan perang, mereka melibas banyak kultivator dari tiga dunia utama yang telah menyerang Prefektur Ilahi dengan kekuatan mematikan. Mereka tidak terkalahkan kemana pun mereka pergi, dan kekuatan penghalang dari satu Klan Dewa Kuno tampaknya lebih kokoh dari Istana Kekaisaran Donghuang.     

Dan semua ini disebabkan oleh satu orang.     

Siapa lagi kalau bukan putra pilihan dari Kota Tianyan, sang penerus dari Tianyan Agung, Wang Xiao.     

Untuk pertama kalinya sejak dia beberapa kali kalah di tangan Ye Futian, Wang Xiao akhirnya muncul kembali di hadapan publik dan mengejutkan semua orang dengan penampilannya yang menakjubkan.     

Sosok Wang Xiao yang muncul kali ini jauh lebih mengerikan dari sebelumnya dan bahkan terlalu menakutkan. Siapa pun bisa melihat bahwa dia telah berubah total dan sudah menjadi sosok yang berbeda. Bahkan Pemimpin Kota Tianyan sendiri, jika berpartisipasi dalam pertempuran, penampilannya tidak akan lebih menakutkan daripada Wang Xiao.     

Saat Wang Xiao muncul di hadapan publik, dia tampak mengenakan baju zirah api berwarna emas dan menggenggam Guncangan Langit di tangannya, turun ke atas medan perang seperti satu sosok dewa yang sesungguhnya. Sosoknya seperti berada di atas segalanya, dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Di dunia ini, hanya beberapa orang yang bisa memiliki kemampuan untuk mengendalikan Senjata Kekaisaran.     

Selain memiliki kekuatan yang mengerikan, Wang Xiao juga mampu mengendalikan Senjata Kekaisaran.     

Untuk beberapa saat, nama Wang Xiao dari Kota Tianyan kembali bergema di seluruh penjuru dunia, bahkan mampu menekan ketenaran sang Malaikat Maut. Seolah-olah dia ingin mengakhiri pertempuran antar enam dunia ini sendirian.     

Sudah jelas, berita itu menyebar ke Istana Kekaisaran Ziwei dan memasuki telinga Ye Futian.     

Qingyao kini dikenal dengan nama 'Malaikat Maut.'     

Sedangkan Wang Xiao, yang kembali menunjukkan kehebatannya ke hadapan publik, merupakan hal yang sama sekali tidak diduga oleh Ye Futian.     

Namun, meskipun dia sangat membenci Wang Xiao berdasarkan pertemuan mereka sebelumnya, memang benar bahwa Wang Xiao bisa mengendalikan Senjata Kekaisaran. Jika bukan karena perlindungan dari Ziwei Agung, maka Wang Xiao, dengan dibantu oleh Senjata Kekaisaran, sudah cukup kuat untuk menghancurkan Pecahan Ziwei.     

"Aku akan pergi keluar," ujar Ye Futian pada Hua Jieyu.     

"Kau akan pergi kemana?" Hua Jieyu bertanya.     

"Prefektur Ilahi," ujar Ye Futian. "Aku akan pergi ke Wilayah Tebing Utara untuk memeriksa situasi."     

"Aku akan ikut denganmu. Sekarang setelah kultivasiku meningkat, aku tidak akan menjadi beban bagimu," ujar Hua Jieyu.     

"Tidak." Ye Futian malah menggelengkan kepalanya dan mencubit pipi Hua Jieyu. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Tempat yang kutuju adalah medan perang. Memangnya apa yang akan kau lakukan di sana? Lebih mudah bagiku untuk datang dan pergi tanpa jejak sendirian."     

"Baiklah," Hua Jieyu tidak membantahnya. Jika Ye Futian tidak ingin dia ikut bersamanya, maka dia tidak akan pergi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.