Legenda Futian

Semua Orang Punya Motif Tersendiri



Semua Orang Punya Motif Tersendiri

3Kekuatan pelahap dari mata yang tak terhitung jumlahnya di dalam area Jalur Agung milik Tetua Agung Motian kini menjadi semakin mengerikan. Kekuatan itu menyelimuti Ye Futian dan kelompoknya. Saat ini, Hua Jieyu dan Si Buta Tie berusaha melindungi Hua Qingqing, Fang Cun, dan yang lainnya. Namun, saat kekuatan pelahap itu meningkat, bahkan Hua Jieyu merasa kesulitan untuk menahan tekanan yang dihasilkan.     
1

Tubuh mereka benar-benar dihisap ke atas langit, sedangkan kekuatan pelahap yang mengerikan itu menerjang menuju tubuh mereka, berusaha melahap mereka hidup-hidup.     

Namun, tepat pada saat ini, sebuah aura yang mengancam muncul dari tubuh ilahi milik Ye Futian. Jalur Agung miliknya berguncang, dan kini dia telah mengaktifkan kekuatan ilahinya. Kekuatan ini mengandung kekuatan yang mampu menghancurkan semua jenis Jalur Agung.     

Ye Futian memberi perintah dari dalam pikirannya, dan dalam sekejap, bilah pedang yang tak terhitung jumlahnya muncul di antara langit dan bumi. Semua pedang itu berdengung dan diselimuti oleh cahaya suci. Mereka terbentuk dari Rune-Rune Pedang.     

"Maju!" Ye Futian memandang lawannya dari atas langit. Dalam sekejap, pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya melesat ke depan. Tampaknya pedang-pedang itu mampu mengabaikan jarak yang ada dan mendarat pada area Jalur Agung milik Tetua Agung Motian dalam sekejap mata.     

*Brak. Brak. Brak* Jutaan pasang mata itu meledak dan berubah menjadi debu. Aura pedang itu langsung menembus dan menghancurkan mereka dengan kecepatan tinggi. Ye Futian bahkan tidak perlu menyerang mereka secara fisik.     

Setelah Ye Futian berkultivasi dalam pengasingan selama beberapa dekade di dalam langit berbintang, pencapaiannya dalam ilmu pedang saat ini tidak dapat dibandingkan dengan sebelumnya. Dia berhasil menggabungkan berbagai macam teknik ilahi dengan kekuatan hukum yang berbeda-beda. Dia bahkan memiliki kendali yang jauh lebih baik atas jasad suci Kaisar Agung Shenjia. Semua peningkatan ini memungkinkannya untuk membunuh seorang kultivator yang telah selamat dari Ujian Para Dewa sebelumnya.     

Saat ini, teknik pedang yang digunakan Ye Futian adalah Avici, sebuah teknik pedang yang pernah dia ciptakan di masa lalu.     

Namun, teknik pedang Avici saat ini jauh lebih kuat dari sebelumnya. Serangan tersebut diaktifkan hanya dengan pikiran, dan bisa langsung menebas targetnya, mengabaikan jarak antara Ye Futian dan lawannya. Dimana pun aura Ye Futian tersebar, pedang itu bisa digerakkan dengan mudah, dan kekuatannya tetap sama menakjubkannya terlepas dari seberapa jauh jarak yang ditempuhnya.     

Saat ini, Ye Futian telah mengaktifkan kekuatan ilahi milik Kaisar Agung Shenjia dan membuat kekuatan teknik pedang Avici menjadi sangat mengerikan. Dengan satu perintah dari dalam pikirannya, serangan itu bertabrakan dengan mata yang tak terhitung jumlahnya di dalam area Jalur Agung milik Tetua Agung Motian dan menghancurkan mereka hingga menjadi debu. Hal ini menyebabkan area Jalur Agung itu bergetar hebat.     

Setelah pedang-pedangnya melesat ke depan, Ye Futian tidak berhenti sampai disitu saja. Bahkan semakin banyak aura pedang yang terbentuk dan muncul tanpa henti. Semua aura pedang itu melesat ke atas langit secara bersamaan. Rentetan suara gemuruh yang mengerikan bisa terdengar di sana. Tidak peduli sebanyak apa pun mata yang ada, mereka semua kini telah dihancurkan. Sulit bagi area Jalur Agung itu untuk tetap berdiri dengan stabil, dan pada akhirnya, area Jalur Agung itu pun runtuh dan hancur.     

Tempat itu kembali seperti sedia kala. Namun, sosok Tetua Agung Motian tidak terlihat dimana pun. Hanya ada bayangan wajah raksasa di antara kumpulan awan emas di atas langit yang masih menatap tajam ke arah Ye Futian.     

"Serang!" Ye Futian mengangkat kepalanya dan memandang wajah ilusi itu. Sebilah pedang ilahi melesat ke atas langit dan langsung menembus awan, menghancurkan wajah raksasa tersebut. Pedang itu kemudian terus melaju, melintasi ruang hampa dan melesat ke kejauhan.     

Banyak orang mengalihkan pandangan mereka pada gunung ilahi di belakang mereka. Di arah tersebut, muncul bayangan sebilah pedang berwarna emas di atas langit. Pedang itu melesat menembus ruang hampa dan meninggalkan jejak aura Jalur Agung yang sangat tajam.     

"Pedang itu bergerak menuju Istana Motian," ujar salah satu Renhuang dari Istana Motian saat ekspresi mereka berubah. Pemuda berambut abu-abu ini mengandalkan jasad suci sang Kaisar Agung untuk melancarkan serangannya. Dia benar-benar mengeluarkan sebilah pedang dari kejauhan. Setelah menghancurkan area Jalur Agung yang menghalangi jalannya, pedang ilahi itu terbang menuju Istana Motian.     

Itu adalah tempat Tetua Agung Motian berkultivasi.     

Sudah jelas, Ye Futian menyadari bahwa Tetua Agung Motian belum menunjukkan dirinya secara langsung di hadapannya. Sebaliknya, sang Tetua memilih untuk menyerangnya dari kejauhan. Dia telah membentuk sebuah area Jalur Agung, jauh dari tempat Istana Motian berada, untuk menguji kemampuan Ye Futian.     

Sebagai salah satu kultivator yang berdiri di puncak kekuatan Six Desires Heaven, Tetua Agung Motian adalah sosok yang sangat berhati-hati dalam bertindak. Ditambah lagi, kemampuan bertarungnya sangatlah mengerikan. Ye Futian bisa merasakan bahwa sang Tetua jauh lebih kuat daripada kultivator tingkat Tribulation Plane yang dibunuh olehnya sebelumnya.     

Di kejauhan, tepatnya dimana gunung ilahi itu berada, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang keras. Para kultivator yang berada di sana dapat mendeteksi bahwa gunung ilahi itu pun sedikit bergetar. Banyak bangunan yang rata dengan tanah akibat ledakan tersebut. Selain itu, sebuah aura yang sangat kuat menyebar di udara. Itu adalah aura milik Tetua Agung Motian. Sudah jelas, dia adalah orang yang menangkis pedang yang dikirim dari kejauhan itu. Kalau tidak, pedang itu pasti sudah menghancurkan Istana Motian.     

Namun, aura pedang yang menakjubkan kembali muncul dari tubuh Kaisar Agung Shenjia. Seberkas cahaya pedang tampak melesat menuju awan. Aura pedang ini saja sudah bisa membelah kumpulan awan emas di atas langit. Kekuatan yang terkandung di dalamnya sangatlah mengerikan.     

"Kawanku, tolong hentikan seranganmu." Tiba-tiba, sebuah suara bergema dari Istana Motian, yang jaraknya masih cukup jauh. Tetua Agung Motian kini telah angkat bicara. Dia berkata pada Ye Futian, "Apa yang terjadi hari ini adalah kesalahpahaman. Monster ini menyerangmu atas kemauannya sendiri. Memang sudah sepantasnya kau menghukumnya. Aku akan membiarkanmu memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya. Aku tidak akan ikut campur ketika kau mengambil keputusan."     

Para kultivator dari Istana Motian tampak sedikit tercengang ketika mereka mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Tetua Agung Motian. Keduanya sudah mulai bertarung, namun sang Pemimpin Istana justru ingin berdamai dan mengakhiri pertarungan ini. Dapat terlihat dengan jelas bahwa Ye Futian adalah sosok yang sangat kuat. Tidak perlu diragukan lagi bahwa dia merupakan ancaman bagi sang Pemimpin Istana sehingga membuatnya ingin berhenti bertarung.     

Jika tidak, berdasarkan pemahaman mereka tentang Tetua Agung Motian, dia pasti bisa mengalahkan Ye Futian dengan mudah dan merebut jasad suci Kaisar Agung Shenjia dari Ye Futian. Dia tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Satu-satunya alasan mengapa Tetua Agung Motian memilih untuk berdamai adalah karena dia tidak yakin bisa mengalahkan lawannya kali ini. Bahkan dia percaya bahwa dia mungkin akan menelan kekalahan.     

Pemuda berambut abu-abu itu benar-benar bisa mengeluarkan kemampuan bertarung yang begitu kuat dengan mengandalkan jasad suci tersebut?     

Ketika Ye Futian mendengar kata-kata lawannya itu, dia sempat ragu-ragu. Dia memiliki keraguan, apakah dia harus terus bertarung atau tidak. Tentu saja, dia tidak mempercayai kata-kata Tetua Agung Motian. Tetua Agung Motian sangat berhati-hati dalam bertindak sampai-sampai sikapnya ini bisa dianggap licik. Sebelumnya, dia benar-benar membuat Ye Futian menurunkan kewaspadaannya dengan kata-katanya dan kemudian menyerang Ye Futian secara tiba-tiba. Ini adalah pertama kalinya Ye Futian melihat sosok yang begitu kuat bertindak sangat hati-hati namun juga licik. Orang seperti itu sangatlah berbahaya, dan siapa pun tidak bisa menurunkan kewaspadaan di sekitar mereka. Oleh sebab itulah, bagaimana mungkin Ye Futian bisa mempercayainya?     

Selain itu, dari ingatan Mo Yunzi, Ye Futian juga mengetahui tentang kepribadian Tetua Agung Motian. Dapat dikatakan bahwa Mo Yunzi langsung menyerang Ye Futian dengan tujuan untuk menjarahnya juga disebabkan karena pengaruh dari Tetua Agung Motian. Tidak ada satu pun anggota dari Istana Motian adalah orang yang baik.     

Mereka sama sekali tidak peduli untuk menyembunyikan keinginan dan ambisi mereka.     

Selain mereka, banyak kultivator lainnya dari Six Desires Heaven juga bersikap demikian. Ye Futian cukup terkejut ketika menyadari hal ini. Dia tahu bahwa, meskipun dunia ini didominasi oleh penganut Buddha, namun mustahil bagi semua orang yang tinggal di sini untuk mematuhi ajaran Buddha. Namun, dia masih terkejut dengan sikap yang ditunjukkan oleh para kultivator dari Six Desires Heaven. Ini baru lokasi pertama yang dikunjungi oleh Ye Futian begitu dia tiba di dunia ini.     

"Baiklah. Pada awalnya saya juga hanya berniat untuk membela diri. Karena anda berkata demikian, maka saya akan berhenti bertarung. Mohon maaf atas semua kesalahan yang saya lakukan hari ini. Sebaiknya saya harus datang berkunjung untuk menyampaikan permintaan maaf saya secara langsung," ujar Ye Futian sambil terus bergerak. Sepertinya dia pergi menuju Istana Motian. Nada bicaranya terdengar tulus, dan dia bersikap sangat sopan.     

"Kawanku, kau tidak perlu bersikap terlalu sopan padaku," jawab Tetua Agung Motian. "Aku sama sekali tidak tersinggung. Kawanku, sebaiknya kau tetap menjaga rekan-rekanmu. Kau tidak perlu datang berkunjung ke tempatku."     

Saat mereka berbincang-bincang, Ye Futian dan Tetua Agung Motian menyadari bahwa masing-masing dari mereka memiliki rencana tersendiri. Sudah jelas, Tetua Agung Motian tahu bahwa Ye Futian ingin menyerangnya dengan cara mendekatinya. Karena itulah, dia mengancam Ye Futian dengan menyinggung rekan-rekannya. Bagaimanapun juga, meskipun mereka berjauhan satu sama lain, namun serangan Tetua Agung Motian dapat dengan mudah melintasi ruang hampa dan menyerang kelompok Ye Futian. Situasi ini mirip dengan Ye Futian yang bisa menyerang Istana Motian dari tempatnya berdiri sekarang.     

Ye Futian menghentikan langkahnya, lalu dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, saya pamit undur diri terlebih dahulu."     

"Baiklah, sampai jumpa lagi, Kawanku," jawab Tetua Agung Motian. Keduanya tampak seperti teman lama yang sedang berbincang-bincang!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.