Legenda Futian

Bawa Aku Pulang



Bawa Aku Pulang

2Ye Futian terbawa oleh suasana yang diciptakan oleh guqin ini. Sensasi ini berasal dari kesedihan yang dia alami sebelumnya. Seolah-olah setiap nada musik yang dimainkan bukan lagi sekedar sebuah nada yang sederhana, melainkan sebuah perasaan, yang membawa satu momen dari kehidupan Shenyin Agung di dalamnya.      3

Guru yang paling dia dihormati, kampung halaman favoritnya, dan wanita yang paling dicintainya, semuanya lenyap dalam pertempuran besar kala itu. Jika dia telah mencapai puncak Plane-nya, maka apa yang akan terjadi? Dia sangat putus asa sehingga dia akhirnya jatuh dalam keputusasaan dan menciptakan Requiem Ilahi—sebuah lagu yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia.     

Namun pada akhirnya, dia juga menjadi bagian dari guqin tersebut.     

Nada-nada yang penuh energi itu terukir di dalam benak Ye Futian saat melodi itu terdengar semakin jelas. Tiba-tiba, sebuah guqin muncul di hadapannya, dimana guqin ini dibentuk oleh Roda Ilahi dari Jalur Agung. Senar-senar pada guqin tersebut bergerak, dan setiap nada yang dihasilkan tampaknya dipenuhi dengan kesedihan yang luar biasa, dan tampaknya sedang beresonansi dengan Requiem Ilahi.     

Ye Futian tampak seperti sedang memainkan Requiem Ilahi.     

Beberapa pengalaman dalam hidup Shenyin Agung memiliki kemiripan yang mengejutkan dengan pengalaman yang dimiliki oleh Ye Futian; kedua pria itu memiliki keterikatan secara emosional. Namun, meskipun dia telah jatuh dalam kesedihan yang tak terbatas sebelumnya, Ye Futian tampaknya telah melarikan diri dari situasi tersebut. Memang dia tidak melepaskan diri sepenuhnya, tetapi dia mampu mengatasi kesedihan itu dan telah mencapai tahap penerimaan, yang juga merupakan perasaan yang disampaikan oleh Requiem Ilahi. Hanya orang-orang yang telah melalui perasaan ini yang dapat memainkan Requiem Ilahi.     

Dan Ye Futian sepertinya telah menyadari sesuatu dan melakukan hal yang benar.     

Meskipun lagu yang dia mainkan belum bisa disejajarkan dengan Requiem Ilahi yang sesungguhnya, namun perasaan yang ditimbulkan telah terbentuk, sehingga lagu yang dia mainkan dapat beresonansi dengan Requiem Ilahi.     

Perlahan-lahan, musik yang dimainkan oleh Ye Futian menjadi jauh lebih stabil, dan kesedihan yang ditimbulkan menjadi semakin kuat. Dia masih tenggelam dalam kesedihan yang tak berujung, namun kondisi pikirannya cukup jernih, sehingga mampu meredam emosi yang dia rasakan.     

Saat musik dimainkan, arus tak terlihat yang tak terhitung jumlahnya mengelilingi sosok Ye Futian. Di depan guqin yang diciptakan oleh Kaisar Agung Shenyin, ada sebuah bayangan yang duduk dengan tenang di sana; dan sepertinya saat ini dia sedang menatap Ye Futian.     

Rasanya seolah-olah dia memiliki kekuatan kehidupan yang utuh, layaknya Shenyin Agung yang sesungguhnya.     

"Zaman apa ini sekarang?" Sebuah suara bergema di telinga Ye Futian dan membuat hatinya berdebar kencang.     

Kaisar Agung Shenyin baru saja berbicara.     

Meskipun Ye Futian sudah pernah berinteraksi dengan aura beberapa Kaisar Agung sebelumnya, namun selain Kaisar Ye Qing, ini baru kedua kalinya dia melihat seorang Kaisar Agung dengan kesadaran yang utuh. Sang Kaisar Agung sedang berbicara padanya.     

"Tetua, sekarang adalah Zaman Prefektur Ilahi, dan zaman ini sudah berlangsung lebih dari 10.000 tahun lamanya," jawab Ye Futian. Setelah mendengar jawabannya, sosok itu terdiam sejenak, lalu menghela napas. Tatapan matanya melayang ke suatu tempat di kejauhan, lalu kembali menatap guqin miliknya.     

Dia telah berubah menjadi sebuah guqin, bepergian tanpa arah selama bertahun-tahun hingga membuatnya lupa zaman apa sekarang.     

"Dimana rumahku berada?"     

Helaan napas yang berat itu kembali terdengar. Sepertinya Shenyin Agung menyadari bahwa tempat ini bukanlah kampung halamannya, yang faktanya sudah lama dihancurkan; guru dan kekasihnya tidak lagi berada di sisinya. Semua momen itu hanya bagian dari pikirannya, yang terbentuk akibat tekadnya yang kuat.     

"Setelah runtuhnya Jalur Surgawi, dunia telah berubah. Tempat ini adalah Dunia Asal. Setelah Jalur Surgawi runtuh, dunia tidak lagi stabil seperti sebelumnya." Ye Futian menjawab, "Kampung halaman yang anda cari mungkin sudah tidak ada lagi di dunia ini."     

Ye Futian tidak ingin berbohong padanya. Tidak peduli sebesar apa pun tekad yang dimiliki oleh Shenyin Agung, ambisinya untuk kembali ke kampung halamannya kini hanya sebuah angan belaka.     

Suasana kembali sunyi. Tidak lama kemudian, sosok Shenyin Agung itu memandang Ye Futian dan bertanya, "Kau ini siapa, dan kenapa kau berada di tubuh Kaisar Agung Shenjia?"     

Dia tentu saja menyadari bahwa tubuh ilahi ini adalah milik Kaisar Agung Shenjia.     

"Nama saya Ye Futian, Dekan dari Akademi Heavenly Mandate di Dunia Asal, serta Pemimpin Istana Kekaisaran Ziwei di Pecahan Ziwei. Saya memperoleh tubuh Kaisar Agung Shenjia secara kebetulan dan mampu beresonansi dengannya." jawab Ye Futian.     

Shenyin Agung mengamati sosok Ye Futian dengan seksama. Singkatnya, Ye Futian telah mendapatkan warisan dari dua Kaisar Agung.     

"Pemimpin Istana Kekaisaran Ziwei di Pecahan Ziwei... Apakah Ziwei Agung masih hidup?" Shenyin Agung bertanya.     

"Ziwei Agung telah binasa ketika Jalur Surgawi runtuh. Tapi beliau telah meninggalkan auranya untuk menyegel Pecahan Ziwei secara keseluruhan. Belum lama ini, segelnya telah terbuka, dan Pecahan Ziwei kembali terhubung dengan dunia luar. Aura Ziwei Agung hingga saat ini masih berada di dunia langit berbintang dan diwariskan pada saya," lanjut Ye Futian.     

Shenyin Agung menatap Ye Futian lagi, dan tatapan itu sepertinya mengandung makna yang dalam. Pria ini tidak hanya memiliki warisan dari dua Kaisar Agung, dimana dia mampu mengendalikan tubuh fisik Kaisar Agung Shenjia, tetapi dia juga mewarisi aura dai Ziwei Agung. Selain itu, dia mahir dalam memainkan musik, bahkan dia mampu memahami arti sesungguhnya dari Requiem Ilahi. Dia bisa memasuki dunia yang dibentuk oleh perasaannya. Sudah jelas, pria ini memang individu yang luar biasa. Tidak heran dia bisa memainkan lagu yang mampu beresonansi dengan Requiem Ilahi dan melihat semua yang ada di hadapannya.     

"Tuan, tidak ada apa pun yang menanti anda di depan sana. Dunia Asal bukan lagi dunia yang sama seperti dulu. Kampung halaman yang anda kenal sudah lama menghilang. Saya berharap anda dapat melupakan ambisi anda untuk kembali ke tempat yang sudah tidak ada lagi di dunia ini," ujar Ye Futian sambil membungkuk hormat. Jika mereka terus bergerak ke depan, maka Penyu Naga ini akan terus berjalan dan menabrak dunia-dunia lainnya hingga hancur berkeping-keping. Dunia-dunia yang ada di Dunia Bawah tidak akan bisa menahan kekuatan sang Penyu Naga; mereka akan dihancurkan seketika olehnya.     

Ye Futian hanya bisa membujuk Shenyin Agung untuk mengabaikan egonya ini, karena hanya Shenyin Agung yang bisa mencegah skenario terburuk ini. Adapun kultivator lainnya, bahkan mereka yang cukup kuat untuk selamat dari Ujian Para Dewa tahap kedua, kini telah jatuh dalam kesedihan tanpa akhir dari alunan musik tersebut. Mereka benar-benar tidak dapat menghentikan pergerakan Penyu Naga ini.     

"Ini jalan buntu. Dimana… dimana jalan untuk pulang?" Shenyin Agung bergumam. Helaan napasnya tampaknya mengandung kebingungan yang luar biasa di dalamnya.     

Dia ingin mencari jalan pulang, namun kini dia menemui jalan buntu di hadapannya.     

Dimana dia harus mencari jalan pulang?!     

Jika dia tidak dapat menemukan jalan pulang, lalu kemana dia akan pergi?     

"Saya berjanji akan menemukan hutan pohon persik untuk anda dan mengubur guqin ini ketika bunga persik bemekaran," lanjut Ye Futian. Shenyin Agung menatapnya dan melihat dari matanya bahwa pria ini benar-benar tulus. Guqin bisa berkomunikasi dan mengetahui isi hati manusia. Mungkin Ye Futian dapat merasakan keberadaannya melalui Requiem Ilahi dan memahami perasaannya. Hal ini membuktikan bahwa pemuda di depannya ini memiliki beberapa kemiripan dengannya.     

Shenyin Agung kembali mengamati Ye Futian dengan seksama. Kemudian, cahaya suci menyelimuti tubuhnya dan menyinari sosok Ye Futian. Cahaya itu menembus area di antara alis Ye Futian dan menerobos masuk ke dalam pikirannya.     

Shenyin Agung tampaknya telah beresonansi dengan Ye Futian. Setelah beberapa lama, cahaya suci itu pun meredup, dan cara Shenyin Agung memandang Ye Futian tampaknya telah berubah.     

"Mungkin segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah ditakdirkan untuk terjadi," Shenyin Agung bergumam pada dirinya sendiri. Kemudian dia berkata pada Ye Futian, "Aku akan meminjamkan guqin ini padamu selama 300 tahun, sampai tiba hari dimana kau mencapai tingkat kultivasi yang lebih tinggi di masa depan. Sekarang, bawalah aku pulang."     

"Mengantar anda pulang?" Ye Futian memandang Shenyin Agung dengan tatapan bingung. Kampung halamannya telah lama hancur dan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Bagaimana caranya mereka bisa kembali ke sana?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.