Legenda Futian

Sapu Bersih



Sapu Bersih

3Ye Futian menundukkan kepalanya saat menenggak minumannya. Seolah-olah segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya tidak ada hubungannya dengan dirinya.     3

Di sebelah restoran tersebut, seorang pria berjalan di udara dan menghampirinya, dan dia adalah sosok yang meminta izin menjadi murid Lord Taixuan di kaki gunung hari itu. Nama pria itu adalah Ren Kuangsheng. Dia adalah keturunan dari Keluarga Ren di Kota Tianhe. Selain namanya yang begitu terkenal, dia adalah sosok yang sangat berbakat, dan dia sekarang berada di puncak Nirvana Plane, ingin mencapai Renhuang Plane.     

Ren Kuangsheng, sama seperti namanya, memiliki sifat yang sombong dan tidak sopan. Namun tetap saja, dia memang berhak bersikap seperti itu. Satu-satunya hal yang bertolak belakang dengan sifatnya itu adalah, selama beberapa tahun, dia sering mengunjungi tempat Tetua Agung Tianhe berkultivasi dan meminta sang Tetua untuk memperhatikan kehadirannya di kaki gunung, berharap agar dia diterima oleh sang Tetua sebagai muridnya. Dia selalu tulus dalam hal ini, dan dia tidak pernah menunjukkan rasa tidak hormat pada sang Tetua Agung.     

Banyak orang mengira bahwa Tetua Agung Tianhe akan tergerak oleh ketulusan Ren Kuangsheng dan menerimanya sebagai murid.     

Tetapi sebelum hari itu tiba, mereka mendengar informasi bahwa Tetua Agung Tianhe telah menemukan seorang penerus untuk mewariskan semua kemampuannya dan dia tidak akan merekrut murid lagi.     

Lalu, apa yang sedang dilakukan oleh Ren Kuangsheng di sini?     

Melihat sosok-sosok lainnya, mereka adalah para jenius dari generasi muda di Kota Tianhe. Banyak dari mereka berasal dari keluarga terkemuka. Tidak ada seorang pun dari generasi tua yang berada di sana. Alasan dibalik ketertarikan untuk datang kemari sudah bisa ditebak.     

'Penerus dari Tetua Agung,' banyak orang berpikir dalam hati. Bagaimanapun juga, hal ini menjadi bahan perbincangan semua orang di Kota Tianhe akhir-akhir ini.     

Banyak keturunan dari keluarga terkemuka telah muncul di sini, dan tampaknya banyak dari mereka ingin menjadi murid di bawah bimbingan Tetua Agung Tianhe. 'Mereka ingin menemui siapa?' banyak orang bertanya-tanya dalam hati. Para kultivator itu mengalihkan pandangan mereka secara perlahan-lahan dan akhirnya mendarat di tempat dimana semua tatapan mata bertemu satu sama lain.     

Di sana, pria berambut abu-abu itu duduk sambil menenggak minumannya dengan tenang. Seolah-olah dia berada di sebuah dunia yang berbeda..     

'Pria ini adalah penerus dari Tetua Agung?' banyak orang berseru dalam hati. Temperamen pria itu memang luar biasa. Dengan pakaian serba putih dan rambutnya yang berwarna abu-abu, dia tampak seperti telah menyatu dengan langit dan bumi. Namun, tidak ada seorang pun yang pernah melihatnya sebelumnya. Di Kota Tianhe, tidak pernah ada sosok Saint Plane sehebat dirinya.     

Dimana Tetua Agung menemukan penerusnya ini?     

"Namaku Ren Kuangsheng dari Keluarga Ren." Ren Kuangsheng berdiri di udara. Tatapan matanya tertuju pada Ye Futian. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Aku melihatmu dari kaki gunung hari itu. Aku berasumsi bahwa kau adalah sang penerus dari Tetua Agung."     

"Tepat sekali."     

Hati semua orang berdebar kencang. Beberapa orang di restoran itu baru saja membicarakan tentang dirinya belum lama ini. Mereka tidak menyangka bahwa sang penerus dari Tetua Agung ternyata duduk di sana.     

Ye Futian meletakkan gelas anggurnya. Dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya untuk memandang Ren Kuangsheng dan berkata, "Ada yang bisa kubantu?"     

"Sebenarnya tidak terlalu penting. Hanya saja aku sudah lama ingin berkultivasi di bawah bimbingan Tetua Agung. Setelah aku melihatmu hari itu, dan ketika aku mendengar informasi bahwa Tetua Agung telah menemukan penerusnya, aku jadi ingin bertemu denganmu. Sekarang karena kau berada di sini, aku datang kemari untuk menemuimu," ujar Ren Kuangsheng.     

"Sebenarnya aku tidak memiliki keistimewaan, kecuali tubuhku memang lebih kuat dibandingkan dengan aspek lainnya," bisik Ye Futian. Dia terus menenggak minumannya.     

Banyak orang tampak terkejut. Pria ini bahkan tidak repot-repot bersikap ramah di hadapan mereka.     

Di sebelahnya, Mu Qingyu tersenyum tipis. Dia tidak menyangka bahwa murid dari Tetua Agung ini ternyata senang bergurau, atau mungkin fisiknya memang sangat kuat?     

"Tidak, temperamenmu juga luar biasa. Selama bertahun-tahun, Tetua Agung belum pernah menerima murid. Karena dia telah memilihmu sebagai penerusnya, tentu saja kami tidak akan meragukan keputusan yang diambil oleh Tetua Agung."     

Hal itu mereka lakukan bukan karena Ye Futian, tetapi karena Tetua Agung Tianhe.     

Apakah mungkin sosok nomor satu di Dunia Tianhe akan memilih seseorang yang biasa-biasa saja untuk mewarisi kemampuannya?     

Tidak peduli seperti apa pun pendapat orang lain, setidaknya dia tidak akan mempercayai omongan mereka. Dia telah datang berkunjung berkali-kali sebelumnya, tetapi dia selalu ditolak oleh Tetua Agung. Apakah Tetua Agung tidak mengetahui seperti apa bakatnya?     

Banyak orang beranggapan bahwa Tetua Agung tidak pilih-pilih tentang murid-muridnya seperti sebelumnya dan dia mungkin tidak bisa memilih orang-orang yang terlalu menonjol. Namun, setelah mendengar kata-kata Ren Kuangsheng, mereka menjadi sedikit ragu. Setelah sekian tahun lamanya, keputusan untuk menerima seorang murid sebagai penerusnya mungkin tidak dapat diambil dengan mudah.     

Pemuda berambut abu-abu ini mungkin memiliki kemampuan yang tidak sepadan dengan penampilannya.     

"Hanya saja…" Pada saat ini, Ren Kuangsheng melanjutkan kata-katanya, "Tetua Agung adalah orang nomor satu di Dunia Tianhe. Meskipun keputusannya tidak perlu dipertanyakan lagi, tetap saja aku ingin melihat siapa penerus yang dipilih olehnya. Aku ingin tahu, setelah bertahun-tahun tidak menerima murid, siapakah yang layak menjadi penerus sang Tetua Agung."     

Banyak orang mengangguk ketika mendengar hal ini. Memang seperti inilah sosok Ren Kuangsheng.     

"Jadi?" Ye Futian bertanya.     

"Jadi, banyak orang datang kemari," ujar Ren Kuangsheng. Memang benar bahwa banyak orang telah datang kemari. Terdapat kerumunan kultivator di sekitar restoran tersebut. Mereka datang kemari untuk menemui Ye Futian, yang namanya telah menyebar ke seluruh penjuru Kota Tianhe sebagai penerus dari Tetua Agung.     

Tangan kanan Ye Futian bertumpu di atas mejanya, masih memegang gelas anggur. Dia menatap semua orang dan berkata, "Jadi, apakah kalian akan menyerangku satu per satu, atau bersama-sama?"     

"Namaku Li Ku, ingin meminta bimbingan dari sang penerus Tetua Agung." Pada saat ini, di arah lainnya, seorang pemuda dengan tubuh kurus berbicara, dan sebuah aura dari Jalur Agung yang sangat berbahaya mengalir dari tubuhnya.     

"Begitu pula denganku." Di arah lainnya, seseorang juga melangkah ke depan. Tiba-tiba, area yang luas itu diselimuti oleh aura pedang, dan suara dentangan pedang bergema di antara langit dan bumi. Di arah itu, seorang pemuda, yang membawa dua bilah pedang di punggungnya, bergerak ke depan. Terdapat beberapa helai rambut putih di pelipisnya, sehingga membuatnya tampak sangat berkarisma. Aura pedang yang menyebar di udara menjadi semakin kuat dengan setiap langkah yang diambilnya.     

Banyak orang di restoran itu mulai berdiri dari tempat masing-masing dan menjauh dari tempat terjadinya perselisihan ini. Seluruh bagian dari restoran itu diselimuti oleh aura dari Jalur Agung, dan restoran kecil ini tidak mampu menahan kekuatan dari mereka yang datang kemari. Mereka semua adalah sosok-sosok terkemuka di Dunia Tianhe, jadi jika mereka terlibat dalam pertarungan ini, tidak ada seorang pun yang peduli dengan keselamatan mereka.     

Di atas langit, seseorang di tingkat Saint Plane melayang turun. Banyak orang mendongak, dan beberapa dari mereka mengenali orang itu dan berseru. Sosok itu adalah orang gila dari Klan Wild. Biasanya, sulit sekali untuk melihat semua sosok luar biasa ini berkumpul di satu tempat, dan hari ini, mereka datang kemari demi satu orang.     

"Aku juga ingin merasakan kekuatan dari sang penerus Tetua Agung," tiba-tiba terdengar suara serak dari udara. Dunia berguncang akibat suara tersebut. Sementara restoran itu mengeluarkan suara gemuruh seolah-olah sedang ditimpa oleh gempa bumi. Sepertinya restoran itu bisa runtuh kapan saja.     

"Nona." Beberapa orang di sekitar Mu Qingyu mengeluarkan kekuatan tingkat Saint Plane untuk melindunginya dan memperingatkannya.     

Mu Qingyu mengangguk, lalu dia berdiri dari tempatnya dan mundur. Kedua matanya yang indah memandang ke arah Ye Futian, yang berada di tengah-tengah wilayah konflik. Meja anggur di depan Ye Futian bergetar, tetapi tangan yang memegang gelas anggur itu tetap tak tergoyahkan. Dia duduk di tempatnya dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana. Ketenangannya mengejutkan banyak kultivator yang berada di sana.     

Meskipun dia adalah sang penerus yang dipilih oleh Tetua Agung, semua orang yang datang kemari adalah sosok-sosok yang luar biasa. Mereka semua adalah para jenius yang berada di puncak kekuatan Kota Tianhe, dan mereka semua memiliki peluang besar untuk memasuki Renhuang Plane. Dalam kondisi seperti itu, pertarungan antara Ye Futian dengan mereka semua bukanlah sebuah tugas yang mudah untuk diselesaikan.     

*Prang* Terdengar suara benda yang pecah, dan gelas anggur di tangan Ye Futian dihancurkan oleh sebuah aura pedang yang tak terlihat, langsung berubah menjadi debu.     

Tangan Ye Futian masih bertumpu di atas meja, dan kemudian dia menurunkannya secara perlahan-lahan. Tiba-tiba terdengar suara lainnya. Kali ini, meja di depannya hancur dan roboh di kakinya.     

*Boom*     

Akhirnya, kursi yang diduduki Ye Futian juga hancur tak bersisa, tidak mampu menahan tekanan yang diterimanya. Sementara Ye Futian berdiri di tengah-tengah area tersebut. Jubahnya yang berwarna putih berkibar saat semua aura dari Jalur Agung mengalir ke bawah dan menyelimuti tubuhnya.     

Melihat orang-orang yang berada di segala arah, rupanya masih banyak kultivator lainnya di kejauhan yang menatap satu sosok di lantai atas dari restoran tersebut, tempat dimana Ye Futian berada.     

Pada saat ini, huruf-huruf kuno di sekitar Ye Futian bersinar terang, dan huruf kuno yang berbeda-beda menyelimuti langit. Tiba-tiba, kekuatan Jalur Agung di antara langit dan bumi mengalir dengan cepat ke dalam tubuhnya. Saat ini, tubuhnya berubah menjadi tungku ilahi dari Jalur Agung, menempa Jalur langit dan bumi.     

"Auranya sangat kuat." Semua orang bisa merasakan aura dari Jalur Agung di dalam tubuh Ye Futian. Wajah semua orang di sekitarnya tampak muram; mereka tidak berani bertindak ceroboh.     

"Jika kalian tidak melancarkan serangan lainnya, kalian tidak akan memiliki kesempatan kedua," tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah restoran, yang mengejutkan semua orang. Bahkan ketika menghadapi kultivator-kultivator yang begitu kuat, Ye Futian masih berani bersikap sombong di hadapan mereka.     

*Brak*     

Dari atas langit, satu sosok melangkah ke depan dan mengguncang udara. Sebuah tekanan yang dahsyat menimpa tubuh Ye Futian saat sebuah badai raksasa muncul di atas langit. Terdapat pegunungan di dalam badai tersebut, dan dalam sekejap, kekuatan dari Jalur Agung yang sangat mengerikan ini membuat mereka yang berada di kejauhan ketakutan. Suara gemuruh bergema di udara saat restoran itu mulai runtuh, dan permukaan tanah berguncang hebat.     

*Whoosh*     

Huruf-huruf di sekitar tubuh Ye Futian menjadi semakin menyilaukan, dan huruf-huruf itu beresonansi dengan Jalur Agung. Huruf yang melambangkan 'Langit' kini diselimuti oleh pancaran cahaya suci.     

*Boom*     

Terdengar suara gerumuh saat pegunungan di dalam badai itu menerjang ke bawah, menghancurkan satu sudut langit. Ye Futian mengangkat tangannya dan menunjuk ke depan, dan huruf bertuliskan 'langit' itu melesat ke depan dalam sekejap, sambil memancarkan cahaya suci yang menyilaukan. Tidak lama kemudian, huruf itu langsung bertabrakan dengan badai tersebut.     

*Brak, Brak, Brak* Kerumunan kultivator memandang badai itu, dan pegunungan di dalamnya terus menerus meledak dan hancur lebur. Huruf yang bertuliskan 'Langit' itu langsung menembus badai sambil terus menerjang ke depan, menyerang pria yang baru saja melancarkan serangan dari atas langit.     

*Boom*     

Kekuatan tak berbatas itu meledak di depan sosok tersebut, sehingga menyebabkan kultivator itu terhempas ke kejauhan. Huruf bertuliskan 'Langit' itu memancarkan cahaya yang menyilaukan saat huruf-huruf lainnya juga terbang ke atas langit dan berputar-putar ke seluruh dunia, memperluas cakupan mereka dengan setiap perputaran yang dilakukan. Saat ini, langit diselimuti dengan badai mengerikan dari Jalur Agung, dan Ye Futian berada di titik pusatnya.     

Sebuah ilusi yang menakjubkan muncul di tubuh Ye Futian, tampak seperti tubuh ilahi dari Jalur Agung, dimana kekuatannya berkumpul dari dunia di sekitarnya.     

Ketika para kultivator di dekatnya menyaksikan hal ini, mereka akhirnya mulai bergerak. Terdapat teknik pedang yang mampu membelah langit, serangan telapak tangan yang tak ada habisnya, dan juga sebuah guci raksasa yang dikerahkan dari atas langit.     

Namun, huruf-huruf yang tak ada habisnya tiba-tiba muncul di sekitar Ye Futian.     

Huruf tak terbatas ini berubah menjadi sebuah tirai cahaya. Ketika semua serangan itu mendekat, mereka ditangkis dalam sekejap.     

"Deed of Thorough Comprehension."     

Mereka yang menyaksikan pertempuran itu dari kejauhan bisa merasakan hati mereka berdebar kencang. Dari tubuh sang penerus Tetua Agung, metode yang dikultivasi oleh Tetua Agung—Deed of Thorough Comprehension—memancarkan cahaya yang menyilaukan.     

Tubuh Ye Futian perlahan-lahan melayang dari lantai atas restoran tersebut. Saat tubuhnya bergerak ke atas, badai dari Jalur Agung itu menutupi area yang lebih luas sampai cahaya dari huruf-huruf itu bersinar semakin terang.     

Pada saat ini, Ye Futian mengangkat tangannya, dan ketika dia telah mengumpulkan kekuatan dari Jalur Agung yang tak terbatas, dia mengerahkan kepalan tinjunya tepat di hadapannya.     

Ketika kepalan tinju ini dikerahkan, huruf-huruf itu sepertinya telah berubah menjadi aura kepalan tinju, dan menyebar ke segala arah.     

Dalam waktu singkat, di sisi lain dari restoran itu, tepatnya di atas langit, dan deretan jalan di kejauhan, terdengar sebuah suara ledakan yang keras. Mereka yang datang kemari untuk membantainya sepertinya telah dihantam oleh sesuatu, mereka terlempar ke kejauhan sambil memuntahkan darah!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.