Legenda Futian

Xu Ping’an



Xu Ping’an

2Terdapat sebuah rumah tua di pinggir Kota Tianhe. Ukuran rumah itu tidak begitu besar dan tampak rapuh.     
1

Mereka yang tinggal di sekitarnya mengetahui bahwa rumah tua itu ditempati oleh sepasang suami-istri dan putri mereka. Pasangan itu sudah tua dan menderita luka-luka yang belum sembuh total selama bertahun-tahun.     

Pasangan itu hanya memiliki seorang putri bernama Xu Ping'an, yang terdengar seperti nama laki-laki. Tetapi menilai dari namanya, sudah jelas bahwa pasangan itu tidak menginginkan apa pun selain keselamatan putri mereka.     

Namun pada saat ini, sebuah pertempuran sedang terjadi di luar rumah tua tersebut.     

Sekelompok orang berdiri dengan angkuh di atas udara dan memandang dengan acuh tak acuh ke arah seorang wanita yang terluka. Wanita itu tampak berusia sekitar 20-an dan berada di tingkat Noble Plane. Meski dia berpakaian sederhana, namun kecantikannya tetap tak bisa disembunyikan.     

Sulit membayangkan bahwa dua orang tua di rumah tua ini memiliki seorang putri yang begitu cantik.     

Namun pada saat ini, Xu Ping'an tampaknya berada di situasi yang tidak menguntungkan. Bibirnya berlumuran darah, dan wajah cantiknya tampak pucat. Namun, dia masih memegang erat sebilah pedang besi berkarat yang tidak memancarkan cahaya apa pun di tangannya. Tampaknya pedang itu tidak memiliki kekuatan apa pun di dalamnya. Sulit membayangkan bahwa pedang seperti itu bisa digunakan dalam pertempuran.     

"Xu Ping'an, apakah kau tetap tidak ingin mengembalikan barang yang kau pinjam dari kami?" orang yang baru saja berbicara merupakan sosok bermartabat bertubuh kekar, dan nada bicara terdengar sedingin es. Dia merupakan sosok setengah baya dan telah berkultivasi selama bertahun-tahun, tetapi dia masih berada di tingkat Noble Plane. Mungkin tingkat Plane ini sudah dianggap cukup tinggi di kalangan manusia biasa, tetapi di Kota Tianhe—kota utama dari Dunia Tianhe—tingkat Plane itu hanya bisa dianggap sebagai tingkat Plane rendahan, tanpa ada kemungkinan untuk naik lebih tinggi.     

Dia telah berkultivasi selama bertahun-tahun, tetapi masih berada di tingkat Noble Plane, tidak mampu menembus ambang batas menuju Sage Plane. Dia kurang memadai dalam aspek pola pikir dan bakat. Tapi sekarang, dia telah melupakan semua itu, dan hanya berkeinginan untuk bisa terkenal di sudut Dunia Tianhe Realm.     

Tatapan matanya tertuju pada Xu Ping'an, yang masih muda, cantik, dan berbakat. Dia mengetahui segala sesuatu tentang wanita tersebut. Jika situasi ini terjadi bertahun-tahun yang lalu, maka seseorang seperti Xu Ping'an adalah seseorang yang bahkan tidak layak untuk mendapatkan perhatiannya.     

Tapi sekarang, Xu Ping'an bergantung pada belas kasihannya.     

"Kau menjebakku?" ujar Xu Ping'an dengan nada dingin.     

"Apa yang kau maksud dengan 'menjebakmu'? Jika kau meminjam sesuatu, bukankah sudah seharusnya kau mengembalikannya?" ujar pria paruh baya itu dengan nada dingin. Tatapan mata Xu Ping'an tampak sedingin es, tetapi terdapat keteguhan di dalamnya.     

"Jika kau benar-benar tidak bisa mengembalikannya, maka kau akan membayarnya dengan keluargamu, bagaimana menurutmu?" ujar pria paruh baya itu sambil melangkah ke depan, memojokkan Xu Ping'an.     

"Enyahlah." Tatapan mata Xu Ping'an tampak sedingin es. Ketika pria itu mendengar kata-katanya, dia mengerutkan keningnya, lalu mengayunkan tangannya. Dalam sekejap, sekelompok kultivator melangkah ke depan dan menghampiri Xu Ping'an. Aura dari tubuh mereka menyelimuti Xu Ping'an.     

"Ping'an, berikan pedang itu pada mereka. Pada saat ini, terdengar sebuah suara renta, dan Xu Ping'an menoleh. Dua sosok senior sedang berjalan mendekat. Sosok yang baru saja berbicara adalah ayahnya, Xu Haoran, yang memiliki rambut berwarna putih. Wajahnya penuh kerutan, bahkan matanya tampak sayu.     

Namun, melihat garis wajah lelaki tua itu, orang-orang masih bisa melihat ketampanan dari masa mudanya, dan bahkan ketika dia sudah setua ini, dia masih memiliki temperamen yang luar biasa.     

"Ayah." Xu Ping'an menoleh dan memandang ayahnya.     

"Berikan pedang itu pada mereka," ujar Xu Haoran, dan Xu Ping'an tampak enggan melakukan hal tersebut.     

"Pedang berkarat di tangannya itu?" pria paruh baya itu memandang pedang besi berkarat di tangan Xu Ping'an, dan sedikit keraguan terlintas di matanya.     

 "Hei orang tua, kau sedang bercanda?" sosok lainnya berkata dengan nada dingin.     

"Itu adalah pedang yang ditinggalkan oleh ayahku. Kau menginginkannya, atau tidak?" ujar lelaki tua itu. Setelah mendengar kata-katanya, kedua mata pria paruh baya itu sedikit menegang, dan dia mengangguk, "Ya, aku menginginkannya."     

Terlebih lagi, tatapan matanya tertuju pada pedang itu dengan dipenuhi oleh keserakahan di dalamnya.     

Dibandingkan dengan pedang ini, wanita cantik itu tidak berarti apa-apa.     

"Ping'an, berikan pedang itu padanya," ujar lelaki tua itu. Lengan Xu Ping'an gemetar, tetapi setelah melihat tatapan mata ayahnya, dia akhirnya melemparkan pedangnya, yang segera ditangkap oleh pria tersebut. Pria paruh baya itu memandang pedang tersebut, meskipun dia masih merasa bingung. Kemudian dia berbalik dan berkata, "Ayo kita pergi."     

Kelompok itu melesat pergi dengan cepat, bahkan mereka dengan sengaja menghindari perhatian orang lain. Namun, dia enggan menyimpan pedang itu dan masih memegangnya di tangannya. Sepertinya dia ingin mengungkap misteri dibalik pedang tersebut.     

"Siapa itu?" Saat mereka memasuki sebuah gang, tiba-tiba mereka mendeteksi ancaman yang mengerikan. Saat dia mengangkat kepalanya untuk bertanya, lalu setelah dia berbicara, sebuah Qi pedang langsung menusuk lehernya, meninggalkan bekas luka yang berdarah-darah. Bukan hanya dia saja, tapi kultivator lainnya juga mengalami hal yang sama. Aura pedang di sekitarnya menyayat leher mereka, seperti bilah-bilah pedang sutra.     

Semua orang dalam kelompok itu tampak tercengang, mata mereka dipenuhi oleh rasa takut dan putus asa seolah-olah mereka kembali merasakan kesedihan karena menjadi sosok yang begitu lemah sehingga mereka bahkan tidak tahu bagaimana mereka mati.     

Satu sosok yang mengenakan pakaian sederhana dan memakai topi datang ke tempat pedang itu terjatuh dan mengambilnya, memegangnya dengan erat di kedua tangannya. Ekspresi sosok itu tampak serius, dengan mata berkaca-kaca. Tangan yang memegang pedang itu bergetar pelan.     

Di arah lainnya, Xu Ping'an dan orang tuanya kembali ke rumah tua mereka. Xu Ping'an memandang orang tuanya dan berkata dengan suara pelan, "Aku benar-benar sosok yang tidak berguna."     

Xu Haoran berbalik dan mengulurkan tangannya yang sudah tua dan gemetar, lalu membelai pipi Xu Ping'an. "Seharusnya aku lah yang meminta maaf. Aku ingin mempertahankan garis keturunan kakekmu sehingga sebelum luka-luka ibumu benar-benar memburuk, dia mengandung dirimu. Ini adalah sebuah kesalahan, dan aku lah yang membawamu ke dunia ini untuk menderita."     

Ada rasa bersalah yang luar biasa di mata lelaki tua itu, dan bahkan terdapat jejak air mata di sudut matanya.     

"Ayah dan ibu, mengapa kita tetap tinggal di sini selama bertahun-tahun? Apakah mereka akan selalu mengawasi kita selamanya?" ujar Xu Ping'an sambil menatap orang tuanya.     

"Ping 'an, terdapat banyak hal yang tampaknya tidak disengaja, tetapi pada kenyataannya semua itu memang tidak dapat kita hindari. Kita hanya berusaha untuk bertahan hidup dengan damai, tetapi masalah yang kita hadapi seperti tidak ada habisnya, jadi tidak ada jalan keluar yang bisa diambil."     

Xu Ping'an menundukkan kepalanya dengan kecewa. Memang benar, selama ini keluarga mereka tidak pernah bisa keluar dari masalah.     

"Mengapa kita tidak meminta bantuannya?" Xu Ping'an berbisik.     

"Percuma saja. Kita berada dalam situasi yang berbahaya. Jika kau pergi menemui sang Tetua, maka segala sesuatunya akan semakin memburuk." Lelaki tua itu menggelengkan kepalanya. Hatinya terasa sakit saat dia memandang putrinya dengan tak berdaya.     

Kecantikan dan bakat Xu Ping sama-sama luar biasa. Pada usianya saat ini, seharusnya dia sedang menikmati tahun-tahun terindah dalam hidupnya, tapi sebaliknya, yang bisa mereka pikirkan siang dan malam adalah bagaimana cara mereka untuk bertahan hidup.     

Dia telah mengecewakan putrinya.     

Xu Ping'an juga menundukkan kepalanya. Tidak ada kepolosan di dalam matanya yang indah seperti rekan-rekan sebayanya. Yang ada hanyalah kesedihan dan kekuatan—kesedihan karena dia tidak dapat mengubah apa pun dan tidak dapat melindungi ayah-ibunya.     

"Ayah, tidak apa-apa. Tidak peduli masalah apa pun yang kita hadapi, kita akan menghadapinya bersama-sama sebagai satu keluarga," Xu Ping'an mendongak dan tersenyum cerah.     

"Mmm," Xu Haoran mengangguk dengan serius. Dia memeluk putrinya dan menatap ke arah langit dengan sebuah senyuman di dalam matanya.     

Meskipun dia menjalani kehidupan yang suram, namun jika seseorang bertanya kepadanya apakah dia menyesali masa lalunya atau tidak, dia akan menjawab 'tidak', karena itu adalah pilihan ayahnya.     

"Siapa itu?"     

Pada saat ini, hawa dingin terlintas di mata Xu Ping'an. Saat dia berbalik, satu sosok sudah memasuki halaman rumahnya. Wajahnya tampak sedikit pucat. Xu Ping'an bahkan tidak menyadari kehadiran penyusup itu sampai dia sudah masuk ke dalam rumahnya.     

Dia berbalik dan mengeluarkan aura tingkat Noble Plane miliknya ke tingkat maksimal. Ada sedikit keputusasaan di dalam matanya. Apakah mereka masih tidak ingin melepaskan keluarganya begitu saja?     

Pria itu mengenakan pakaian sederhana dan memakai topi di kepalanya. Dia tampak seperti kultivator pada umumnya. Pedang besi berkarat yang berada di genggaman tangannya adalah pedang yang telah diberikan oleh Xu Ping'an sebelumnya.     

"Kau siapa?" Xu Ping'an bertanya.     

Saat sosok yang baru saja tiba itu melepaskan topinya, Dia memandang Xu Ping'an dengan kelembutan di matanya, yang membuat Xu Ping'an terkejut. Pria ini sepertinya tidak memiliki niat jahat.     

Xu Haoran memandang sosok itu, dan tubuhnya merinding. Dia mengusap-usap matanya seolah-olah dia tidak percaya pada apa yang dilihatnya.     

Sosok itu adalah Qin Xuangang.     

Dia mengalihkan pandangannya dari Xu Ping'an, lalu mengambil satu langkah ke depan, dan tiba tepat di hadapan lelaki tua tersebut. Dia memandang wajah keriput di depannya, yang dipenuhi dengan kerutan, dan sudah ada aura kematian yang menyelimuti tubuhnya.     

Mata Qin Xuangang memerah. Tangannya diulurkan ke depan untuk memegang bahu lelaki tua itu, tubuhnya gemetar dan dia berkata dengan suara terisak, "Haoran."     

Tubuh lelaki tua itu juga sedikit gemetar, dan air mata mengalir dari matanya yang tampak sayu. Wanita tua di sebelahnya juga menangis sambil menundukkan kepalanya.     

Xu Ping'an menyaksikan semua ini dengan ekspresi datar di wajahnya.     

Siapa sosok ini sebenarnya?     

"Paman-Guru," lelaki tua itu memanggilnya dengan suara gemetar.     

"Paman-Guru," wanita tua di sebelahnya juga memandang Qin Xuangang dengan mata berkaca-kaca dan berbicara.     

Air mata mengalir dari mata Qin Xuangang; dia mengira bahwa dia tidak akan pernah menangis lagi.     

Dahulu, keduanya berada di masa kejayaan mereka, dan dikenal sebagai sepasang kekasih yang dikagumi oleh orang-orang. Tapi sekarang, mereka sudah sangat tua. Bagaimanapun juga, kultivasi mereka telah dihancurkan, jadi cara seperti apa lagi yang bisa mereka lakukan untuk menahan efek dari berjalannya waktu?     

"Kukira kalian sudah meninggal dunia, dan aku telah mengecewakan kalian." Qin Xuangang melangkah ke depan dan memeluk lelaki tua itu dengan lembut, hanya untuk merasakan rasa sakit di dalam hatinya.     

Dia telah mengecewakan banyak orang. Dia selalu memikirkan betapa banyaknya orang yang tewas terbunuh akibat hal-hal yang terjadi di masa lalu.     

Meskipun dia tidak menginginkannya, namun tetap saja, dia adalah penyebabnya.     

"Karena Paman-Guru masih hidup, mengapa anda kembali kemari?" lelaki tua itu bertanya. Qin Xuangang menatapnya, lalu memandang Xu Ping'an di belakangnya.     

"Ada beberapa urusan yang harus kulesesaikan." Dia mengira bahwa dia akan tinggal di Dinasti Dali seumur hidupnya, tetapi berkat Ye Futian, jalan hidupnya berubah, dan dia bisa pergi ke Dunia Jalur Supremasi.     

Sekarang, dia harus merelakan segalanya.     

Ada beberapa hal yang harus dia dilakukan di sini.     

"Ping'an, kemarilah dan temui Paman Grandmaster-mu," ujar lelaki tua itu pada Xu Ping'an, yang kemudian berjalan di hadapan Qin Xuangang. Qin Xuangang menatapnya, tatapan matanya dipenuhi oleh cinta kasih tapi juga kesedihan yang luar biasa.     

Dia teringat pada Feixue, yang hidupnya pernah sangat suram. Namun, dia menyangka bahwa Xu Ping'an juga menjalani kehidupan yang menyedihkan dan suram di sini. Xu Ping'an masih sangat muda, namun dia harus memikul beban yang sangat berat.     

"Paman Grandmaster," Xu Ping menyapanya.     

Qin Xuangang mengangguk dengan sungguh-sungguh, lalu meraih tangan Xu Ping'an untuk meletakkan kembali pedang besi itu di telapak tangannya. Kemudian dia berbisik, "Ini adalah pedang kakekmu. Kakekmu sering mengatakan bahwa hanya ketika semua peralatan ritual telah musnah, seseorang dapat memenuhi syarat untuk menggunakan pedang ini. Kakekmu adalah sosok yang bijaksana dan juga seorang ahli pedang. Dia adalah pendekar pedang nomor satu di Dunia Tianhe."     

Setelah dia meletakkan pedang itu di telapak tangan Xu Ping'an, Qin Xuangang mendongak ke arah langit dan berlutut di atas tanah. Kepalanya tiga kali menyentuh permukaan tanah. Seolah-olah ada seorang pendekar pedang tak tertandingi yang muncul di atas langit.     

"Kakak senior, aku kembali untuk menemuimu."     

Suara Qin Xuangang dipenuhi dengan kesedihan, dan Xu Ping'an tidak bisa menahan air matanya ketika dia menyaksikan pemandangan ini.     

Xu Ping'an adalah sosok yang biasa-biasa saja di sepanjang hidupnya, tetapi kakeknya adalah seseorang yang sangat ahli dalam ilmu pedang, seorang kaisar pedang yang tak tertandingi dan kemampuannya telah diakui sebagai pendekar pedang nomor satu di Dunia Tianhe.     

Namun tetap saja, dia belum pernah bertemu kakeknya sebelumnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.