Legenda Futian

Meraih Terobosan



Meraih Terobosan

3Situasi menjadi tenang ketika berita terkait apa yang telah terjadi di Istana Kekaisaran menyebar. Bahkan setelah hal-hal ini terjadi, istana itu masih berdiri tegak, bahkan menjadi lebih makmur dari sebelumnya. Banyak orang samar-samar bisa menebak apa yang sedang terjadi saat ini.      3

Tetapi mereka yang menyaksikan peristiwa itu secara langsung tetap menutup mulut mereka, dan tidak ada yang membahas hal tersebut. Tetua Agung Tianhe tidak bertanya tentang apa pun yang telah terjadi di sana. Dia tampak sangat terkejut, dan lambat laun orang-orang berhenti menebak-nebak apa yang telah terjadi padanya. Terlebih lagi, karena selama ini dia tidak pernah peduli tentang urusan di dunia luar, Istana Kekaisaran kini menjadi pasukan yang tak terkalahkan di Dunia Tianhe.     

Tapi sekarang kekuatan Istana Kekaisaran jadi dipertanyakan. Suara Qin Xuangang saat menanyai Duan Qing masih bergema di telinga semua orang. Istana Kekaisaran telah menipu Tetua Agung Tianhe. Dengan cara yang begitu licik, mereka telah bersekutu dengannya, namun pada kenyataannya, mereka berkomplot dengan Klan Dewa untuk memusnahkan murid-muridnya.     

Duan Qing memang pantas mati. Dia telah melakukan segala cara demi kepentingan keluarganya, tetapi bagaimana dengan semua orang yang tewas terbunuh akibat tindakannya?     

Namun meski begitu, mereka yang kuat tetap akan terukir dalam sejarah. Meskipun orang-orang mengetahui tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh Istana Kekaisaran, mereka masih berdiri di puncak kekuatan dari Dunia Tianhe, jadi tidak ada seorang pun yang berani berkomentar macam-macam.     

Tampaknya, mereka takut pada Tetua Agung Tianhe.     

Mereka tidak melakukan tindakan apa pun terhadap kematian Duan Qing.     

Seiring berjalannya waktu, orang-orang semakin jarang membicarakan peristiwa ini. Sementara itu, Ye Futian menghabiskan waktunya untuk berkultivasi di Gunung Xiangren.     

Metode Deed of Thorough Comprehension mengandung aura dari lima elemen dan delapan trigrams, sehingga menjadikan metode itu sangat kuat. Bahkan metode itu memungkinkan seseorang untuk menggabungkan kekuatan-kekuatan ini ke dalam kultivasi mereka masing-masing. Hal ini sangat berguna bagi seseorang seperti Ye Futian, yang mengkultivasi berbagai macam kemampuan.     

Terlebih lagi, metode Deed of Thorough Comprehension terhubung dengan Jalur Agung dunia. Sama seperti orang-orang dari Dunia Tianhe yang ingin menjadi murid Tetua Agung Tianhe dan menjalin koneksi dengannya, metode Deed of Thorough Comprehension memungkinkan seseorang untuk mempermudah proses menempa jiwa dari Jalur Agung dan mempercepat proses menuju Renhuang Plane.     

Ye Futian berkultivasi hari demi hari, dan pemahamannya menjadi semakin mendalam. Dia merasa bahwa tidak lama lagi, dia akan mencapai tingkat berikutnya. Jiwa spiritualnya telah menyatu ke dalam Jalur Agung dunia. Dia tidak memiliki kepribadian, tidak memiliki kepemilikan, maupun citra diri. Dia adalah Jalur Agung itu sendiri.     

Dia sedang berproses menuju tingkat yang lebih tinggi. Inilah sebabnya, meskipun tingkat Plane berikutnya tampak sangat dekat, namun itu adalah langkah yang sangat sulit untuk diambil.     

Tahun ke-10.034 dari Kalender Prefektur Ilahi tidak lama lagi akan berakhir. Ye Futian sudah berada di sini hampir satu tahun. Salju mulai turun di Kota Tianhe, dan selama beberapa hari, kota itu diselimuti oleh lapisan berwarna putih, membuat Kota Tianhe tampak megah.     

Gunung tempat Ye Futian berada juga diselimuti oleh salju. Daratan dan langit di sekitarnya terlihat semakin menakjubkan.     

Di gunung bersalju itu, seorang lelaki tua sedang melatih seorang wanita dalam berkultivasi. Keduanya sangat serius dalam menjalani latihan ini.     

Sudah jelas, mereka adalah Tetua Agung Tianhe dan Xu Ping'an. Dia telah berkembang pesat di bawah bimbingannya. Sejak awal dia memang sangat berbakat. Bagaimanapun juga, darah Kaisar Pedang nomor satu di Dunia Tianhe mengalir di dalam nadinya. Jadi, tidak mengherankan apabila dia mahir dalam menggunakan ilmu pedang.     

Xu Ping'an sedang berlatih ilmu pedang di tengah padang salju. Sementara itu, Tetua Agung Tianhe mengawasinya dengan tenang. Tatapan matanya perlahan-lahan beralih ke arah langit. Kemudian dia berbisik, "Sudah hampir 50 tahun."     

"Apa yang hampir mencapai 50 tahun, Guru?" tiba-tiba terdengar sebuah suara di suatu tempat. Tidak lama kemudian, satu sosok berambut abu-abu melangkah ke arahnya dengan menembus lapisan salju, sehingga meninggalkan jejak-jejak kaki di belakangnya. Dia berpakaian serba putih. Seolah-olah dia menyatu dengan salju di sekitarnya. Hanya kedua matanya saja yang berwarna hitam.     

Ye Futian menghampiri Tetua Agung Tianhe, dan keduanya menyaksikan Xu Ping'an berlatih.     

"Bagaimana perkembangan kultivasimu?" Tetua Agung Tianhe tidak menjawab pertanyaan Ye Futian, dia justru mengajukan pertanyaannya sendiri.     

"Sebentar lagi," ujar Ye Futian. Dia merasa bahwa tidak lama lagi pemahamannya akan sempurna.     

"Ah. Oh ya, jika kau mendapatkan pencerahan, jangan terburu-buru untuk menerobos ke tingkat berikutnya. Untuk saat ini, kau tidak perlu menjadi seorang Renhuang," ujar sang Tetua.     

"Kenapa?" Ekspresi curiga muncul di wajah Ye Futian. Apa yang dimaksud oleh sang Tetua?     

Dia menyuruhnya untuk mencapai Renhuang Plane sesegera mungkin, tetapi tidak terburu-buru memasukinya.     

"Bukankah kau baru saja bertanya apa yang kumaksud dengan 'hampir mencapai 50 tahun'? Sesuatu akan terjadi tahun depan," ujar Tetua Agung Tianhe.     

Ye Futian terdiam sejenak, lalu mengangguk. Dia tidak bertanya apa-apa lagi.     

"Berapa usiamu sekarang, Futian?" Tetua Agung Tianhe bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Tahun ini saya akan berusia 50 tahun," ujar Ye Futian.     

"Tepat 50?" tanya Tetua Agung Tianhe.     

Ye Futian mengangguk. "Ya." Tanpa disadari, dia telah mencapai usia 50. Jika dia adalah orang biasa, maka dia sudah mencapai usia lanjut saat ini.     

"Sungguh kebetulan yang luar biasa," ujar Tetua Agung Tianhe sambil tersenyum. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.     

'Kebetulan?'     

Ye Futian tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Tetua Agung Tianhe. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, dan Ye Futian juga tidak bertanya.     

Ye Futian duduk tepat di tanah bersalju di samping Tetua Agung Tianhe. Dia menyaksikan Ping'an berlatih di hadapan mereka.     

Meskipun Ping'an sudah berada di tingkat Noble Plane, dia masih terlihat seperti gadis kecil di matanya. Hal ini pasti menandakan perubahan dalam pola pikirnya. Di masa lalu, dia memandang para Noble sebagai sosok-sosok yang sulit untuk dicapai. Dia berpikiran bahwa mereka bisa menjadi penguasa dari negara-negara kecil yang mereka dirikan.     

Sekarang ketika dia melihat mereka, mereka tampak seperti junior-juniornya. Dia tidak bisa mengungkapkan perasaan yang dialaminya ini, tetapi wajar saja jika hal ini terjadi padanya.     

Dan faktanya, dia baru berusia 50 tahun. Di masa lalu, banyak Noble memiliki usia jauh lebih tua dari itu.     

Hal ini menunjukkan bagaimana pola pikirnya perlahan-lahan telah berubah. Meskipun dia baru berusia 50 tahun, dia memiliki lebih banyak pengalaman daripada kebanyakan orang seusianya. Dia bahkan menjalani kehidupan yang lebih berwarna daripada beberapa orang yang berusia ratusan tahun.     

Lima puluh tahun masa kultivasi. Dia datang dari dunia terkecil sampai ke wilayah tertinggi dari 3.000 Dunia Jalur Agung, yaitu Dunia Jalur Supremasi. Setiap langkah yang diambilnya tidak memiliki keraguan, dan dia telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Pola pikirnya mungkin lebih baik daripada para Tetua yang berusia ratusan tahun itu.     

"Kau masih mengawasi Ping'an berkultivasi?" terdengar suara Tetua Agung Tianhe di belakangnya, membuatnya tersadar dari lamunannya.     

Ye Futian mengangguk pelan. Tatapan matanya masih tertuju pada Ping'an, menyaksikannya berlatih ilmu pedang. Tatapan matanya melembut. Seolah-olah dia sedang mengawasi juniornya sendiri. Ping'an memang juniornya. Dia tahu bahwa Guru merasa sangat bersalah terhadap Ping'an. Gadis itu adalah anggota terakhir dari garis keturunan Kaisar Pedang nomor satu dari Dunia Tianhe.     

Butiran salju memenuhi udara. Meskipun aura pedang Xu Ping'an dipenuhi dengan keinginan membunuh, Ye Futian masih bisa merasakan keindahan dari ilmu pedangnya. Saat dia berlatih di antara lapisan salju, pedangnya menebas butiran salju yang beterbangan. Ye Futian masih mengawasinya, membawanya kembali ke dalam ingatan di masa lalu.     

Dia teringat ketika dia masih muda. Butiran salju yang memenuhi udara seperti menariknya kembali ke beberapa dekade yang lalu. Ketika dia masih muda dan berkultivasi di Akademi Qingzhou, Yu Sheng sudah berada di sana, begitu pula Jieyu, Qin Yi, dan gurunya, Hua Fengliu.     

Dia tidak akan pernah melupakan masa-masa itu. Rasanya sangat indah ketika dia mengingatnya sekarang.     

Dia juga teringat akan Kota Donghai, Kerajaan Cangye, Wilayah Barren Timur, Gunung Buku, dan Pondok.     

Semakin banyak sosok yang muncul di dalam benaknya: Yi Xiang, Ye Tianzi, dan Tuan Du, sehingga memunculkan kepingan-kepingan peristiwa dari dalam ingatannya. Kenangan ini telah terukir di dalam pikirannya, dan dia tidak akan pernah melupakannya. Saat memikirkan semua itu sekarang, seolah-olah peristiwa-peristiwa itu terjadi tepat di depan matanya. Semua itu sungguh menakjubkan.     

Pada saat ini, Ye Futian merasa sangat rileks, perasaan ini tidak pernah dia alami sebelumnya. Dia tidak pernah merasa seperti ini semenjak dia datang ke Dunia Jalur Supremasi karena dia memiliki banyak hal untuk dilakukan dan telah mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Belum lama ini, dia telah melihat gurunya dibawa pergi, dan siapa yang tahu efek seperti apa yang ditimbulkan oleh peristiwa itu terhadap dirinya?     

Dia terdiam, jadi hanya dia yang mengetahui apa yang dia rasakan saat ini.     

Angin bertiup, dan butiran salju mendarat di tubuh Ye Futian. Dia masih menyaksikan Ping'an berlatih. Sosok gadis itu tampak kabur di depan matanya.     

Perlahan-lahan, sosok itu tampak semakin menjauh. Xu Ping'an tidak lagi berada di depannya. Kesadarannya seolah-olah terbang ke tempat yang jauh. Dia tidak lagi berdiri di atas permukaan tanah, tetapi melayang di atas langit.     

Kesadarannya kini menjadi sebuah butiran salju yang tertiup angin. Dia menari-nari di udara. Saat ini, selain melihat sosok Ping'an, dia juga bisa memandang setiap bagian dari gunung bersalju itu, bahkan pegunungan itu secara keseluruhan. Semua itu berada tepat di depan matanya.     

Salju semakin tebal saat dia menari-nari tertiup angin seperti sehelai bulu. Dia tidak tahu berapa lama lagi dia menjadi seperti itu. Akhirnya, pedang itu berhenti, dan aura pedangnya menghilang. Ping'an telah berhenti berkultivasi. Sebelumnya, butiran-butiran salju tidak bisa menyentuhnya karena adanya Qi pedang, tapi sekarang setelah dia berhenti berkultivasi, butiran-butiran salju mulai mendarat di tubuhnya.     

Dia mengulurkan tangannya dan mengambil segenggam salju. Sebuah senyuman yang cerah dan indah muncul di wajahnya, terlihat murni dan sempurna seperti batu giok.     

"Ada apa dengan Paman-Guru?" Ekspresinya tampak bingung ketika dia melihat bahwa sekujur tubuh Ye Futian tertutup oleh salju, berdiri di tempatnya dengan tenang seperti manusia salju. Napasnya tampak stabil. Selain salju yang telah meleleh karena hawa panas dari napasnya, bagian tubuh lainnya kini tertutup oleh salju.     

Dia tidak bereaksi ketika Ping'an berhenti berkultivasi. Ekspresi aneh muncul di wajahnya. Mungkinkah dia sedang berkultivasi?     

Saat memikirkan hal ini, dia memutuskan untuk tidak mengganggunya. Dia takut bahwa dia akan merusak konsentrasinya.     

Pada saat ini, hembusan angin bertiup di gunung tersebut, sehingga membuat butiran-butiran salju beterbangan, termasuk salju yang menutupi tubuh Ye Futian.     

Hembusan angin juga bertiup ke arah Ping'an, sehingga membuat tubuhnya menggigil. Sepertinya dia bisa merasakan sesuatu, tetapi tidak bisa mengungkapkannya. Itu adalah sebuah perasaan yang luar biasa.     

"Perasaan apa ini?" dia berbisik. Saat hembusan angin bertiup, Ye Futian membuka matanya dan berdiri dari tempatnya sambil tersenyum.     

"Kau sudah bangun, Paman-Guru," ujar Ping'an.     

Ye Futian mengangguk. "Ya," ujarnya. "Ping'an, aku juga telah mengkultivasi ilmu pedang, dan karena itulah aku juga memiliki beberapa pemahaman tentang hal tersebut. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Mungkin ini akan membantumu."     

"Baiklah," ujar Ping'an sambil mengangguk pelan. Apakah Ye Futian akan mengajarinya ilmu pedang?     

Dia sudah pernah mengajarinya beberapa hal, tapi kali ini berbeda dari sebelumnya.     

Pada saat ini, mata Ye Futian bersinar terang, dan aura pedang tampak berputar di sekitar mereka.     

"Jangan dilawan," ujarnya. Dia memandang ke arah Ping'an, dan Ping'an bisa merasakan bahwa sebuah aura spiritual masuk ke dalam pikirannya. Pada awalnya dia hanya melihat satu pedang, dan kemudian muncul pedang yang tak terhitung jumlahnya dari Jalur Agung. Setiap bilah pedang itu sepertinya mengandung esensi dari Jalur Agung.     

Dalam sekejap, pikirannya dipenuhi dengan pedang. Apa yang tersisa di dunia ini hanyalah bilah-bilah pedang. Saat ini Ping'an telah memasuki sebuah dunia pedang.     

Ye Futian langsung mengalihkan pandangannya, dan kedua matanya kini kembali seperti semula. Pemahaman tentang ilmu pedang yang telah dia peroleh selama bertahun-tahun telah ditanamkan ke dalam pikiran Ping'an dengan cara yang unik. Mengenai bagaimana perkembangan ilmu pedangnya, hal itu akan bergantung pada kemampuannya sendiri.     

Ye Futian berbalik dan berjalan melewati lapisan salju. Butiran-butiran salju masih terus mendarat di tubuhnya.     

Ping'an masih berdiri di tempatnya, seolah-olah tubuhnya telah membeku. Aura pedang mengalir melalui tubuhnya tanpa henti. Setelah beberapa saat, Qi pedangnya muncul di dalam tubuhnya. Xu Ping'an telah menerobos ke tingkat berikutnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.