Legenda Futian

Tuntutan



Tuntutan

0Tetua Agung Tianhe juga memandang ke arah mereka yang berasal dari Klan Dewa. Ekspresinya tampak acuh tak acuh, dan dia tampaknya tidak terganggu oleh kehadiran mereka.      3

Dia tahu betul bahwa, bahkan jika Klan Dewa tidak datang kemari hari ini, mereka tidak pernah berhenti mengawasinya. Begitu dia melangkah keluar dari Kota Tianhe, Klan Dewa akan langsung mengetahuinya.     

Pada saat ini, sang Renhuang paruh baya, yang merupakan pemimpin dari perwakilan Klan Dewa melangkah ke depan dan membungkuk ke arah Tetua Agung Tianhe di Gunung Xiangren, lalu berkata, "Shen Yao menyapa Paman."     

Klan besar yang pernah nyaris menghancurkan Dunia Tianhe ini memiliki nama keluarga yang sangat langka. Dengan nama keluarga 'Shen', atau dikenal sebagai 'Dewa', karena itulah mereka disebut sebagai Klan Dewa. Klan itu berdiri di atas Sembilan Langit, dan bahkan di Dunia Jalur Supremasi, mereka adalah klan yang berdiri di puncak kekuatan.     

"Mereka menggunakan kata 'dewa' sebagai nama keluarga." Ye Futian menunjukkan ekspresi tidak percaya di wajahnya. Apakah ini arti sesungguhnya dari Klan Dewa?     

Sebuah klan tidak akan menggunakan nama keluarga seperti itu kecuali mereka sangat percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Semua nama keluarga lainnya, tidak peduli seberapa kuat mereka, mereka tidak akan bisa disejajarkan dengan Klan Dewa.     

Namun, jika sebuah klan kecil menggunakan 'dewa' sebagai nama keluarga mereka, mungkin mereka akan segera mengubahnya karena nama seperti itu akan membawa bencana bagi klan tersebut.     

Tetua Agung Tianhe memandang sosok yang baru saja berbicara dan berkata, "Waktu berlalu begitu cepat sehingga kau kini sudah menjadi seorang Renhuang."     

"Waktu benar-benar berlalu dengan sangat cepat. Kala itu, aku sering mengikuti Paman dan memintamu untuk mengajariku tentang kultivasi. Dalam sekejap mata, semua itu telah berlalu." Shen Yao menatap ke arah Tetua Agung Tianhe. Memang benar bahwa ada banyak emosi yang bergejolak di dalam hatinya.     

Tetua Agung Tianhe memang sosok yang tak tertandingi, bahkan di antara anggota Klan Dewa, hanya ada segelintir orang yang lebih kuat darinya. Pamannya ini juga memiliki metode mengajar yang luar biasa dan mendapat reputasi karena hal tersebut. Dia masih ingat bagaimana dia berkultivasi di bawah bimbingan Tetua Agung Tianhe dan bibinya dalam mencari Jalur Agung.     

Tetapi semua itu hanyalah masa lalu, dan situasinya tidak akan sama seperti kala itu.     

Saat itu, putri kesayangan dari Klan Dewa, sosok yang dikagumi oleh banyak orang—bibinya—juga tidak akan pernah sama.     

"Menurutku tujuanmu datang kemari bukan untuk mengenang masa lalu yang indah," ujar Tetua Agung Tianhe sambil memandang Shen Yao.     

"Aku datang kemari untuk melihat bagaimana keadaan pamanku, tetapi aku juga ingin memberitahu paman bahwa ayahku mengirimkan salam," jawab Shen Yao.     

"Bagaimana kabar istriku sekarang?" tanya Tetua Agung Tianhe. Shen Yao tentu saja mengetahui siapa yang dibicarakan oleh pamannya itu.     

"Kuharap Paman memahami bahwa Klan Dewa secara khusus memerintahkan agar kondisi bibiku tidak diberitahukan pada Paman. Tolong jangan dimasukkan ke dalam hati," ujar Shen Yao.     

Tetua Agung Tianhe tidak berkomentar banyak. Dia tidak memiliki cara untuk mengetahui berita apa pun dari Klan Dewa, akan tetapi, mungkin Klan Dewa tidak akan tega membunuhnya.     

Hanya saja sudah bertahun-tahun berlalu, dan bagaimana keadaannya sekarang? Mereka telah mengkhianati Klan Dewa dan berperang melawan mereka, jadi dia dianggap sebagai pengkhianat. Dia telah dibawa pergi dengan kondisi terluka parah dan kemudian dipenjara. Nasib istri tercintanya masih belum diketahui kabarnya.     

Mungkin, sama seperti yang terjadi padanya, rasanya sangat menyakitkan.     

"Tolong beritahu bibimu bahwa dia tidak perlu berpikiran macam-macam. Selama dia baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku." Tetua Agung Tianhe memandang Shen Yao dan terus bertanya, "Apakah ada hal lain yang ingin kau sampaikan selain mengunjungiku?"     

"Kudengar Paman telah menerima murid lagi untuk mewarisi kemampuanmu, jadi aku datang untuk menemuinya." Baru saat inilah perhatian Shen Yao beralih pada Ye Futian, yang berada di sebelah Tetua Agung Tianhe. Hanya ada tiga orang di gunung tersebut. Selain Ye Futian, hanya ada Xu Ping'an di sana. Sudah bisa ditebak siapa penerus yang dipilih oleh Tetua Agung Tianhe; sudah jelas bahwa sosok itu adalah pemuda berambut abu-abu itu.     

Melihat dari temperamennya, dia memang sosok yang luar biasa. Rumor mengatakan bahwa kekuatannya juga sangat dahsyat. Dia berada di puncak Saint Plane dan sudah menempa tubuh Jalur Agung. Banyak kultivator jenius dari Dunia Tianhe tidak bisa disejajarkan dengannya; mereka bahkan tidak berada pada tingkat yang sama dengan pemuda tersebut.     

"Sekarang, kau telah melihatnya secara langsung," ujar Tetua Agung Tianhe.     

"Ya." Shen Yao mengangguk pelan. "Mengapa Paman memutuskan untuk memilih seorang penerus setelah bertahun-tahun berkultivasi dalam pengasingan?"     

"Apakah aku tidak boleh mewariskan kultivasiku selama ini?" tanya Tetua Agung Tianhe sambil memandang Shen Yao. "Dia masih berada di tingkat Saint Plane. Bahkan jika Klan Dewa mengkhawatirkan hal tersebut, mereka ingin mengambil tindakan sekarang?"     

Shen Yao tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Paman berpikir terlalu berlebihan. Klan Dewa tidak akan peduli apabila Paman memilih seorang penerus. Bahkan jika Paman tetap menerima murid selama bertahun-tahun ini, Klan Dewa tidak akan ikut campur. Hal-hal seperti ini bukanlah sesuatu yang layak dikhawatirkan oleh Klan Dewa. Bahkan jika penerusmu ingin membalas dendam atas nama Paman, mereka tidak akan peduli."     

Dia tidak berbohong. Ini adalah kesombongan yang dimiliki oleh Klan Dewa, klan yang berdiri di puncak kekuatan 3.000 Dunia dari Jalur Agung tidak perlu takut pada penerus dari Tetua Agung Tianhe.     

"Kalau begitu, karena kau telah bertemu dengannya, Kau bisa kembali sekarang."     

Tetua Agung Tianhe berbicara dengan acuh tak acuh.     

Shen Yao menggelengkan kepalanya dan melanjutkan kata-katanya, "Setelah bertahun-tahun lamanya, apakah Paman tidak bisa memahami jalan pikiran dari Klan Dewa? Segala sesuatu yang dilakukan oleh keturunan Klan Dewa bertujuan agar Klan Dewa berdiri di puncak kekuatan di semua generasi dan mempertahankan posisi itu untuk selama-lamanya. Ada suatu masa ketika Klan Dewa bersedia mempercayaimu dan bibiku, serta adikku. Namun, kalian semua telah gagal mengemban kepercayaan itu."     

Tetua Agung Tianhe mengetahui apa yang dimaksud oleh lawan bicaranya tersebut, dan pusaka ilahi itu memang diwariskan dari cabang keluarga mereka.     

"Apa yang kau sebut sebagai kepercayaan itu didasarkan pada kendali mutlak pada kehendak Klan Dewa; kepercayaan seperti itu tidak layak untuk dimiliki oleh siapa pun," ujar Tetua Agung Tianhe dengan sinis. Klan Dewa memiliki kekuatan yang mumpuni untuk meyakini bahwa mereka bisa menguasai segalanya. Karena itulah, anggota mereka memiliki kepercayaan diri yang luar biasa, dan semuanya harus mengikuti kehendak dari Klan Dewa.     

Sampai suatu hari, mereka memilih untuk mengabaikan kehendak dari Klan Dewa; karena itulah, badai pada tahun itu terjadi.     

"Kehendak Klan Dewa adalah prioritas nomor satu," ujar Shen Yao.     

"Jadi, kedatanganmu kemari hari ini juga karena kehendak dari Klan Dewa?" Tetua Agung Tianhe menatap lawan bicaranya itu dengan tajam.     

"Sudah jelas kami datang kemari atas kehendak dari Klan Dewa," ujar Shen Yao. Kemudian perhatiannya beralih pada Ye Futian. "Kami harus membawanya ke Klan Dewa. Jika tidak ada masalah yang berarti, kami akan mengirimnya kembali kemari."     

Ketika Ye Futian mendengar hal ini, tubuhnya merinding.     

Ini adalah Klan Dewa dari Dunia Atas. Seberapa sombong sikap mereka sehingga berani mengajukan tuntutan untuk membawanya ke Klan Dewa?     

Hanya karena Tetua Agung Tianhe ingin mewariskan kemampuannya kepadanya sebagai penerusnya, mereka ingin membawanya pergi. Apakah ini adalah langkah untuk mengungkapkan semua rahasia yang dia miliki?     

Klan Dewa ingin mengetahui apakah dia memiliki koneksi dengan apa yang terjadi di masa lalu, dan apakah hal itu ada hubungannya dengan lenyapnya Qin Xuangang.     

Ye Futian tahu betul bahwa hal ini terjadi bukan karena Klan Dewa telah mengetahui sesuatu tetapi mereka ingin menemukan apa yang ada di dalam tubuh Feixue. Mereka tidak akan melewatkan kemungkinan sekecil apa pun. Kemunculannya jelas mencurigakan bagi Klan Dewa. Oleh karena itu, mereka ingin membawanya ke Klan Dewa untuk memastikan mengenai berbagai hal.     

Tidak ada bukti yang tertinggal; bahkan mereka tidak perlu berasumsi, mereka hanya perlu melakukan kehendak mereka.     

Tidak ada alasan lain—semuanya begitu sederhana. Tapi dari tindakan ini, orang-orang bisa melihat betapa sombong dan kuatnya Klan Dewa itu.     

Klan Dewa tidak akan menangkap Xu Ping'an karena mereka tahu segala sesuatu tentang Xu Ping'an. Meskipun Tetua Agung Tianhe juga membimbingnya dalam berkultivasi, Klan Dewa tidak terlalu peduli akan hal tersebut.     

Suara Shen Yao menyebabkan area itu menjadi hening sejenak. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Semua kultivator dari Klan Dewa juga memandang ke arah Tetua Agung Tianhe dan Ye Futian, begitu pula dengan Duan Qing dan kultivator lainnya di belakang mereka.     

Meskipun Tetua Agung sudah tua, statusnya tidak pernah berubah.     

Dan Klan Dewa, seperti biasa, masih bersikap sangat sombong.     

Semua ini dilakukan dengan kekuatan nyata. Sebaliknya, pemimpin dari Dunia Tianhe—Kaisar Tianhe—tampak begitu tenang, sama sekali tidak terlihat seperti pemimpin dari Dunia Tianhe yang sesungguhnya.     

Tetua Agung Tianhe menatap orang-orang dari Klan Dewa. Pada saat matanya memandang ke depan, sebuah aura dari Jalur Agung yang tak terlihat mengalir di sekitar gunung tersebut. Langit dan bumi mengalami perubahan, dan kekuatan Jalur Agung yang menyesakkan menyebar di antara langit dan bumi.     

Shen Yao mengerutkan keningnya, kemudian dia mendengar Tetua Agung Tianhe berkata, "Aku tidak mempercayaimu. Dalam insiden yang terjadi di masa lalu, di antara 3.000 muridku, berapa banyak yang mati di tangan Klan Dewa? Sekarang, haruskah aku mengulangi kesalahan yang sama?"     

Pada saat ini, rambut panjang Tetua Agung Tianhe berkibar di udara, tetapi dia masih berdiri tegak di tempatnya. Dia menyatakan, "Dia tidak akan ikut denganmu ke Klan Dewa."     

Saat merasakan tekanan ini, para kultivator dari Klan Dewa juga mengeluarkan aura yang kuat untuk menahan tekanan tersebut. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, kemarahan Tetua Agung Tianhe masih cukup kuat untuk mengubah suasana langit. Pegunungan ini telah diselimuti oleh auranya. Meskipun area ini terlihat sangat luas, namun bagi orang-orang seperti Tetua Agung Tianhe, area ini dapat diselimuti dengan mudah dengan satu perintah di dalam pikirannya.     

"Paman, kenapa kau harus bersikap keras kepala seperti dahulu?" Shen Yao bertanya pada Tetua Agung Tianhe.     

"Karena satu-satunya penerusku kini juga berada dalam bahaya, maka kembalilah dan suruh 'dia' untuk datang kemari. Satu-satunya cara untuk membawa muridku pergi adalah langkahi dulu mayatku." Suara Tetua Agung Tianhe dipenuhi oleh tekad. 'Dia' yang dimaksud olehnya tentu saja adalah sosok terkuat dari Klan Dewa. Dalam pertempuran yang hampir memusnahkan Dunia Tianhe, pria inilah yang memimpin Klan Dewa untuk turun ke Dunia Bawah.     

Shen Yao sudah menduga bahwa Tetua Agung Tianhe tidak akan membiarkan siapa pun menangkap bawahannya begitu saja, namun tetap saja, dia tidak menyangka bahwa pamannya akan bereaksi sejauh ini. Dia bahkan rela mempertaruhnya nyawanya.     

Kalau begitu, meskipun ada beberapa kultivator yang sangat kuat di dalam kelompoknya, tampaknya keinginan mereka untuk menangkap seseorang dari pengawasan pamannya ini masih mustahil untuk dilakukan.     

Adapun 'sosok' itu, dia tidak akan bisa pergi ke Dunia Bawah begitu saja. Tidak mungkin baginya untuk mengurus semua hal terkait Klan Dewa sendirian.     

"Mengapa Paman ingin mempersulit masalah ini? Klan Dewa hanya ingin bertemu dengannya. Mereka tidak akan melakukan apa pun padanya," ujar Shen Yao.     

"Kau sudah bertemu dengannya." Jawaban yang diberikan Tetua Agung Tianhe masih terdengar mengintimidasi.     

Shen Yao terdiam. Dengan adanya Tetua Agung Tianhe di sana, sepertinya mustahil bagi Tetua Agung memberi jalan untuk mereka. Dia mengetahui beberapa hal mengenai kepribadian pamannya dan tahu bahwa apa yang terjadi di masa lalu bukanlah tanpa alasan.     

Dia terlalu keras kepala dengan keyakinannya sendiri, dan tidak mau berubah sedikit pun.     

"Karena Paman tidak membiarkannya pergi, bisakah dia berjalan mendekat sehingga aku bisa melihatnya lebih jelas?" Shen Yao tidak melanjutkan tuntutannya, karena dia tahu bahwa mereka akan menemui jalan buntu.     

"Tidak," jawab Tetua Agung Tianhe dengan singkat.     

Shen Yao mengerutkan keningnya. Dia benar-benar sudah berusaha berkompromi dengan pamannya.     

Jika Tetua Agung Tianhe masih tidak setuju...     

"Tidak ada salahnya apabila mereka ingin melihat saya lebih dekat." Shen Yao menyadari bahwa sosok yang baru saja berbicara adalah Ye Futian sendiri, dan dia tampak terkejut saat mendengar kata-katanya.     

Pada saat ini, Ye Futian sedang memandang Tetua Agung Tianhe, yang juga membalas tatapan matanya.     

"Grandmaster berada di sini, jadi apa salahnya jika mereka ingin melihat saya lebih dekat?" Ye Futian tersenyum datar. Di bawah pengawasan Tetua Agung Tianhe, apa yang bisa dilakukan oleh para kultivator dari Klan Dewa?     

Saat mendengar kata-kata Ye Futian, Tetua Agung Tianhe terdiam sejenak. Dia mengangguk dan berkata, "Kalau begitu terserah kau saja."     

"Hmm." Ye Futian melangkah ke depan dan tiba di hadapan para kultivator dari Klan Dewa, sebuah senyuman tipis menghiasi wajah tampannya.     

Klan Dewa, bagaimana jika mereka dibandingkan dengan pasukan seperti Negeri Ilahi Emas?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.