Legenda Futian

Tamu dari Klan Dewa



Tamu dari Klan Dewa

3Ye Futian tahu betul bahwa karena kultivasi pasangan suami-istri itu telah dihancurkan, mereka hanya bisa mengandalkan putri mereka untuk merawat mereka selama ini. Ditambah lagi, Ping'an harus rutin mencari obat untuk menjaga energi mereka. Insiden yang terjadi kemarin adalah hasilnya,       0

Mereka tidak ingin terus menerus menyusahkan Ping'an, jadi mereka memutuskan untuk meninggalkan dunia ini dengan tenang. Tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan, selama Ping'an bersama Tetua Agung, bahkan jika ada situasi berbahaya, dia akan jauh lebih aman berada di sisi Tetua Agung daripada bersama mereka.     

Apa yang telah terjadi kemarin adalah alasan dibalik pilihan yang mereka ambil ini.     

Ye Futian membawa jasad pasangan suami-istri itu ke Gunung Xiangren untuk dimakamkan. Lelaku tua itu selalu menganggap dirinya sebagai murid dari Tetua Agung Tianhe, dan dia sangat meyakini hal ini. Meskipun Ye Futian tidak merasakan pengalaman ini secara pribadi, dia bisa menebak-nebak dan menarik banyak kesimpulan dari perbincangan yang dia dengar dan hal-hal yang telah terjadi.     

Kakek dari Xu Ping'an, kakak senior dari gurunya, murid tertua dari Tetua Agung Tianhe, yaitu Kaisar Pedang Gentleman, pasti adalah sosok yang dikagumi oleh semua orang.     

Tapi dia dan keturunannya justru berakhir seperti ini.     

Sekarang terdapat kuburan tambahan di area pegunungan. Selain Ye Futian dan Ping'an, Tetua Agung Tianhe juga hadir di sana. Dia berdiri di tempatnya dengan tenang, dan wajahnya yang dipenuhi oleh kerutan tampak sangat tenang.     

Tapi di dalam hatinya, dia mengetahui semuanya.     

"Ini adalah tempat kakekmu berkultivasi, tapi kemudian tempat ini ditelantarkan. Mengubur Haoran dan istrinya di sini adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk mereka," bisik Tetua Agung Tianhe. "Ping'an, biarkan orang tuamu beristirahat dengan damai dan jangan terlalu bersedih. Orang tuamu selama ini pasti begitu menderita, jadi mereka memutuskan untuk meninggalkan dunia ini dengan tenang."     

"Mmm." Ping'an berlutut di depan kuburan orang tuanya. Air matanya sepertinya sudah mengering, tapi matanya dipenuhi oleh keteguhan. Dia akan hidup dengan baik, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang tuanya dan kakeknya, karena dia lah satu-satunya orang yang akan meneruskan garis keturunan mereka.     

"Mulai sekarang, kau akan ikut denganku untuk berkultivasi. Jika kau memiliki pertanyaan tentang kultivasi, kau bisa menanyakannya pada Paman-Guru mu kapan saja. Tentu saja, kau akan memanggilnya sebagai Paman-Guru saat berada di Gunung Xiangren, tetapi di dunia luar, kau harus memanggilnya sebagai Paman Grandmaster," Tetua Agung Tianhe mengingatkan.     

Ping'an mengangguk. Ketika Paman Grandmaster dengan sengaja menyuruhnya untuk membawa pesan agar memisahkan hubungannya dengan Paman-Guru dan mereka tidak akan pernah mengenal satu sama lain setiap kali mereka bertemu lagi, dia memahami maksudnya dan bagaimana dia harus bertindak.     

"Futian, kau juga harus mengingat kata-kata gurumu," Tetua Agung Tianhe menambahkan.     

Ye Futian menoleh dan memandang Tetua Agung, lalu mengangguk dengan serius. Dia tahu bahwa beberapa hal mungkin akan terjadi di masa depan, tetapi bagi gurunya, itu adalah beban yang sangat berat. Ada beberapa hal yang perlu dihadapi oleh gurunya.     

Hanya saja hal-hal itu mengharuskannya untuk membuat pilihan, tidak peduli seperti apa pun konsekuensinya. Sama seperti Grandmaster yang menghormati pilihan gurunya, dia juga akan melakukan hal yang sama.     

…     

Di Istana Kekaisaran, tempat Duan Qing tinggal, seseorang datang dengan membawa sebuah pesan.     

"Apa kau baru saja mengatakan bahwa seseorang telah membunuh sosok yang pergi ke Kediaman Xu untuk membuat masalah, lalu Xu Haoran dan istrinya memilih untuk bunuh diri?" Duan Qing memandang sang utusan.     

"Mmm." Utusan itu mengangguk, dan Duan Qing memandang ke kejauhan, mengungkapkan kesedihan di wajahnya. Xu Haoran sudah dianggap sebagai keponakannya dalam kultivasi, sosok yang disaksikan oleh banyak saudara mereka saat tumbuh dewasa. Namun pada kenyataannya, setelah kultivasinya dihancurkan, hidupnya menjadi tidak berguna. Sekarang setelah semuanya berakhir, mungkin itu adalah keputusan terbaik baginya.     

"Semoga kau tenang di sana," bisik Duan Qing. Kakak tertuanya adalah sosok yang tak tertandingi dan sangat bijaksana, tetapi karena itulah, dia kehilangan nyawanya. Sifatnya yang keras kepala telah menimbulkan penderitaan bagi seluruh anggota keluarganya. Hal itu sangat menyakitkan.     

Banyak orang tidak perlu kehilangan nyawa mereka.     

"Apakah kau tahu siapa yang membunuh mereka?" Duan Qing bertanya.     

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Dia pergi tidak lama setelah melakukan pembunuhan. Sudah bertahun-tahun berlalu, dan kami tidak terlalu instens mengikuti Xu Haoran lagi."     

"Benar, sudah bertahun-tahun berlalu. Tapi entah kenapa, aku memiliki firasat bahwa sesuatu akan terjadi," Duan Qing bergumam pada dirinya sendiri. Pertama, gurunya telah menunjuk penerusnya, dan kemudian terjadinya peristiwa bunuh diri Xu Haoran dan istrinya, lalu putri mereka dikirim ke Gunung Xiangren untuk berkultivasi.     

Meskipun hal-hal ini tampak seperti sesuatu yang biasa dan sepele, namun kematian sosok-sosok yang biasa-biasa saja itu membuat Duan Qing merasa sedikit gelisah.     

Siapakah pria misterius yang telah membunuh mereka?     

"Selidiki dengan seksama untuk melihat apakah ada petunjuk yang tertinggal," Duan Qing memberi perintah.     

"Baik, Yang Mulia." Pria itu mengangguk, lalu membungkuk hormat dan pergi.     

Duan Qing masih berdiri di tempatnya, ekspresinya tampak serius. Meskipun peristiwa itu sudah lama berlalu, namun selama gurunya masih hidup, maka akan ada bahaya tersembunyi yang mengintai Istana Kekaisaran.     

Sebagai kultivator nomor satu di Dunia Tianhe, kekuatan gurunya terlalu dahsyat. Karena itulah, meski semuanya telah berlalu bertahun-tahun lamanya, mereka selalu mengawasi gerak-gerik di Gunung Xiangren.     

Begitu ada pergerakan sekecil apa pun, mereka akan langsung mengetahuinya dan melapor ke para petinggi.     

Dia tahu betul bahwa alasan mengapa gurunya selamat pada peristiwa kala itu adalah karena seseorang dengan status tinggi juga melindunginya. Bagaimanapun juga, dia adalah menantu dari Klan Dewa, dan mungkin semua itu telah direncanakan demi kembalinya keturunan sang guru.     

Oleh karena itu, setelah berita bahwa Tetua Agung Tianhe telah menemukan penerusnya menyebar, dia memutuskan untuk melaporkannya ke atasannya.     

…     

Beberapa hari kemudian, di atas Istana Kekaisaran, seberkas cahaya yang menyilaukan tiba-tiba turun dari atas langit.     

Seluruh bagian dari Istana Kekaisaran berguncang, dan tatapan mata semua orang kini tertuju ke atas langit. Beberapa dari mereka mengerutkan kening. Siapa yang berani bertindak nekad dan muncul di atas Istana Kekaisaran?     

Beberapa orang juga mulai menyadari sesuatu. Mata mereka sedikit menegang, dan mereka samar-samar bisa menebak apa yang telah terjadi.     

Cahaya suci itu langsung menyinari Istana Kekaisaran seolah-olah seluruh istana kini diselimuti dengan cahaya suci. Pada saat yang bersamaan, sekelompok orang muncul tepat di atas semua orang.     

Mereka semua bergerak menuju ke satu arah yang sama.     

Sudah jelas, Duan Qing juga berada di sana, memimpin semua orang ke area di bawah kelompok tersebut. Dia mendongak dan memandang sosok-sosok yang turun dari langit itu. Para Renhuang kebanggaan dari Istana Kekaisaran kini membungkuk untuk memberi penghormatan.     

Tidak hanya mereka saja, tetapi banyak orang di Istana Kekaisaran juga memberi penghormatan pada saat yang bersamaan. Tindakan mereka menjadi peringatan bagi orang-orang yang tidak menyadari hal ini sebelumnya, tetapi pada akhirnya, mereka mengetahui darimana orang-orang ini berasal.     

Dunia Jalur Supremasi, Klan Dewa.     

Meskipun Dunia Tianhe dianggap sebagai sebuah dunia yang sangat kuat ditambah dengan banyaknya kultivator tingkat Renhuang di dalamnya, juga lokasinya yang berdekatan dengan Dunia Jalur Supremasi tempat Klan Dewa berasal, namun Dunia Tianhe masih tidak layak untuk disejajarkan dengan mereka. Dahulu, ketika Klan Dewa telah menjatuhkan hukumannya, Dunia Tianhe yang luas dan tak berujung itu menghadapi bahaya kepunahan.     

Dunia Tianhe dapat terus berdiri sampai sekarang berkat mediasi yang dilakukan oleh Istana Kekaisaran dan mereka memilih jalan yang benar. Jika tidak, setelah perang itu berakhir, Istana Kekaisaran kemungkinan besar akan lenyap.     

Mereka yang baru saja datang bermandikan dengan cahaya suci. Pria yang memimpin kelompok itu tampak berusia sekitar 30 atau 40 tahun. Dia juga merupakan seorang Renhuang dengan temperamen dan aura yang menakjubkan. Sementara sosok yang berdiri di sampingnya adalah seorang pemuda dengan bermata sipit yang sepertinya memiliki aura dewa yang mengerikan. Ketika keduanya berdiri berdampingan, mereka tampak seperti ayah dan anak.     

Di kedua sisi mereka, ada beberapa Tetua, tetapi cahaya yang dipancarkan dari tubuh mereka jauh lebih terkendali, dan aura mereka nyaris tidak dapat dideteksi. Namun, Duan Qing merasa bahwa para Tetua ini adalah sosok-sosok yang lebih kuat, terutama lelaki tua yang berdiri di bagian paling belakang. Ketika matanya memandang ke arah Duan Qing, hal itu membuat Duan Qing merasa bahwa ada bahaya yang mendekatinya.     

Dia sendiri adalah seorang Renhuang, yang semakin menegaskan betapa mengerikannya tingkat Plane dari lelaki tua itu.     

Sudah jelas, kali ini, perwakilan yang dikirimkan untuk turun ke bawah sangatlah kuat.     

Semua masalah terkait Tetua Agung Tianhe, tidak peduli besar atau kecil, tidak akan dianggap enteng oleh Klan Dewa.     

Pada saat ini, dari arah aula tertinggi di dalam Istana Kekaisaran, seorang lelaki tua muncul melalui udara. Lelaki tua itu mengenakan jubah kerajaan berwarna emas, dan dia tampak sangat menakjubkan. Banyak orang bersujud untuk menyembahnya, karena sosok yang baru saja datang adalah pemimpin dari Istana Kekaisaran di Dunia Tianhe—Kaisar dari Dunia Tianhe.     

"Kalian semua datang jauh-jauh dari Dunia Atas. Kalian pasti lelah. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kalian," ujar Kaisar Tianhe. Banyak orang tampak terkejut saat mendengar bahwa Kaisar Tianhe menyambut tamu-tamu ini secara pribadi, dan hanya mereka yang berasal dari Dunia Atas yang dapat memperoleh perlakuan seperti ini.     

"Kaisar Tianhe terlalu baik; sebenarnya anda tidak perlu bersikap seperti ini. Mari kita bicarakan dulu tujuan utama kami kemari," ujar orang yang memimpin perwakilan dari Dunia Atas, tatapan matanya mengamati kerumunan kultivator. Kemudian dia bertanya, "Dengan hormat, Kaisar Tianhe, dengan siapa kami bisa berdiskusi tentang masalah ini?"     

"Duan Qing." Kaisar Tianhe memandang ke arah Duan Qing tepat ketika Duan Qing melangkah ke depan.     

"Ceritakan semuanya secara detail," ujar pria itu pada Duan Qing. Duan Qing mengangguk dan menyampaikan penjelasan secara rinci terkait kejadian yang terjadi baru-baru ini. Lawan bicaranya tampak tenang setelah mendengar penjelasannya, dan sulit untuk menebak bagaimana perasaan mereka saat ini.     

"Paman sudah lama tidak kedatangan tamu. Mari kita mengunjungi paman karena sudah bertahun-tahun lamanya kita tidak datang berkunjung." Saat pria itu berbicara, dia berbalik dan langsung berjalan menuju pegunungan tempat Tetua Agung Tianhe berkultivasi.     

"Paman!"     

Banyak orang di Istana Kekaisaran mendengar sebutan ini. Dengan hati berdebar kencang, mereka berpikir bahwa Tetua Agung Tianhe memang sosok yang luar biasa. Dia diterima oleh Klan Dewa. Jika dia tidak berjalan di jalan yang salah, dia pasti akan berada di puncak kekuatan dari Dunia Jalur Supremasi.     

Bahkan bagi sosok-sosok terkemuka dari Klan Dewa, ketika mereka bertemu dengannya, mereka masih harus memanggilnya sebagai 'paman'. Sebaliknya, mereka yang berada di Istana Kekaisaran merinding saat mereka melihat orang-orang dari Dunia Atas.     

"Duan Qing, pergilah dan amati situasinya," ujar Kaisar Tianhe pada Duan Qing. Duan Qing mengangguk dan pergi mengikuti kelompok tersebut.     

Sementara itu di Gunung Xiangren, bahkan sebelum mereka tiba, Tetua Agung Tianhe sudah bisa merasakan kehadiran mereka.     

Saat ini, dia dan Ye Futian sedang berdiri di depan gunung sementara Xu Ping'an berdiri dengan tenang di bagian belakang, sambil menatap ke kejauhan.     

"Mereka telah tiba," bisik Tetua Agung Tianhe. Ye Futian tidak bertanya apa-apa. Dia akan mengetahui siapa yang datang saat mereka tiba di hadapannya.     

Benar saja, tidak lama kemudian, pancaran cahaya suci turun dari atas langit, dan sekelompok orang sepertinya telah melintasi ruang hampa dan muncul tepat di depan Gunung Xiangren, berdiri di atas langit.     

Mereka berhenti di sana, dengan Duan Qing terlihat di bagian belakang. Ketika melihat pemandangan ini, Ye Futian mengetahui siapa yang baru saja datang.     

Orang-orang dari Dunia Atas telah tiba!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.