Legenda Futian

Muncul



Muncul

2Ye Futian berdiri di hadapan Shen Yao serta semua kultivator dari Klan Dewa.      0

Jejak-jejak aura menyelimuti tubuhnya seolah-olah mencoba mengungkap rahasianya. Bagian tengah dari alis Shen Yao tampaknya telah terbuka, memancarkan cahaya suci yang mengerikan. Cahaya suci ini menyelimuti tubuh Ye Futian dalam sekejap, dan Ye Futian merasa seolah-olah dia dikurung oleh cahaya suci tersebut.     

*Boom* Sebuah tekanan yang sangat kuat dari Jalur Agung menyebar di udara, dan tiba-tiba Ye Futian bisa merasakan tekanan yang menyesakkan. Itu adalah tekanan yang berasal dari jiwa spiritual. Dia merasa seolah-olah rohnya akan keluar dari tubuhnya dan dibelenggu oleh cahaya suci tersebut.     

Ye Futian merasa bahwa dia telah terjebak dalam ilusi. Di dunia ilusi yang menakjubkan ini, kesadaran dan jiwa spiritualnya telah terpisah dari tubuhnya. Sementara itu di atas langit, muncul bayangan Shen Yao yang tak terhitung jumlahnya, tampak seperti patung para dewa, yang langsung menerjang ke ke dalam jiwa spiritualnya, berusaha menerobos pikirannya untuk melihat rahasia terbesar yang dia miliki.     

Kemampuan ini sangat mengerikan.     

Teknik itu bisa mengungkap rahasia orang lain secara langsung.     

Tidak heran Tetua Agung Tianhe melarang Klan Dewa membawanya pergi. Pada saat ini, Tetua Agung Tianhe memusatkan perhatiannya pada Ye Futian. Tekanan yang dahsyat terpancar dari tubuhnya. Begitu Ye Futian tidak bisa lagi menahan tekanan yang diterimanya, dia akan langsung turun tangan dalam pertempuran.     

"Shen Yao, kau benar-benar sudah tumbuh dewasa." Tetua Agung Tianhe berbicara dengan suara pelan, namun suaranya itu terdengar begitu tegas tanpa menyiratkan kesombongan di dalamnya. Dia berani menerobos pikiran Ye Futian secara paksa tepat di hadapannya. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa pemuda yang pernah mengikutinya kini telah menjadi seorang Renhuang dan tulang punggung dari Klan Dewa.     

Sudah jelas, setelah memasuki Renhuang Plane, gaya dan caranya dalam menangani masalah berbeda dari sebelumnya. Hilang sudah sifat kekanakannya kala itu, dan yang tersisa sekarang adalah kesombongan dan kekuatan dari seorang Renhuang.     

Ye Futian berusaha menjaga jiwa spiritualnya, dan pada saat yang bersamaan, kekuatan dari metode Deed of Thorough Comprehension terpancar keluar, menempa kekuatan Jalur Agung di dalam tubuhnya. Sementara itu di dalam jiwa spiritualnya, huruf-huruf kuno dari Jalur Agung tampaknya berputar-putar untuk menjaga aura spiritual Ye Futian dan menghalangi serangan dari luar.     

"Huh." Shen Yao mendengus. Cahaya suci dari bagian tengah alisnya bersinar semakin terang. Cahaya itu bersinar bermil-mil jauhnya, dan seberkas cahaya yang tak terbatas sepertinya langsung diarahkan menuju Ye Futian. Pada saat ini, Ye Futian tampak sangat kecil di bawah cahaya suci tersebut.     

Pria yang dia hadapi bukanlah seorang kultivator Renhuang Plane biasa, tetapi seseorang yang berasal dari sebuah klan yang menguasai Dunia Atas—Renhuang dari Klan Dewa, darah para dewa mengalir di tubuhnya, dan dia termasuk dalam cabang keluarga utama dari garis keturunannya. Tetua Agung Tianhe menjadi pamannya sejak bibinya menikah dengannya. Bibinya adalah wanita yang paling didambakan oleh para pria kala itu.     

Untuk seseorang dengan asal-usul dan garis keturunan seperti itu, jangankan seseorang dari tingkat Saint Plane, bahkan Duan Qing dari Istana Kekaisaran di Dunia Tianhe—murid pribadi dari Tetua Agung Tianhe—tidak cukup kuat untuk berdiri di hadapannya karena mereka tidak berada pada tingkat yang sama.     

Saat ini, Shen Yao tampak sedikit terkejut. Biasanya, sulit bagi Renhuang biasa untuk berlindung dari teknik mata ilahi miliknya. Tapi hari ini, seorang pria di tingkat Saint Plane mampu memberikan perlawanan. Tidak heran pamannya memilih pria itu sebagai penerusnya; bakatnya benar-benar luar biasa.     

"Maafkan aku, Paman, karena kau menolak tuntutanku untuk membawanya ke Klan Dewa, aku harus bertindak seperti ini," ujar Shen Yao. Tekanan yang menyebar di udara semakin menguat, dan jiwa spiritual Ye Futian sedikit berguncang. Sementara tekanan dari Tetua Agung Tianhe menjadi semakin kuat seiring berjalannya waktu. Seolah-olah kekuatan yang dahsyat bisa terpancar keluar kapan saja.     

Pada saat yang bersamaan, di belakang Shen Yao, beberapa sosok terkemuka dari Klan Dewa melangkah ke depan. Mereka semua mengeluarkan sebuah aura yang mengerikan untuk menghadapi tekanan yang dikeluarkan oleh Tetua Agung Tianhe.     

Seluruh bagian dari pegunungan itu kini diselimuti oleh tekanan yang menyesakkan, dan banyak kultivator yang tingkat Plane-nya relatif rendah merasa kesulitan untuk bernapas, karena mereka sangat terpengaruh oleh tekanan tersebut.     

"Yang Mulia."     

Namun, pada saat ini, sepertinya terdapat sebuah aura yang sangat kuat menyebar dari kejauhan. Aura ini berasal dari tempat yang sangat jauh— Istana Kekaisaran dari Dunia Tianhe.     

"Ayah." Duan Qing mendongak dan tampak terkejut saat merasakan aura ini. Mengapa Ayahnya—sang Kaisar—tiba-tiba muncul sekarang? Apa yang telah terjadi?     

"Huh?" Shen Yao, kultivator dari Klan Dewa yang kini sedang memojokkan Ye Futian juga mengerutkan keningnya. Lelaki tua di sebelahnya bertanya, "Apa maksud kedatangan sang Kaisar kemari?"     

"Qin Xuangang telah kembali," sebuah suara bergema di udara, dan semua orang tampak antusias ketika mereka mendengar kata-katanya. Aura dari tubuh Shen Yao menghilang dengan cepat dari tubuh Ye Futian, begitu pula aura para kultivator lainnya. Mereka semua kini memusatkan perhatian mereka ke arah langit.     

Hati Duan Qing berdebar kencang. Qin Xuangang telah kembali?     

Dia tidak menyangka bahwa pria itu akan benar-benar kembali kemari.     

Ekspresi Tetua Agung Tianhe berubah. Pada akhirnya dia telah kembali.     

Hati Ye Futian berdebar kencang. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol ekspresinya agar dia tampak tenang.     

Di bagian samping, wajah Xu Ping'an menjadi pucat, dan detail seperti itu tidak akan dilewatkan oleh Shen Yao. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, ketika Duan Qing melaporkan bahwa seseorang telah menyelamatkan Xu Ping'an, sosok itu pasti Qin Xuangang, yang kini telah kembali ke Dunia Tianhe.     

Dia telah kembali dan pergi menemui orang tua Xu Ping'an, tapi dia tidak pergi ke Gunung Xiangren.     

Jika benar demikian, maka pemuda berambut abu-abu itu mungkin tidak ada hubungannya dengan Qin Xuangang.     

"Dimana dia sekarang?" Shen Yao bertanya.     

"Di luar Istana Kekaisaran," suara itu kembali terdengar. "Dia ingin bertemu dengan Duan Qing."     

"Ayo kita kembali," ujar Shen Yao dengan suara pelan, lalu dia langsung berbalik dan pergi. Bukan hanya dia saja, tetapi semua kultivator dari Klan Dewa dan Duan Qing juga berbalik dan melayang ke udara untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.     

 "Apakah kau juga akan pergi kesana?" Tetua Agung Tianhe mengirimkan suaranya pada Ye Futian dan bertanya apakah Ye Futian akan pergi kesana atau tidak.     

Ye Futian memahami arti dari pertanyaan itu. Karena guru memilih untuk muncul, itu berarti dia telah memutuskan untuk menghadapi segalanya.     

Jika dia pergi kesana, bisakah dia mengendalikan emosinya?     

"Saya akan pergi kesana," jawab Ye Futian, dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, Tetua Agung Tianhe mengangguk. Dalam sekejap, sebuah badai dari Jalur Agung bergulung menuju Ye Futian, dan keduanya menghilang dari Gunung Xiangren dalam sekejap.     

"Paman Grandmaster." Tatapan mata Xu Ping'an tertuju ke kejauhan, dan wajahnya tampak sangat pucat.     

…     

Pada saat ini, di luar Istana Kekaisaran dari Dunia Tianhe.     

Satu sosok berdiri di sana dengan tenang, dan di depannya terdapat sekelompok kultivator kuat, bahkan Kaisar Tianhe juga hadir. Dia berdiri di tempatnya, sambil mengamati sosok yang baru saja muncul itu.     

Qin Xuangang telah kembali. Dia datang dengan cara yang berani, yaitu dengan berdiri di depannya seperti ini.     

Dan, dia sekarang juga seorang Renhuang.     

Setelah mengalami krisis besar yang terjadi kala itu dan pergi dengan kondisi terluka parah, tidak mudah baginya untuk mencapai Renhuang Plane. Tidak heran jika Tetua Agung Tianhe memilihnya untuk dinikahkan dengan putrinya.     

Di kejauhan, banyak orang berkumpul di satu tempat. Qin Xuangang adalah nama yang tidak dikenal di Dunia Tianhe saat ini. Tapi, pada suatu ketika, peperangan di Dunia Tianhe yang disebabkan olehnya adalah sebuah bencana yang hampir menghancurkan Dunia Tianhe. Oleh karena itu, hingga hari ini, banyak orang masih mengingatnya—murid dan menantu dari Tetua Agung Tianhe.     

Qin Xuangang telah melepas topinya. Dia berdiri di tempatnya dengan tenang dan dengan keagungan yang murni. Tidak ada kemarahan atau ketakutan di wajahnya, yang ada hanya ketidakpedulian. Itu adalah jenis ketidakpedulian yang hanya mungkin terjadi ketika seseorang telah merelakan segalanya.     

Dia tidak berencana untuk muncul secepat ini atau dengan cara seperti ini. Tapi begitu dia mengetahui bahwa Klan Dewa akan datang dan langsung pergi menuju Gunung Xiangren, dia memutuskan untuk muncul lebih awal; dia akan mengakhiri semuanya dengan caranya sendiri.     

Di atas langit, terdapat cahaya suci yang mengalir ke bawah, diikuti oleh para kultivator dari Klan Dewa. Dalam sekejap, mereka muncul di atas tangga, sambil menatap ke arah Qin Xuangang.     

Setelah Qin Xuangang terluka parah kala itu, mereka telah mencarinya selama bertahun-tahun, tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Mungkin Qin Xuangang selalu berpindah tempat, dan mungkin dia pergi ke suatu tempat yang sangat jauh.     

Mereka tidak pernah menyangka bahwa dia akan kembali seorang diri.     

Kemudian, Duan Qing juga muncul di sana. Tatapan matanya langsung tertuju pada Qin Xuangang. Hal ini benar-benar di luar dugaannya.     

Setelah bertahun-tahun lamanya, pria yang menghilang kini telah kembali seorang diri. Dia bukanlah keturunan yang mereka bayangkan selama ini.     

Qin Xuangang mengamati ekspresi semua orang dengan tenang. Baru setelah Tetua Agung Tianhe datang, matanya berbinar. Dia berbalik dan memandang lelaki tua yang muncul di sana.     

Qin Xuangang berlutut ke arah Tetua Agung Tianhe, bahkan dahinya menyentuh permukaan tanah.     

"Karena kau telah kembali, mengapa kau tidak berkunjung ke Gunung Xiangren? Masalah ini sudah menjadi rahasia umum, apakah kau masih merasa khawatir bahwa hal ini akan menyakitiku?"     

"Saya adalah murid yang tidak pengertian." Qin Xuangang memandang ke arah Tetua Agung Tianhe dan berkata, "Untuk apa yang terjadi kala itu, saya tidak akan bisa menebus kesalahan saya pada Guru dan Tuan Puteri. Bagaimana mungkin saya bisa kembali ke Gunung Xiangren untuk menemui anda?"     

"Jika kau merasa bahwa kau tidak bisa menemuiku, mengapa kau kembali?" tanya Tetua Agung Tianhe dengan nada dingin. "Karena kau telah menghilang dari dunia ini, apa yang bisa kau lakukan dengan kembali kemari?"     

"Ada beberapa hal yang jika saya tidak kembali untuk menyelesaikannya, maka hati saya tidak akan pernah tenang," jawab Qin Xuangang. "Meskipun saya tidak mengunjungi Guru di Gunung Xiangren, saya masih memiliki secercah harapan bahwa saya akan bertemu Guru sekali lagi."     

Tetua Agung Tianhe memandang sosok itu, dan dia tidak bisa berkata-kata.     

Kala itu, dia sangat menyukai Qin Xuangang; jika tidak, dia tidak akan menerimanya sebagai menantu. Qin Xuangang memiliki pola pikir yang tenang. Keteguhan hatinya sangat luar biasa, dan filosofi mereka sejalan satu sama lain. Jika Qin Xuangang diberi waktu yang cukup, dia bisa menjadi seorang kultivator hebat yang bisa mewarisi kemampuannya. Sayangnya, krisis yang terjadi di masa lalu telah menghancurkan segalanya.     

"Kau benar-benar murid yang tidak biasa," jawab Tetua Agung Tianhe dengan sedikit ketidaksenangan. Apakah begitu sulit untuk memandangnya?     

Sekarang setelah Qin Xuangang muncul, Klan Dewa pasti akan membawanya pergi, tidak peduli bagaimanapun caranya.     

Kemunculannya menunjukkan bahwa dia tidak akan bisa pergi lagi.     

"Karena Adik Junior bersikap sangat bijaksana, mengapa Guru justru merasa tidak senang?" Saat ini, terdengar sebuah suara di suatu tempat; sosok yang baru saja berbicara adalah Duan Qing. Dia memandang ke arah Tetua Agung Tianhe dan berkata, "Adik Junior telah kembali, mungkin dia melakukannya agar Guru dapat terbebas dari semua ini."     

Tetua Agung Tianhe memandang ke arah Duan Qing dan berkata, "Aku tidak memiliki murid yang berbohong dan menipu guru mereka, sehingga berujung pada kehancuran. Kau tidak layak menjadi muridku."     

Duan Qing tertegun. Meskipun apa yang telah terjadi kala itu telah diketahui oleh banyak orang, dan semua orang bisa menebak apa yang terjadi, namun hal itu selalu dibicarakan secara diam-diam, tidak pernah dibicarakan di depan umum. Bahkan Tetua Agung Tianhe tidak pernah menyinggung masalah tersebut.     

Namun, pada saat ini, dia secara terang-terangan menuduhnya telah menipu dan ingin mencelakai gurunya. Dia mengerti bahwa mungkin dengan kembalinya Qin Xuangang, semuanya akan berakhir, dan gurunya tidak lagi peduli pada apa pun.     

"Saya tidak melakukan kesalahan apa pun," ujar Duan Qing pada Tetua Agung Tianhe. Semua orang terlahir dengan kehidupan dan posisinya masing-masing. Dia tidak berpikiran bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia adalah seseorang yang berasal dari Istana Kekaisaran dengan darah keluarga kekaisaran yang mengalir di dalam nadinya. Semua keturunan dari Klan Dewa mewakili kehendak Klan Dewa sebagai kehendak mereka sendiri, termasuk dirinya sendiri. Kepentingan Istana Kekaisaran adalah prioritas utama baginya.     

Duan Qing tidak mungkin bisa menyaksikan Istana Kekaisaran runtuh bersama Qin Xuangang. Dia harus melindungi Istana Kekaisaran karena ini adalah klannya, dan dia harus melakukan sesuatu agar keluarganya dapat terus berdiri dan keluar dari krisis ini.     

Oleh karena itu, dia tidak memiliki penyesalan apa pun, dan hati nuraninya bersih. Jika dia bisa memutar waktu, dia akan tetap memilih untuk melakukan hal yang sama seperti kala itu.     

Ye Futian menyaksikan semua ini dengan tenang, dan hatinya terasa campur aduk, tetapi ekspresinya tetap datar. Sejak dia tiba, Qin Xuangang sama sekali tidak memandangnya. Seolah-olah mereka adalah orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.