Legenda Futian

Membunuh



Membunuh

3"Kau tidak melakukan kesalahan apa pun?!"     
0

Qin Xuangang mengalihkan perhatiannya pada Duan Qing; tatapan matanya menunjukkan keinginan membunuh yang mengerikan. "Pikirkan kembali bagaimana kakak senior kita memperlakukanmu? Dia menganggapmu seperti saudaranya sendiri, dan mengajarimu seolah-olah dia adalah ayah bagimu. Ketika guru tidak punya waktu luang, dia adalah orang yang membimbingmu dalam berkultivasi. Ketika kau menemui masalah dalam kultivasi, kau juga meminta petunjuk dari kakak senior. Apakah kau ingat bagaimana kau membawa orang-orang dari Klan Dewa untuk membunuh kakak seniormu sendiri? Dan sekarang kau mengaku bahwa kau tidak melakukan kesalahan apa pun?     

"Kakak senior kita adalah Kaisar Pedang Gentleman. Dia menjalani kehidupannya dalam kebenaran, tanpa kelicikan sedikit pun, dan selalu bijaksana. Setiap kali ada adik junior kita yang membutuhkan sesuatu, dia selalu bersedia membantu, namun pada akhirnya dia dikhianati oleh adik juniornya sendiri. Ketika pedangnya rusak, dia tidak menuduh orang lain kecuali dirimu dan menanyakan alasan kenapa kau melakukan hal tersebut. Apakah ini yang dimaksud dengan tidak melakukan kesalahan apa pun?"     

Nada bicara Qin Xuangang terdengar tegas, dan setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan rasa dendam.     

Ekspresi Duan Qing berubah, dan banyak orang di luar Istana Kekaisaran telah mendengar apa yang dikatakan oleh Qin Xuangang. Mereka sangat terkejut. Meskipun ada beberapa rumor yang beredar kala itu, namun mendengar cerita Qin Xuangang tentang kejadian tersebut di depan umum masih membuat mereka terkejut.     

Istana Kekaisaran telah mengkhianati Tetua Agung Tianhe.     

"Apakah kau ingat bagaimana kakak ketujuh memperlakukanmu? Dia telah menjanjikan saudarinya sendiri untuk menikah denganmu. Dan kala itu ketika dia berada dalam bahaya di luar sana, dia kehilangan lengan karena melindungimu dan hampir kehilangan nyawanya sendiri. Apakah kau ingat bagaimana kakak ketujuh dan saudarinya memandangmu ketika mereka sekarat? Ini yang kau maksud dengan tidak melakukan kesalahan apa pun?"     

Qin Xuangang terus menerus menanyainya. Kala itu, banyak dari mereka berhasil melarikan diri, tetapi semua ini disebabkan karena tindakan sang pengkhianat, Duan Qing. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengira bahwa Duan Qing, sosok yang ikut melarikan diri bersama mereka dan sudah dianggap sebagai salah satu dari mereka, diam-diam berkomplot dengan Klan Dewa dan menipu sehingga banyak dari mereka tewas terbunuh.     

Pada akhirnya, gurunya dan Tuan Putri bertarung habis-habisan dan berakhir di ambang kematian. Tuan Puteri mencoba segala cara untuk memukul mundur mereka, tetapi pada akhirnya, dia mengorbankan dirinya sendiri sehingga dia dan Feixue bisa melarikan diri. Baginya, periode waktu itu adalah masa tergelap dalam hidupnya. Jika bukan karena Feixue, dia akan memilih untuk kembali dan mati bersama istrinya dalam pertarungan.     

"Aku harus mengambil pilihan. Meski sulit, pada akhirnya aku memilih keluargaku," ujar Duan Qing. Meskipun dia terlihat kesal, pikirannya tidak terganggu oleh hal ini. Memang benar bahwa guru dan saudarinya sangat baik padanya, dan dia bersalah karena ikut berperan dalam kematian mereka, tetapi jika dia tidak mengambil pilihan itu, apa yang akan terjadi dengan keluarganya sendiri?     

Bagaimana dengan Istana Kekaisaran?     

Semuanya akan hancur.     

"Demi keluarga?" Qin Xuangang tertawa sinis. "Para pengecut selalu bisa menemukan alasan untuk membenarkan tindakan mereka. Seperti apa sikap yang ditunjukkan oleh Kaisar Tianhe ketika dia datang mengunjungi guru untuk meminta izin agar kau bisa menjadi muridnya, dan menyebut guru sebagai simbol dari Dunia Tianhe? Setelah bertahun-tahun mengenal satu sama lain, pada akhirnya kau berbohong bahwa kau ikut bertempur bersama kami. Berpura-pura meremehkan Klan Dewa hanya untuk mengetahui bahwa kau ternyata adalah komplotan mereka. Apakah semua ini benar-benar kau lakukan karena kau hanya ingin melindungi diri sendiri?"     

"Jika ini memang benar adanya, kau bisa saja secara terang-terangan mengakhiri hubungan dengan guru dan berpihak pada Klan Dewa. Apakah Klan Dewa akan menghancurkan Istana Kekaisaran?" Qin Xuangang memandang Duan Qing dan bertanya, "Apakah ini yang kau maksud dengan mengatakan bahwa kau tidak melakukan kesalahan apa pun?"     

Suaranya mengguncang udara, mengirimkan gelombang kejut ke benak semua orang.     

Dia tidak melakukan kesalahan apa pun? Karena hal itu dilakukan untuk kelangsungan hidup keluarganya?     

Sungguh alasan yang terdengar mulia. Faktanya, hal itu terjadi karena Tetua Agung Tianhe terlalu kuat dan secara tidak resmi menjadi pemimpin dari Dunia Tianhe. Karena itulah, Istana Kekaisaran menyusun rencana untuk menghancurkan Tetua Agung Tianhe melalui Klan Dewa, sehingga mereka bisa menjadi penguasa dari Dunia Tianhe yang sesungguhnya.     

"Qin Xuangang." Tiba-tiba terdengar suara keras, dan jubah yang dikenakan oleh Kaisar Tianhe berkibar di udara. Tatapan matanya tertuju pada Qin Xuangang. Dia berkata dengan suara keras, "Saat kau menanyai Duan Qing, kau sama sekali tidak berpikiran bahwa semua ini dimulai darimu?"     

Qin Xuangang memandang Kaisar Tianhe dan berkata dengan nada serius, "Saya memang bersalah. Itulah mengapa saya kembali kemari."     

Beberapa hal perlu diselesaikan hingga tuntas.     

"Karena kau telah kembali, kembalilah bersama kami ke Klan Dewa." Di arah lainnya, cahaya suci yang menyilaukan pada tubuh Shen Yao dari Klan Dewa kini menyinari tubuh Qin Xuangang. Tapi selain itu, aura para kultivator lainnya dari Klan Dewa juga menyelimuti Qin Xuangang.     

Karena Qin Xuangang telah kembali, dia harus dibawa pergi hari ini, bahkan Tetua Agung Tianhe tidak bisa ikut campur dalam hal ini. Sosok-sosok terkemuka dari Klan Dewa akan datang kemari untuk membawanya pergi.     

Saat Qin Xuangang muncul, takdir telah ditentukan, dan tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya.     

"Tidak masalah." Qin Xuangang memandang ke arah Shen Yao dan berkata, "Tapi sebelum itu, aku ingin menyelesaikan masalahku dengan Duan Qing terlebih dahulu."     

Orang-orang dari Klan Dewa selalu mengawasinya. Alasan mengapa mereka belum mengambil tindakan adalah karena Tetua Agung Tianhe berada di sana, dan mereka masih belum bisa memastikan statusnya dalam situasi ini.     

"Guru, hal terakhir yang saya minta dari anda adalah jika ada yang mencoba untuk ikut campur, tidak peduli siapa pun itu, bunuh saya tanpa ragu-ragu, anggap saja seolah-olah anda sedang membersihkan rumah anda, dan singkirkan murid yang tidak berguna ini," ujar Qin Xuangang pada Tetua Agung Tianhe. Suaranya mengandung tekad yang membuat orang-orang dari Klan Dewa merasa gelisah.     

Qin Xuangang tidak meminta Tetua Agung Tianhe untuk menghentikan mereka karena Qin Xuangang tidak ingin gurunya berhadapan dengan Klan Dewa. Dia justru meminta Tetua Agung Tianhe untuk membunuhnya.     

"Baiklah." Tetua Agung Tianhe mengangguk setuju. Dalam sekejap, sebuah kekuatan dari Jalur Agung yang mengerikan menyelimuti area yang luas tersebut, langsung diarahkan pada Qin Xuangang seolah-olah dia benar-benar akan membunuh Qin Xuangang pada saat itu juga.     

Hal ini membuat orang-orang dari Klan Dewa tampak khawatir.     

"Karena dia ingin bertarung, Duan Qing, bertarunglah melawannya," ujar Shen Yao sambil memandang orang-orang dari Istana Kekaisaran. "Orang-orang dari Istana Kekaisaran tidak boleh ikut campur."     

Dia memberi Qin Xuangang kesempatan untuk menuntaskan dendamnya.     

Tapi tidak peduli bagaimana konflik ini akan berakhir, nasib Qin Xuangang tidak akan berubah. Klan Dewa bertekad untuk membawanya pergi; tidak ada alternatif lain baginya.     

"Baiklah." Duan Qing juga mengangguk dan maju selangkah. "Setelah bertahun-tahun lamanya, aku juga ingin melihat perkembangan dari kultivasimu."     

Cahaya dari metode Deed of Thorough Comprehension langsung menyelimuti tubuh Qin Xuangang. Dia melangkah ke depan, dan udara berguncang hebat, cahaya suci dari Jalur Agung mengalir di sekitarnya, menyelimuti tubuh Qin Xuangang. Dalam sekejap, tubuhnya berubah menjadi tungku ilahi dari Jalur Agung, menempa aura dari Jalur Agung dunia di sekitarnya.     

"Apakah kau merasa menyesal saat kakak senior kita menanyaimu?" Ketika Qin Xuangang bergerak, tiba-tiba sebuah suara bergema di antara langit dan bumi, menggelegar di benak Duan Qing.     

Selain itu, ada juga sebuah kekuatan Renhuang yang menyelimuti tubuh Duan Qing. Dalam sekejap, saat jubahnya berkibar di udara, seberkas cahaya keemasan yang menyilaukan menyelimuti tubuhnya. Kekuatannya tidak kalah dari Qin Xuangang.     

Bahkan orang-orang yang berada di kejauhan bisa merasakan kekuatan dari dua Renhuang itu dan hati mereka berdebar kencang. Beberapa dari mereka kesulitan untuk menahan tekanan itu dan memilih untuk mundur, tetapi Tetua Agung Tianhe dan para kultivator dari Klan Dewa masih berdiri di tempatnya tanpa bergerak sedikit pun.     

Ye Futian juga masih berdiri di sana, tepatnya di belakang Tetua Agung Tianhe, menyaksikan pertarungan yang dijalani oleh gurunya itu.     

Dia tahu bahwa ini mungkin akan menjadi pertempuran terakhir dari gurunya.     

Cahaya dari Jalur Agung yang tak terbatas terpancar ke bawah dan menyinari Qin Xuangang. Huruf-huruf yang menandakan Langit, Bumi, Air, dan Api mengelilingi tubuhnya dan jumlahnya semakin banyak. Tidak lama kemudian, huruf-huruf kuno itu menyelimuti area yang luas tersebut. Huruf-huruf itu bergerak di atas langit hingga akhirnya huruf yang tak terhitung jumlahnya itu juga muncul di sekitar tubuh Duan Qing.     

Lima elemen dari langit dan bumi serta Jalur Agung dunia membentuk sebuah pola raksasa dengan menjadikan tubuh Qin Xuangang sebagai titik pusatnya. Itu adalah diagram Jalur Agung langit dan bumi. Di dalam diagram itu, huruf-huruf yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar, dan di dalam tubuh Qin Xuangang, tampaknya juga ada sebuah diagram yang tak jauh berbeda dengan diagram ini, yaitu Roda Ilahi dari Jalur Agung yang telah beresonansi dengan dunia.     

"Saudara-saudara kita meninggal dunia dengan menyimpan dendam yang tak terbalaskan. Ketika mereka memandangmu saat sekarat, apakah kau pernah merasakan penyesalan?" Qin Xuangang bertanya lagi. Dia terus melangkah ke depan. Di bawah kendali Roda Ilahi dari Jalur Agung, berbagai macam kekuatan dari Jalur Agung bermunculan di dalam diagram tersebut, tetapi semua kekuatan itu mengandung tekanan mengerikan yang mampu menghancurkan dunia.     

Pada saat ini, Duan Qing bisa merasakan sebuah tekanan menimpa tubuhnya, tetapi dia tidak terlalu khawatir akan hal tersebut. Adik juniornya ini bukanlah sosok yang memiliki bakat menonjol kala itu, tetapi melalui proses kultivasi yang dia lalui, dia telah membentuk sistemnya sendiri, yang dikagumi oleh guru mereka. Tampaknya dia telah membuat sesuatu dari dirinya sendiri dan dia benar-benar mampu menggabungkan metode Deed of Thorough Comprehension ke dalam Roda Ilahi dari Jalur Agung.     

Namun, Duan Qing juga bukan sosok yang lemah.     

Kekuatan dari Roda Ilahi itu terpancar keluar, dan cahaya suci keemasan yang mengerikan menyebar ke seluruh tempat, berhadapan dengan diagram langit dan bumi tersebut. Terdengar suara gesekan yang mengerikan saat dua kekuatan itu bertabrakan di udara.     

Qin Xuangang bertanya apakah selama ini dia pernah merasa menyesal akan tindakannya.     

Faktanya, dia tidak pernah merasa menyesal. Bahkan jika apa yang dia lakukan telah menyakiti orang lain, dia tetap beranggapan bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun.     

Bagaimanapun juga, ada perbedaan antara guru dan keluarganya. Jika setiap orang bertanggung jawab atas diri mereka sendiri, maka keluarga akan bertanggung jawab satu sama lain. Saat dihadapkan dengan pilihan antara keluarga atau gurunya, terutama saat gurunya sedang dikepung, tentu saja dia akan mengambil pilihan yang paling menguntungkan baginya.     

Ketika Qin Xuangang menatap mata Duan Qing, dia mengetahui jawabannya.     

Di bawah pengaruh metode Deed of Thorough Comprehension, tungku ilahi dari Jalur Agung itu berputar, dan cahaya suci yang dipancarkan menjadi semakin terang. Sinar-sinar dari cahaya suci itu mengalir menuju diagram Jalan Agung yang dibentuk dari bagian tengah alisnya. Sinar-sinar itu menyatu ke dalam setiap huruf kuno tersebut. Pada saat ini, Qin Xuangang memejamkan matanya, dan huruf yang tak terhitung jumlahnya itu sepertinya mengandung aura Qin Xuangang di dalamnya. Tekanan yang dihasilkan sangat mengerikan, langsung diarahkan menuju Duan Qing.     

Pada saat yang bersamaan, Duan Qing membentuk segel dengan tangannya, dan tubuhnya tiba-tiba membesar. Dengan diselimuti oleh cahaya keemasan itu, tubuhnya sepertinya telah berubah menjadi patung seorang dewa. Untuk menghadapi serangan dari Qin Xuangang yang begitu dahsyat, untuk sementara dia memilih untuk bertahan.     

*Brak*     

Qin Xuangang kembali mengambil langkah dan langsung bergerak menuju bagian atas dari kepala patung tersebut. Matanya tetap terpejam, tetapi segala sesuatu yang ada di dunia luar bisa dilihat di dalam benaknya.     

Qin Xuangang mendongak. Pada saat ini, tubuhnya seolah-olah terbakar akibat tungku ilahi itu, dan auranya juga ikut terbakar. Sementara huruf-huruf kuno yang mengelilingi diagram langit dan bumi kembali dihancurkan. Namun tidak lama kemudian, huruf-huruf itu muncul lagi dan memenuhi langit, seperti tidak ada habisnya.     

Pada saat ini, Qin Xuangang tampak seperti seorang dewa. Tangannya membentuk sebuah segel, dan tiba-tiba, semua huruf yang tak terbatas di antara langit dan bumi itu melesat ke arahnya, menyatu ke dalam pikiran serta tubuhnya, lalu ke dalam tungku ilahi dari Jalur Agung.     

Saat cahaya suci yang tak terbatas itu mengalir ke bawah, Qin Xuangang saat ini tampaknya sedang menyerap sebuah kekuatan yang menakjubkan. Darah mengalir dari matanya yang terpejam, sehingga menghasilkan pemandangan yang mengejutkan untuk dilihat.     

"Kau sama sekali tidak merasa menyesal?" Qin Xuangang berbisik, dan para kultivator dari Klan Dewa yang berada di atas langit mengerutkan kening. Salah satu dari mereka langsung mengeluarkan aura yang kuat, dan Shen Yao juga bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia berkata, "Hentikan dia."     

Namun, pada saat ini, seberkas cahaya suci yang tak tertandingi mengalir ke bawah. Seolah-olah jiwa spiritual milik Qin Xuangang telah keluar dari tubuhnya dan bergabung bersama cahaya suci yang turun dari atas langit tersebut. Sosok itu mendarat tepat di depan Duan Qing, seperti seorang dewa ilahi, dan dengan satu ayunan jarinya, huruf-huruf yang tak terhitung jumlahnya berjatuhan dari atas langit.     

Dalam sekejap, jiwa spiritual Duan Qing ditembus oleh cahaya suci dari Jalur Agung, dan sebuah ledakan terdengar setiap kali cahaya itu menembus jiwa spiritualnya. Wajah Duan Qing menunjukkan ketakutan yang luar biasa; wajahnya kini tampak sangat pucat.     

"Sekarang, apakah kau menyesalinya?!" Sebuah suara terdengar melalui jiwa spiritual Duan Qing yang telah hancur, dan wajahnya dipenuhi oleh ketakutan. Pada saat ini, perjalanan hidupnya terlintas di depan matanya, dan dia memikirkan momen-momen saat dia berkultivasi di bawah bimbingan Tetua Agung Tianhe. Dia juga teringat akan kakak-kakak seniornya dan keputusasaan mereka sebelum mereka meninggal dunia.     

Benarkah tidak ada penyesalan di dalam hatinya?     

*Brak*     

Cahaya yang menyilaukan itu tiba, dan tubuh Duan Qing gemetar. Kemudian dia jatuh dari atas langit; jiwa spiritualnya hancur tak bersisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.