Legenda Futian

Tunduk



Tunduk

1Dunia Imperial memiliki pasukan terbesar dan terkuat di antara dunia-dunia lainnya.     1

Dan Akademi Sky Reaching adalah salah satunya.     

Bangunan menakjubkan yang berdiri di atas Pegunungan Sky Reaching yang saat ini dikunjungi oleh Tetua Agung Tianhe dan Ye Futian adalah Akademi Sky Reaching.     

"Wakil Dekan dari Akademi Sky Reaching pernah berteman denganku. Murid-murid dari akademi itu juga dulunya sangat kuat. Jika kau pergi bersama mereka ke Reruntuhan Dewa, mungkin perjalananmu akan menjadi sedikit lebih mudah," ujar Tetua Agung Tianhe. Para kultivator yang tak terhitung jumlahnya akan berpartisipasi dalam perjalanan ini. Semua sosok terkemuka dari 3.000 Dunia Jalur Agung akan berkumpul di satu tempat untuk memperebutkan kesempatan yang diberikan oleh sang Kaisar Agung kepada mereka.     

Meskipun Ye Futian sangat berbakat, akan sangat sulit baginya untuk menjalani perjalanan ini sendirian. Kecerobohan sekecil apa pun akan membawanya ke jalan buntu.     

"Namun, Dekan dari Akademi Sky Reaching adalah sosok yang sangat sombong, dan semua muridnya juga mewarisi sebagian kecil dari kepribadiannya itu. Dulu aku berteman dengan sang Wakil Dekan, tetapi sekarang situasinya telah berbeda, dan mungkin permohonanku akan ditolak. Sebaiknya kau tidak usah berharap terlalu banyak," ujar Tetua Agung Tianhe. Ye Futian mengangguk pelan sebagai jawaban.     

Sepertinya Tetua Agung telah memikirkan hal ini dengan matang dan memiliki pandangan yang jelas tentang situasi yang sedang mereka hadapi. Dia pernah menjadi menantu dari Klan Dewa, sosok dengan kekuatan yang luar biasa dan masa depan yang cerah. Sekarang segala sesuatunya telah berubah, dan tidak mengejutkan apabila permohonannya ditolak.     

Tapi dia tetap datang kemari, dengan mempertaruhkan kehormatannya. Dia adalah Tetua Agung Tianhe, jadi mudah untuk membayangkan sosok seperti apakah dirinya di masa lalu. Waktu yang telah berlalu bertahun-tahun lamanya sangat memengaruhinya, dan kepribadiannya juga telah berubah.     

Keduanya menaiki tangga langit di hadapan mereka dan Ye Futian menyaksikan pemandangan di depannya. Di bawah tangga itu terdapat sebuah jurang tak berujung, melengkapi deretan gunung yang menjulang tinggi ke atas langit dan menopang bangunan tersebut. Jurang itu dipenuhi dengan aura yang mengerikan, dan kobaran api dari Jalur Agung menari-nari di dalamnya, sementara petir penghancur saling menyambar. Itu adalah sebuah kombinasi kekuatan penghancur yang mengerikan, dan cahaya mengerikan terus menerus menyinari tangga tersebut.     

Mereka bisa merasakan ancaman yang sangat berbahaya di puncak tangga itu.     

Hal yang lebih mengerikan adalah, mereka bisa melihat sosok-sosok yang sedang berkultivasi di dalam jurang kehancuran tersebut. Sebuah jurang tak berbatas benar-benar digunakan sebagai tempat untuk berkultivasi bagi mereka.     

Keduanya berjalan menuju bangunan tersebut. Terdapat sebuah gerbang raksasa di depannya, dengan dilengkapi oleh dua penjaga di bagian luar. Mereka memandang dua orang yang menghampiri mereka.     

Pada saat ini, satu sosok berjalan keluar dari gerbang itu dan membungkuk hormat pada Tetua Agung Tianhe. "Wakil Dekan mengetahui bahwa anda telah tiba, dan beliau memyuruh saya untuk menyambut anda. Silahkan masuk."     

Tetua Agung Tianhe mengangguk. "Terima kasih." Dia tidak merasa bahwa ada sesuatu yang aneh tentang hal ini. Mereka baru saja menaiki tangga langit, jadi wajar saja jika ada seseorang yang menunggu mereka.     

Akademi Sky Reaching sangat luas, seperti sebuah istana yang sesungguhnya. Saat memasuki tempat itu, mereka harus meningkatkan kecepatan mereka untuk mencapai sebuah kuil kuno yang megah di dalamnya. Seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah bermotif api kegelapan berjalan keluar untuk menemui mereka. Rambutnya yang berwarna hitam legam menjuntai ke alisnya, dan dia memiliki janggut berwarna hitam. Tubuhnya kekar dan tampak mengesankan.     

"Sudah bertahun-tahun lamanya, Tetua Agung Tianhe. Kau sudah banyak berubah," ujar pria paruh baya itu. Suaranya terdengar seperti gemuruh petir, mengguncang gendang telinga orang-orang saat dia berbicara. Untuk seseorang di tingkat Ye Futian, mendengarnya berbicara mampu mengguncang pikirannya. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia adalah sosok yang sangat kuat.     

Apalagi, dia tidak melakukan hal ini dengan sengaja. Cara bicaranya memang seperti ini.     

"Aku memang selalu bersikap tidak sopan," ujar Tetua Agung Tianhe sambil tersenyum. "Futian, ini adalah Wakil Dekan dari Akademi Sky Reaching. Dia adalah teman lamaku."     

"Salam hormat, Tetua. Nama saya Ye Futian," ujar Ye Futian sambil membungkuk hormat. Dia tidak menyembunyikan identitasnya. Semua kultivator terkemuka dari 3.000 Dunia Jalur Agung berpartisipasi dalam perjalanan ini, terutama mereka yang berasal dari pasukan-pasukan besar. Jadi, tidak ada gunanya menyembunyikan identitasnya.     

Meskipun orang-orang dari Dunia Imperial pernah mendengar namanya, dan sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa dia pernah menjadi murid Lord Taixuan yang merupakan teman baik dari Tetua Agung Tianhe, orang-orang dari Dunia Higher Heavens tetap akan berpikiran bahwa dia adalah murid dari Lord Taixuan. Sementara orang-orang dari Klan Dewa mengetahui kebenarannya, bahwa Lord Taixuan telah mengirimnya ke Dunia Tianhe, tetapi mereka tidak akan terlalu memedulikan hal ini.     

Jika pemimpin sebelumnya tidak muncul, Klan Shen akan menyelidiki Ye Futian. Tetapi karena mereka telah menangkap gurunya, mereka tidak menaruh perhatian pada Ye Futian. Mereka telah menangkap Qin Xuangang, jadi mengapa mereka harus memedulikan muridnya?     

Qin Xuangang hanya muncul dua kali. Dia pertama kali muncul saat pertempuran di Pegunungan Origin berlangsung, dimana hanya beberapa orang yang mengenalnya. Pada saat dia muncul untuk kedua kalinya, jumlah orang yang melihatnya lebih banyak dari sebelumnya. Dia telah mengalahkan Yi Tianyu, tetapi tidak ada seorang pun yang pernah mendengar namanya. Dia tidak peduli apakah orang-orang mengetahui namanya atau tidak. Orang-orang dari Dinasti Dali hanya mengenalnya sebagai sang Penasihat Kekaisaran.     

Jika seseorang ingin menyelidikinya, mereka akan melihat betapa berbakatnya muridnya, Ye Futian. Dia telah berkultivasi di Celestial Gate of Vast Heaven, pernah mengalahkan Yi Tianyu, telah berkultivasi di Gunung Taixuan dan telah mengalahkan semua lawannya di Istana Divine. Maka dari itu, orang-orang akan mengabaikan Qin Xuangang.     

Jadi, kecuali mereka menyelidiki segala sesuatu tentang Ye Futian secara menyeluruh, maka pada dasarnya tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengungkap fakta bahwa Qin Xuangang dan Ye Futian memiliki hubungan sebagai guru dan murid.     

Wakil Dekan memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Aku tidak menyangka bahwa Tetua Agung Tianhe akan merekrut murid lagi. Kau pasti sangat berbakat."     

Ada beberapa murid yang berdiri di samping Wakil Dekan. Tatapan mata mereka seperti kilatan petir, dan aura mereka tampak luar biasa saat mereka memandang ke arah Ye Futian.     

"Aku sudah semakin tua, dan tentu saja, aku ingin menemukan seseorang yang dapat menjadi penerusku," ujar Tetua Agung Tianhe. "Futian memang sangat berbakat. Saat ini dia berada di puncak Saint Plane. Aku membawanya kemari untuk meminta bantuanmu: apakah dia boleh pergi untuk menjalani ujian di Reruntuhan Dewa bersama murid-murid dari Akademi Sky Reaching?"     

Tatapan mata Wakil Dekan menjadi serius saat dia memandang Ye Futian. Dia terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Tetua Agung Tianhe, kita pernah menjalin hubungan yang sangat dekat. Apa pun yang kau minta, aku akan bersedia melakukannya untukmu. Tapi kau juga tahu bahwa Reruntuhan Dewa adalah sesuatu sangat penting saat ini, dan kami tidak dapat mentolerir kesalahan sekecil apa pun. Bahkan guruku menaruh perhatian besar pada masalah ini. Jika aku mengizinkan muridmu untuk ikut dengan kami, hal itu mungkin akan menarik hawa permusuhan dari Klan Dewa, dan bisa saja membuat mereka berbalik menjadi musuh kami. Ini bukanlah hal yang menguntungkan untuk Akademi Sky Reaching. Maka dari itu, sepertinya aku tidak memiliki wewenang untuk melakukan hal ini untukmu."     

Ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Wakil Dekan, Tetua Agung Tianhe mengangguk pelan dan berkata, "Aku tidak ingin merepotkanmu lagi kawanku, jadi aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Sampai jumpa."     

"Kau tidak bisa tinggal sebentar?" tanya Wakil Dekan.     

"Tidak bisa, aku harus membawanya ke tempat lain," ujar Tetua Agung Tianhe.     

"Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mengantarmu keluar." Wakil Dekan tidak bisa berlama-lama, jadi mereka pamit undur diri dan pergi.     

Keduanya perlahan-lahan menghilang di kejauhan, sebelum akhirnya menghilang dari pandangan semua orang. Wakil Dekan menghela napas dan berkata, "Aku tidak menyangka bahwa Tetua Agung Tianhe akan datang kemari untuk memohon agar kita membawa muridnya ke Reruntuhan Dewa. Dia memang sudah semakin tua."     

Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjadi di masa lalu.     

Dia adalah Tetua Agung Tianhe. Dia telah menikah dengan seorang putri dari Klan Dewa dan berani menentang mereka.     

Sekarang, masa keemasannya sudah lama berlalu. Dia hanya ingin menemukan penerusnya.     

"Akan ada banyak kultivator yang berpartisipasi dalam perjalanan menuju Reruntuhan Dewa ini, dan Tetua Agung Tianhe menyuruh kita untuk menentang Klan Dewa demi muridnya. Dia terlalu percaya diri pada kemampuannya," ujar seorang pemuda di sampingnya yang matanya bersinar dengan cahaya petir dan api. Nada bicaranya sedingin es dan terkesan mengejek. Dia tidak memiliki rasa hormat terhadap seorang Tetua seperti Tetua Agung Tianhe.     

Ketika Tetua Agung Tianhe meraih ketenaran, dia masih belum lahir ke dunia ini.     

Wakil Dekan tersenyum. Tetua Agung Tianhe selalu menganggap dirinya memiliki status yang sangat tinggi. Lagipula, saat itu, dia berhak untuk melakukan hal tersebut. Tapi sekarang segala sesuatunya telah berubah.     

Rumor mengatakan bahwa belum lama ini, istrinya telah dibawa pergi oleh Klan Dewa. Sekarang harapan terakhirnya adalah untuk mewariskan kemampuannya pada seorang murid.     

Tapi bagaimana caranya mereka bisa mengatasi rintangan sebesar Klan Dewa?     

Bisakah dia melakukannya dengan membimbing seorang murid baru?     

Itu benar-benar sebuah tugas yang mustahil untuk diselesaikan.     

Setelah Tetua Agung Tianhe membawa Ye Futian pergi, mereka berdua mengunjungi dua pasukan lainnya. Namun hasilnya selalu sama: mereka ditolak.     

Meskipun semua orang tetap menyambutnya dengan sopan karena dia adalah Tetua Agung Tianhe, namun tidak ada antusiasme dalam sambutan mereka, dan mereka menolaknya secara terang-terangan. Siapa yang berani menyinggung salah satu pasukan terkuat demi Tetua Agung Tianhe?     

Terlebih lagi, tidak ada untungnya bagi mereka untuk membawa serta Ye Futian ke Reruntuhan Dewa.     

Mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun darinya. Meskipun dia adalah penerus dari Tetua Agung Tianhe, hanya segelintir orang yang peduli tentang hal itu. Menurut mereka, membawa Ye Futian bersama mereka sama saja dengan menentang Klan Dewa secara terang-terangan. Bukankah hal itu hanya akan menjadi beban tambahan bagi mereka?     

Pada saat ini, Tetua Agung Tianhe dan Ye Futian sedang dalam perjalanan. Ye Futian memandang ke arah gurunya dan bertanya, "Apakah kita akan mengunjungi tempat lainnya?"     

Mereka sudah tiga kali ditolak secara berturut-turut. Bahkan Tetua Agung Tianhe mulai merasa terhina. Tapi dia telah mengatakan bahwa dia tidak peduli akan hal tersebut. Karena Tetua Agung masih bersikeras pada ambisinya, maka dia tidak akan mengajukan protes.     

"Tidak, hanya mereka orang-orang di Dunia Imperial yang memiliki hubungan baik denganku," jawab Tetua Agung Tianhe.     

"Lalu kemana kita akan pergi selanjutnya?" tanya Ye Futian.     

"Ke Kota Reruntuhan, pintu masuk menuju Reruntuhan Dewa," jawab Tetua Agung Tianhe. "Kita akan menunggu Taixuan di sana."     

Ye Futian mengangguk pelan dan tidak mengatakan apa-apa. Dia menatap ke arah gurunya.     

Pada kenyataannya, dia mulai merasa curiga.     

Pada awalnya, dia mengira bahwa gurunya benar-benar hanya ingin mencari sebuah pasukan untuk bepergian bersamanya, tetapi sejak awal, gurunya telah mengingatkannya untuk tidak terlalu berharap akan hal ini.     

Tapi mereka telah ditolak tiga kali berturut-turut, jadi dia tidak lagi memikirkan hal ini.     

Tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka akan ditolak, tetapi gurunya tetap bersikeras. Melihat sikap gurunya ini, Ye Futian menduga bahwa gurunya melakukan hal ini dengan sengaja.     

Orang lain mungkin tidak dapat melihatnya dengan jelas, tetapi dia selalu mendampingi gurunya dan dapat membaca rencananya. Dia menduga bahwa gurunya melakukan hal ini untuk seseorang.     

Mungkinkah semua ini dilakukan untuk Klan Dewa?     

Lalu apa tujuan dari gurunya melakukan hal ini?     

Apakah dia ingin Klan Dewa meremehkan kemampuannya?     

Meskipun Ye Futian merasa curiga, namun gurunya tidak mengatakan apa pun, jadi dia tidak bertanya padanya.     

Keduanya melanjutkan perjalanan mereka, bergegas pergi menuju Kota Reruntuhan. Mereka tidak sendirian. Pada saat ini, banyak kultivator dari Dunia Imperial juga pergi kesana.     

Berita bahwa Tetua Agung Tianhe telah kembali ke Dunia Imperial perlahan-lahan menyebar ke telinga banyak orang. Dalam waktu singkat, mereka semua mengetahui bahwa dia telah mengunjungi tiga pasukan besar dan ditolak oleh ketiganya. Semua kejayaannya di masa lalu telah lenyap. Orang-orang dari Dunia Imperial menghela napas saat mendengar berita ini. Sosok pahlawan itu sudah tua.     

Tetua Agung Tianhe pernah menolak untuk tunduk di bawah tekanan dari Klan Dewa, tetapi sekarang, dia rela tunduk pada orang lain demi penerusnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.