Legenda Futian

Pertarungan



Pertarungan

3Pendekar Lihen bergegas membentuk mudra pedang dengan kedua tangannya. Tatapan matanya terlihat tenang dan penuh dengan tekad saat dia memandang ke arah langit.     0

Aura pedang dari Jalur Agung Dunia bergabung menjadi satu kesatuan. Tidak lama kemudian, sebilah pedang muncul secara perlahan-lahan di tubuhnya. Suara gemuruh dari pedang yang bergetar itu bergema di seluruh tempat.     

Bilah-bilah pedang yang tak terhitung jumlahnya bermunculan dan terbang menuju celah yang berada di atas langit dengan kecepatan tinggi.     

Sementara itu di atas langit, kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu memandang ke bawah, dan jarinya menunjuk ke permukaan tanah. Dalam sekejap, Swords of Blitzing Thunder menyelimuti area tersebut, menangkis semua pedang lainnya dan menghancurkan mereka saat itu juga.     

Apakah dia masih berniat untuk melawan balik?     

Pada saat yang bersamaan, sosok Pendekar Lihen telah menghilang dari tempatnya berada, meninggalkan jejak-jejak cahaya di atas langit. Jejak cahaya itu kemudian berubah menjadi sebilah pedang. Saat ini, bayangan-bayangan pedang terbentuk di antara Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya itu. Baik pedang maupun bayangan itu dibentuk oleh Pendekar Lihen.     

*Boom, Boom, Boom* Satu per satu, Swords of Blitzing Thunder itu dihancurkan hingga menjadi debu. Kilatan pedang yang dihasilkan mengoyak ruang hampa, sehingga menyebabkan kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu merasa sedikit terancam. Dia merasa bahwa tubuhnya akan hancur dan jiwa spiritualnya akan terbelah menjadi dua bagian, seolah-olah terdapat Qi Pedang dalam jumlah besar yang menjeratnya.     

Pedang ini menggambarkan kesedihan dari sebuah perpisahan di dalamnya.     

Banyak bayangan bermunculan di sekitar tubuhnya. Semua bayangan itu adalah bayangan dari sosok Pendekar Lihen.     

Roh Pedang milik sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi melayang di depannya. Jari kultivator itu bergesekan dengan pedang tersebut. Dalam sekejap, banyak Swords of Blitzing Thunder yang berkilauan mengelilingi tubuhnya, membentuk sebuah perisai pedang. Semua Swords of Blitzing Thunder itu mengelilinginya di bagian tengah perisai. Setiap bilah pedang itu memancarkan kekuatan dari Jalur Agung dan memusnahkan segalanya.     

Pada saat yang bersamaan, bayangan-bayangan itu mendekati sang kultivator. Seolah-olah ada banyak bayangan dari Pendekar Lihen yang menyerangnya secara bersamaan, tetapi serangan itu dihentikan oleh pedang-pedang yang mengelilingi sang kultivator.     

"Kemampuanmu tidak buruk." Kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu memandang bayangan-bayangan tersebut. Sementara itu di atas langit, jutaan bilah pedang melesat ke bawah dan menyegel area tersebut. Segala sesuatu yang berada di area itu dicabik-cabik oleh pedang tersebut; bayangan-bayangan itu juga dihancurkan. Tidak lama kemudian, hanya tubuh asli dari Pendekar Lihen yang tersisa di sana. Pedangnya masih tertancap pada perisai yang dibentuk oleh kultivator itu, tidak bisa menembus pertahannya.     

Pedang itu berkedip-kedip, dan Pendekar Lihen berusaha melarikan diri. Namun, sang lawan tidak akan memberinya kesempatan untuk kabur. Roh Pedang itu melesat ke bawah dan mengejar targetnya. Pendekar Lihen tidak punya pilihan selain menerima serangan ini secara langsung.     

*Boom* Banyak sinar-sinar dari cahaya suci yang terpancar keluar dari Roh Pedang milik sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi, hingga akhirnya menabrak Roh Pedang milik Pendekar Lihen. Banyak retakan muncul pada Roh Pedang milik Pendekar Lihen. Bahkan tubuh Pendekar Lihen kini diselimuti oleh Swords of Blitzing Thunder. Cahaya rune dari pedang-pedang itu menerobos ke dalam tubuhnya.     

"Serang!" Lawannya itu tidak berhenti menyerang. Jarinya menunjuk ke depan, dan dalam sekejap, Roh Pedang Petir itu menebas ke depan dan terus menerus menyerang tubuh Pendekar Lihen. Bahkan jika dia terhindar dari kematian, tubuhnya akan lumpuh oleh serangan ini.     

"Berhenti!"     

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari kejauhan. Pendekar dari Aula Pedang Surgawi itu memandang ke arah sumber suara dari kejauhan, tapi dia tidak menghentikan serangannya. Pedangnya terus diayunkan ke bawah. Pendekar Lihen menahan rentetan serangan dari Jalur Agung itu dengan tubuh fisik dan jiwa spiritualnya, tetapi pedangnya tidak hancur.     

Baik manusia maupun pedang adalah satu kesatuan. Ketika pedangnya hancur, maka pemiliknya juga akan binasa.     

*Whoosh* Cahaya Renhuang bersinar terang, dan sekuntum bunga teratai turun dari atas langit, menyelimuti tubuh Pendekar Lihen di dalamnya. Bunga teratai itu memancarkan aura kehidupan yang pekat. Pada saat yang bersamaaan, kelopak bunga teratai itu memancarkan aura dari Jalur Agung dan membentuk Pedang Bencana yang tak terhitung jumlahnya, yang kemudian menangkis Roh Pedang yang semakin mendekat.     

Roh Pedang itu kembali pada pemiliknya. Kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu mengangkat kepalanya dan melihat sekelompok orang turun dari atas langit. Kelompok itu akhirnya mendarat di antara kerumunan kultivator di bagian bawah.     

Kaisar Xia adalah orang pertama yang melangkah ke depan. Bunga teratai itu masih menyelimuti tubuh Pendekar Lihen sementara aura kehidupan di dalamnya menyembuhkan luka-luka di tubuhnya.     

"Hampir saja," seru Kaisar Xia. Untungnya, Ye Futian telah meminta bantuan dari Lord Taixuan untuk melihat situasi di sini. Jika tidak, Pendekar Lihen akan berada dalam bahaya.     

Pendekar Lihen mendarat di permukaan tanah. Dia membungkukkan tubuhnya dan memuntahkan darah dari mulutnya. Saat merasakan aura kehidupan di dalam tubuhnya, dia berbalik dan memandang orang-orang yang baru saja datang. "Yang Mulia," dia menyapa sang Kaisar dengan sedikit keterkejutan di wajahnya.     

Dia tidak hanya melihat Kaisar Xia, tetapi dia juga melihat sosok Ye Futian serta Xia Qingyuan. Dia langsung memahami semuanya. Tampaknya pemuda berambut abu-abu kala itu telah menyamai tingkat Plane-nya saat ini. Karena itulah, dia juga datang kemari.     

"Kalian semua," tiba-tiba terdengar sebuah suara sedingin es sebelum Pendekar Lihen sempat bereaksi terhadap kedatangan orang-orang yang baru saja tiba. Kultivator dari Aula Pedang Surgawi yang berdiri di atas panggung itu merupakan seorang Renhuang, dia menatap mereka sambil bertanya, "Apa maksud dari tindakan kalian ini?"     

Orang-orang ini tampaknya sangat kuat. Mereka mungkin juga berasal dari pasukan-pasukan besar. Apalagi, semakin banyak orang yang berdatangan. Mereka adalah para kultivator yang mengikuti Ye Futian kemari, termasuk mereka yang berasal dari Istana Divine dan Keluarga Pedang Ilahi Li.     

Namun, para penyusup ini telah membuat kesal para kultivator dari Aula Pedang Surgawi.     

Seorang murid dari Aula Pedang Surgawi sedang bertarung melawan seseorang. Begitu banyak kultivator kuat yang datang kemari. Apa tujuan mereka dengan melakukan hal ini?     

"Nama saya adalah Ye Futian. Ini adalah senior saya. Karena pertarungan ini telah berakhir, mohon belas kasihan pada senior saya," ujar Ye Futian kepada sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi saat dia berjalan menuju Pendekar Lihen.     

"Apakah kau tidak melihat bahwa pertempuran ini belum berakhir?"     

Di udara, pemuda yang mengalahkan Pendekar Lihen tampak kesal. Ini bukanlah masalah besar; namun, melihat begitu banyak kultivator kuat yang berdatangan, dan mereka semua berasal dari pasukan-pasukan besar dari dunia luar, hal ini membuat para kultivator dari Aula Pedang Surgawi merasa tidak puas. Mengapa orang-orang ini tampaknya datang kemari untuk mengancam mereka?     

"Pemenang dari pertarungan ini telah ditentukan. Tuan, mengapa kita harus bertarung sampai mati?" Ye Futian bertanya sambil mendongak ke udara.     

"Ini adalah pilihannya sendiri. Mengapa kau malah ikut campur?" Pemuda yang berada di udara menunjukkan tatapan mata yang tajam saat dia memandang ke arah Ye Futian yang berada di bagian bawah.     

"Saya berhutang budi kepada Senior Lihen karena telah mengajari saya di masa lalu. Urusannya memang menjadi perhatian bagi saya." Kemudian Ye Futian memberi saran, "Tuan, jika anda bersikeras untuk bertarung sampai mati, bagaimana jika saya menggantikan Senior Lihen dan bertarung melawan anda?"     

"Bahkan sampai mati?" pemuda yang berada di udara itu bertanya.     

"Tidak masalah." Ye Futian mengangguk.     

"Baiklah," pemuda itu setuju. Ye Futian memandang ke arah Pendekar Lihen dan berkata, "Senior, silahkan beristirahat di samping untuk beberapa saat."     

"Berhati-hatilah. Roh Pedangnya sangat kuat," Pendekar Lihen berbisik.     

"Saya tahu." Ye Futian mengangguk sebagai respon. Baru pada saat itulah Pendekar Lihen mundur dan diam-diam mengirimkan suaranya kepada Kaisar Xia, dia bertanya, "Yang Mulia, apakah dia yakin akan menang dalam pertarungan ini?"     

"Kau harus memulihkan luka-lukamu terlebih dahulu," jawab Kaisar Xia. Melihat ketenangan yang ditunjukkan oleh Kaisar Xia, Pendekar Lihen tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengalihkan perhatiannya pada pertempuran yang sedang berlangsung.     

Di atas langit, muncul Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya. Pada setiap pedang ilahi itu, terdapat garis-garis rune yang menyilaukan. Rune ini memancarkan kekuatan dari Jalur Agung yang menakjubkan.     

Ye Futian seperti mengalami deja vu. Kala itu, Bai Luli mengkultivasi Roh Kehidupan berbentuk Gulungan Sihir. Jika Bai Luli mampu mengkultivasi Roh Kehidupannya hingga tingkat ini, seharusnya kemampuannya akan serupa dengan lawannya saat ini. Serangan itu akan menjadi semakin mengerikan.     

"Turun."     

Pandangan sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi mengarah ke bawah seperti sebilah pedang yang tajam. Dia mengarahkan jarinya ke bawah, dan dalam sekejap, Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya melesat ke bawah. Swords of Blitzing Thunder itu menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Saat ini, kilatan petir menyelimuti area tersebut.     

Para kultivator dari Istana Divine, Keluarga Pedang Ilahi Li, serta banyak kultivator kuat lainnya memandang ke arah Ye Futian. Mereka semua lebih tertarik dengan tingkat Plane Ye Futian saat ini.     

Hasil dari pertarungan ini sudah bisa ditebak. Meskipun Aula Pedang Surgawi dikenal sebagai pasukan ilmu pedang terkuat di Sembilan Dunia Jalur Supremasi, namun bagaimana mungkin murid ini bisa memiliki peluang untuk menang melawan Ye Futian dalam pertempuran?     

Jika lawannya mengetahui catatan pertempuran Ye Futian selama berada di Istana Divine, dia tidak akan setuju untuk berpartisipasi dalam pertempuran ini.     

Melihat teknik Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya turun ke atasnya, Ye Futian mengangkat satu jari dan mengarahkannya ke atas langit. Dalam sekejap, sinar-sinar dari cahaya suci terpancar keluar. Dengan diikuti oleh suara gemeretak, Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya itu langsung dihancurkan dan berubah menjadi debu.     

Ye Futian tidak melanjutkan serangannya. Dia hanya mengangkat kepalanya dan memandang ke arah sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi yang berada di udara, dan bertanya, "Apakah ini sudah cukup bagimu?"     

Dia tidak melancarkan serangan. Sebelum memasuki Reruntuhan Dewa, dia tidak ingin menyinggung pasukan besar mana pun. Dia datang kemari hanya untuk membawa Pendekar Lihen pergi.     

Saat dia menyaksikan Swords of Blitzing Thunder yang menghilang secara perlahan-lahan, kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu tercengang. Serangannya dihancurkan hanya dengan kekuatan satu jari.     

Dia mengulurkan kedua tangannya. Ekspresinya tampak serius. Sebelumnya, Ye Futian menganggap Pendekar Lihen sebagai seniornya, jadi kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu tidak menanggapinya dengan serius; dia bahkan meremehkan Ye Futian. Namun, dari pertarungan singkat mereka barusan, dia bisa melihat bahwa ilmu pedang dari pemuda berambut abu-abu ini sangat kuat.     

Roh Pedangnya mengeluarkan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Kilatan petir menyambar di udara. Sementara itu di atas langit, Swords of Blitzing Thunder yang tak terhitung jumlahnya bermunculan, hingga akhirnya menutupi matahari.     

Rune dari Jalur Agung terukir di setiap pedang raksasa tersebut. Aura pedang yang kuat itu sepertinya ingin menghancurkan segala sesuatu di area tersebut. Ketika pedang yang tak terhitung jumlahnya itu muncul di udara secara bersamaan, kekuatan penghancur mereka terasa sangat mengejutkan.     

*Boom* Sebilah pedang ilahi yang menakjubkan muncul di atas Ye Futian. Kekuatan Jalur Agung di tubuhnya beresonansi dan berubah menjadi sebuah tungku, menempa sebilah pedang ilahi, yang kemudian menyatu dengan tubuhnya.     

Ketika kultivator dari Aula Pedang Surgawi yang berada di udara itu melihat pemandangan ini, dia bergegas mengarahkan jarinya ke bawah. Di atas langit, Swords of Blitzing Thunder yang tak ada habisnya itu melesat ke bawah. Serangan ini bahkan lebih mengerikan daripada serangan sebelumnya.     

*Boom, Boom, Boom*     

Dalam sekejap, jutaan pedang jatuh dari langit, bergerak menuju Ye Futian. Pedang-pedang itu bahkan tidak memiliki pola serangan tertentu. Semakin banyak bilah pedang yang memenuhi area itu, mengubur Ye Futian di dalamnya.     

Namun, semua orang bisa melihat bahwa pedang yang menyelimuti tubuh Ye Futian masih berkilauan dengan cahaya suci yang menakjubkan. Aura dari Jalur Agung yang tak terbatas bergejolak dan meningkatkan kekuatan dari cahaya suci tersebut, sehingga menyebabkan cahaya itu tidak bisa dihancurkan. Ketika jutaan pedang itu mendekati Ye Futian, cahaya rune dari Jalur Agung itu berubah menjadi sebuah kekuatan penghancur, namun kekuatan itu tidak mampu membelah tirai pedang yang dibentuk oleh Ye Futian.     

Ye Futian tidak melancarkan serangan; dia hanya tetap bersikap waspada. Namun, lawannya tidak bisa menembus pertahanannya.     

Ekspresi pemuda yang berdiri di udara itu berubah. Pemandangan yang terjadi di depannya membuat dirinya meragukan kekuatan dari pedangnya sendiri.     

Pendekar Lihen juga tampak tercengang saat dia menyaksikan apa yang telah terjadi. Kemudian, dia menjadi emosional dan bergumam, "Aku benar-benar sudah tua."     

Dia masih ingat bagaimana pemuda keras kepala itu menyusup ke dalam Istana Pedang Lihen dan menantang murid-murid dari Istana Pedang Lihen untuk bertarung. Pemuda itu dulu sangat sombong dan tidak bisa dikendalikan.     

Sekarang, pemuda itu telah berubah.     

Seberkas kilatan pedang yang mengejutkan terpancar dari pedang yang ditempa oleh tungku di dalam tubuh Ye Futian, menghancurkan semua Swords of Blitzing Thunder raksasa yang semakin mendekat. Namun, pedang milik Ye Futian juga menghilang bersama pedang lawannya itu.     

"Serangan-serangan anda begitu luar biasa. Saya merasa terhormat bisa melihatnya secara langsung," Ye Futian berkomentar sambil menatap sang kultivator dari Aula Pedang Surgawi. "Bukankah kita sebaiknya mengakhiri pertempuran ini sekarang?"     

Sudut mulut dari kultivator itu berkedut dan dia tampak tercengang.     

Para penonton di sekitar mereka juga tidak bisa berkata-kata. Serangan-serangannya begitu luar biasa?     

Kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu bahkan tidak mampu menembus pertahanan Ye Futian. Apakah kemampuan lawannya itu bisa disebut sebagai 'luar biasa'?     

Namun, dapat terlihat dengan jelas bahwa Ye Futian tidak berniat untuk bertarung. Jika tidak, dia tidak akan terus menerus bertahan. Pada saat ini, semua orang bisa menebak bahwa pemuda berambut abu-abu ini sangat kuat. Setidaknya, dia lebih kuat daripada kultivator Aula Pedang Surgawi itu; bahkan, dia mungkin lebih kuat darinya.     

Pertempuran ini menarik perhatian banyak orang. Satu per satu, banyak kultivator dari berbagai macam pasukan berkumpul di sana. Apakah seorang pendekar dari Aula Pedang Surgawi sedang terlibat konflik dengan pendekar pedang dari dunia lain?     

Mungkinkah ada seseorang yang berani menantang Aula Pedang Surgawi?     

Melihat situasi ini, sepertinya kultivator dari Aula Pedang Surgawi itu telah terpojok!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.