Legenda Futian

Tragedi Pertama di dalam Reruntuhan Dewa



Tragedi Pertama di dalam Reruntuhan Dewa

0Ye Futian memandang area sekelilingnya dengan serius. Langit tidak dihiasi oleh awan, dan semilir angin yang berhembus menimbulkan perasaan tertekan.      1

Aura ini terasa aneh, kuno dan begitu sakral.     

Namun, Ye Futian bisa merasakan aura ini berada di antara langit dan bumi, begitu pula dengan aura dari Jalur Agung. Seolah-olah aura tersebut telah menyebar ke setiap sudut dari dunia ini.     

Ketika mereka telah menenangkan diri dan mengamati sekeliling mereka, semua orang bisa merasakan perbedaan yang ada di dunia ini. Tempat ini bukanlah wilayah reruntuhan yang tertutup, justru terlihat seperti hamparan area yang luas dan tidak terlalu berbeda dengan dunia luar. Tentu saja, area itu mungkin sangat luas sehingga bagian ujung dari reruntuhan ini tidak mungkin bisa dideteksi.     

"Reruntuhan Dewa, apakah benar-benar ada dewa di dunia ini?" Ye Futian berbisik. Dalam dunia kultivasi, 'dewa' tidak lebih dari sebuah gelar terhormat untuk para kultivator terkemuka. Sama seperti peri, Buddha, atau iblis, serta banyak gelar lainnya. 'Dewa' hanya menggambarkan suatu kekuatan yang berada di luar imajinasi.     

Mungkin tingkat Plane di atas Renhuang Plane dianggap seperti dewa.     

"Aku sempat bertanya pada Grandmaster sebelum aku datang kemari, dan dia menjelaskan beberapa hal tentang Reruntuhan Dewa. Berdasarkan apa yang dia ketahui, ada sebutan lain yang merujuk pada Reruntuhan Dewa," ujar seorang wanita di sebelahnya. Dia adalah putri dari Pemimpin Kota Taixuan, Luo Yue.     

Kali ini, Ye Futian dan kelompoknya bergabung dengan para murid dari Gunung Taixuan untuk memasuki Reruntuhan Dewa.     

Murid-murid dari Gunung Taixuan juga mengakui kekuatan kultivasi yang dimiliki oleh Ye Futian.     

"Apa itu?" Ye Futian bertanya.     

"Makam para dewa," jawab Luo Yue.     

Tubuh Ye Futian merinding saat memikirkan makam dari para dewa.     

Apakah Reruntuhan Dewa adalah tempat bersemayamnya semua dewa?     

Jika benar demikian, maka asal muasal dari Reruntuhan Dewa sungguh mengerikan.     

Atas perintah dari Donghuang Agung, ramalan itu disampaikan untuk membuka Reruntuhan Dewa, yang menghebohkan Sembilan Dunia Jalur Supremasi dan mengumpulkan para kultivator di satu tempat yang sama. Ye Futian tahu bahwa Reruntuhan Dewa adalah tempat yang luar biasa. Dia masih bisa merasakan tubuhnya merinding setelah mendengar sebutan itu.     

Makam para dewa!     

Bukankah itu berarti reruntuhan ini adalah tempat pemakaman bagi para dewa?     

Kalau begitu, semengerikan apakah tempat ini?     

Tempat seperti apakah dunia yang telah mereka masuki ini?     

Tempat ini mungkin bukanlah reruntuhan biasa seperti yang mereka bayangkan selama ini.     

Tidak peduli seburuk apa pun asal-usul dibalik Reruntuhan Dewa, mereka tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu.     

Meskipun mereka tidak terburu-buru, mereka tidak bisa menunggu dan berbincang-bincang terlalu lama di sana.     

"Ikuti aku," ujar Ye Futian saat dia mulai berjalan pergi.     

Semua orang mengangguk dan mengikuti Ye Futian. Mereka berkumpul dan pergi menuju arah yang sama. Mereka tidak tahu kemana Ye Futian pergi, atau mengapa dia memilih arah tersebut. Mereka tidak mengajukan pertanyaan apa pun. Hal ini jelas menunjukkan kepercayaan mereka pada Ye Futian.     

Yu Sheng mengirimkan suaranya pada Ye Futian. "Jumlah anggota kita tidak banyak. Jika kita harus menjaga mereka dan bertempur pada saat yang bersamaan, kita akan mengalami kesulitan. Mungkin kita tidak dapat menjaga mereka." Kekuatan Ye Futian sudah tidak perlu diragukan lagi, tetapi orang-orang yang berada di dalam Reruntuhan Dewa bukanlah sosok-sosok biasa. Banyak dari mereka berdiri di puncak kekuatan Sembilan Dunia Jalur Supremasi. Bahkan pada saat ini, beberapa dari mereka telah menerobos ke Renhuang Plane.     

Jika terjadi konflik, bahkan jika dia tidak percaya diri untuk meraih kemenangan, situasinya menjadi lebih sulit karena dia harus menjaga rekan-rekannya yang lain.     

"Kita membutuhkan seseorang untuk menunjukkan jalan," ujar Ye Futian. Yu Sheng tampak bingung ketika dia mendengar kata-kata Ye Futian, tapi dia tidak bertanya apa-apa lagi.     

Karena Ye Futian memiliki rencana tersendiri, maka dia hanya perlu mengikuti rencana tersebut.     

"Tuan, kita akan pergi kemana?" Tatapan mata Elang Angin Hitam tampak antusias. Setelah menjadi budak dalam waktu yang begitu lama, dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk memamerkan kekuatannya.     

Ye Futian tidak berminat untuk menjawab pertanyaannya. Dia terus bergerak ke depat dengan langkah yang sangat cepat.     

Sementara itu, para kultivator telah memasuki Reruntuhan Dewa dari pintu masuk yang berbeda-beda. Ye Futian tidak terburu-buru masuk ke dalam reruntuhan karena dia ingin mengamati orang-orang di sekitarnya untuk melihat gerbang mana yang akan mereka pilih. Setelah memasuki Reruntuhan Dewa, dia sengaja mengamati lokasi dari orang-orang itu dan memastikan apakah tempat mereka berada sekarang sesuai dengan gerbang yang mereka pilih atau tidak.     

Meski jaraknya lebih jauh dari sebelumnya, namun lokasinya memang sesuai satu sama lain.     

Karena itulah, dia berjalan ke arah barat.     

Arah itu adalah lokasi dimana para kultivator dari semua pasukan di Dunia Heavenly Mandate berada.     

Semua pasukan besar dari Dunia Heavenly Mandate telah tiba di Reruntuhan Dewa, dan hal yang sama berlaku pada Dunia Iblis. Banyak klan iblis telah tiba bersama-sama, tetapi beberapa pasukan tetap memilih untuk bergerak sendiri. Tampaknya ini adalah hubungan serupa yang mereka miliki dengan klan iblis lainnya.     

Misalnya, meskipun telah menjadi salah satu pasukan terkuat di antara klan iblis, Klan Tikus Ungu-Emas masih merasa tidak dihormati oleh klan iblis lainnya.     

Klan Tikus Ungu-Emas menyebut dirinya sendiri sebagai Tikus Ilahi Ungu-Emas. Sosok pemimpin yang membawa mereka ke dalam Reruntuhan Dewa adalah cucu dari Kaisar Tikus Ungu-Emas, Shu Huangsun, yang kekuatannya juga sangat mengerikan. Dia datang kemari untuk berpartisipasi setelah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun dalam pengasingan.     

Melalui kerja keras, sang pendiri klan telah membuat Klan Tikus Ungu-Emas meraih kejayaan. Untuk terus mengembangkan kejayaan itu, mereka membutuhkan upaya dari setiap generasi di Klan Tikus Ungu-Emas untuk berusaha lebih keras daripada klan iblis lainnya. Bagaimanapun juga, bakat bawaan mereka masih jauh lebih lemah daripada Klan Dewa Naga, Klan Phoenix Ilahi, dan Klan Kunpeng.     

Oleh karena itu, mereka telah menyimpan kekuatan mereka untuk memasuki Reruntuhan Dewa. Jika mereka mendapatkan peluang besar kali ini, mereka memiliki potensi untuk mempertahankan status Klan Tikus Ungu-Emas dan semakin memperluas kejayaan mereka di masa depan.     

Meskipun penampilan Shu Huangsun tidak jauh berbeda dengan iblis tikus lainnya, wajahnya yang picik tampak tidak begitu buruk. Namun, temperamennya sangat luar biasa. Cahaya yang menyinari tubuhnya memberinya citra yang tidak biasa. Cahaya itu menunjukkan kekuatan agung yang mengintimidasi.     

Saat ini mereka sedang bergerak ke satu arah. Mereka sudah siap untuk menemukan harta karun di Reruntuhan Dewa.     

Klan Tikus Ungu-Emas mahir dalam hal-hal seperti ini. Itu adalah bakat bawaan yang mereka miliki, jadi mereka tidak ingin bekerja sama dengan orang lain.     

Ditambah lagi, Klan Tikus Ungu-Emas tidak pernah membuat keributan di bawah kepemimpinan Shu Huangsun. Alih-alih bepergian lewat udara, mereka secara begantian bergerak melalui permukaan-bawah tanah dan bergerak dengan kecepatan stabil agar tidak menarik perhatian orang lain. Klan Tikus Ungu-Emas tidak dianggap sebagai pasukan terkemuka di Dunia Iblis dari Dunia Heavenly Mandate. Mereka dianggap sebagai klan yang aneh dan asing oleh banyak klan iblis yang lebih terkenal lainnya. Di seluruh penjuru Sembilan Dunia Jalur Supremasi, mereka tidak memiliki status yang bergengsi. Jadi, akan lebih baik bagi mereka untuk tetap menjaga sikap dan tidak membuat keributan.     

"Hah?" Shu Huangsun tiba-tiba seperti merasakan sesuatu. Dia berhenti dan berbalik untuk melihat ke sekelilingnya.     

Dia samar-samar bisa merasakan bahwa seseorang sedang mengawasi mereka dengan jiwa spiritual dan orang itu terus mendekat.     

"Coba periksa," ujarnya. Di belakangnya, dua iblis tikus melayang ke udara. Cahaya keemasan di tubuh mereka berkilauan saat mereka terbang ke atas langit. Mata mereka berubah warna menjadi emas. Seolah-olah pandangan mata mereka bisa menembus ruang hampa dan melihat ke tempat yang sangat jauh.     

Mata emas mereka menembus ruang hampa. Mereka melihat satu sosok berambut abu-abu terbang di udara dengan kecepatan tinggi. Sosok itu bergerak ke arah mereka. Pada saat yang bersamaan, sosok berambut abu-abu itu membentuk sebuah segel dengan kedua tangannya. Tiba-tiba, banyak aura pedang muncul di sekitarnya. Dari kejauhan, aura suci yang tak terhitung jumlahnya tiba-tiba muncul dan beresonansi dengan bilah-bilah pedang ilahi. Tidak lama kemudian, sebuah aura pedang yang kuat terpancar keluar.     

Tidak lama berselang, mereka melihat sepasang mata yang cerah dan berkilauan dari pemuda berambut abu-abu itu. Dia tampak tersenyum pada mereka.     

Pada saat berikutnya, pedang itu langsung menembus ruang hampa.     

"Awas!"     

Dua iblis tikus itu berteriak. Saat suara mereka memudar, muncul cahaya pedang yang menyilaukan saat bilah-bilah pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya terbentuk di atas langit. Dua pedang di antaranya membelah ruang hampa dan melesat menuju dua pria tersebut.     

*Jleb*     

Mereka bahkan tidak sempat untuk bereaksi. Pedang-pedang itu menembus tubuh mereka, dengan membawa aura dari Jalur Agung elemen ruang dan waktu di dalamnya. Wajah dua iblis tikus tingkat Saint dari Klan Tikus Ungu-Emas itu tampak pucat. Mengapa pergerakan pedang-pedang ini begitu cepat?     

Kemana pun aura suci itu mengalir, pedang-pedang itu langsung mengikutinya.     

Qi Pedang bergejolak di tubuh mereka. Semakin banyak pedang yang turun dari atas langit, menusuk tubuh mereka dan membunuh dua iblis tikus tersebut.     

Ketika mereka melihat pedang-pedang itu turun dari atas langit, para anggota lainnya dari Klan Tikus Ungu-Emas tampak terkejut. Banyak iblis tikus berhasil lolos dan melarikan diri ke bawah tanah.     

Dalam sekejap mata, pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya menghujani permukaan tanah. Suara dari tubuh yang ditusuk terus menerus terdengar. Pedang-pedang ilahi itu tampak hidup saat mereka menembus permukaan tanah dan mengejar target mereka. Darah segar merembes dan menyebar di tanah.     

*Rawr* Suara raungan penuh amarah yang mengerikan terdengar di suatu tempat. Ekspresi Shu Huangsun tampak sangat muram saat dia menyaksikan pemandangan yang terjadi di depan matanya. Sifat aslinya muncul tanpa dia sadari. Kini dia telah berubah wujud menjadi seekor iblis tikus raksasa. Dia membuka mulut emasnya lebar-lebar dan melahap pedang-pedang ilahi yang mendekat. Kemudian dia mengunyahnya dengan brutal.     

Mereka baru saja memasuki Reruntuhan Dewa, namun seseorang sudah berada di sana untuk membunuh mereka.     

Pada saat ini, dua sosok muncul di udara. Pria yang berada di bagian depan memiliki rambut berwarna abu-abu. Jubah putihnya berkibar tertiup angin. Sementara pria yang berada di belakangnya mengenakan jubah berwarna hitam dan menunjukkan keinginan membunuh yang dingin di dalam matanya. Dia memancarkan sebuah aura yang sangat mengerikan.     

"Klan Tikus Ungu-Emas, kalian ikut berpartisipasi dalam penyerangan Celestial Gate of Vast Heaven." Ye Futian berbicara dengan suara pelan. Nada bicaranya terdengar acuh tak acuh saat dia mengumumkan kejahatan yang dilakukan oleh Klan Tikus Ungu-Emas.     

Dengan satu perintah dari pikirannya, pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya muncul kembali. Pedang-pedang itu menyelimuti seluruh penjuru langit. Mereka turun dari atas langit dengan kecepatan tinggi. Bilah-bilah pedang itu tidak membunuh iblis-iblis tersebut. Sebaliknya, mereka menyegelnya di satu tempat.     

"Yu Sheng, bunuh para tikus yang melarikan diri di bawah tanah," Ye Futian memberi perintah. Yu Sheng langsung menghentakkan kakinya. Sebuah tekanan yang dahsyat terpancar secara tiba-tiba. Baju zirah kegelapannya bersinar terang. Dia tampak seperti dewa iblis kegelapan yang turun dari atas langit.     

Dia mengerahkan kepalan tinjunya ke permukaan tanah. Ketika kepalan tinjunya itu mendarat, suara gemuruh terdengar dari dalam tanah saat retakan-retakan raksasa bermunculan dan membelah permukaan tanah.     

Di bawah tanah, terdengar banyak suara teriakan yang menyedihkan. Darah segar mereka bercampur dengan tanah, dan area itu menjadi sunyi senyap. Tidak ada aura kehidupan yang terdeteksi di sana.     

Dalam sekejap, korban dari serangan itu mencapai lebih dari separuh klan.     

Tubuh semua kultivator tingkat Saint dari Klan Tikus Ungu-Emas merinding. Wajah mereka menunjukkan kemarahan dan ketakutan. Mereka memandang ke arah Ye Futian dan Yu Sheng dengan ketakutan yang luar biasa.     

Mengapa mereka bisa begitu kuat?     

Mereka berdua pernah muncul di perjamuan yang diadakan oleh Istana Surgawi Violet. Kala itu, mereka telah menunjukkan kemampuan bertarung yang luar biasa, tetapi kekuatan mereka saat itu tidak semengerikan ini.     

Sekarang, mereka telah menjadi sosok-sosok yang tak terkalahkan.     

Ini merupakan pembalasan atas partisipasi Klan Tikus Ungu-Emas dalam penyerangan Celestial Gate of Vast Heaven.     

Shu Huangsun menggeram dan memperlihatkan taring emasnya yang tajam. Dia tampak mengerikan dan mengancam. Tatapan matanya tertuju pada Ye Futian dan Yu Sheng.     

Setelah mereka memasuki Reruntuhan Dewa, mereka bermaksud untuk menjalankan rencana mereka secara diam-diam. Namun, dalam waktu kurang dari lima menit setelah mereka memasuki reruntuhan, mereka telah diikuti dan diburu. Sekarang, lebih dari separuh anggota mereka telah tewas terbunuh.     

Di belakang Ye Futian dan kelompoknya, Elang Angin Hitam juga bergerak mendekat. Ketika dia menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya, dia mengedipkan matanya dan teringat bahwa Ye Futian berbicara tentang menjaga sikap dan tidak membuat keributan. Kini dia merasa sangat gelisah.     

'Menjaga sikap dan tidak membuat keributan' yang dibicarakan oleh tuannya benar-benar membuat Elang Angin Hitam kebingungan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.