Legenda Futian

Pertempuran yang Kacau



Pertempuran yang Kacau

0Para kultivator dari dua pasukan besar itu memandang ke tempat-tempat dimana banyak dari anggota mereka telah tewas terbunuh dan menghilang. Ekspresi mereka tampak muram.      1

Dalam sekejap, area tersebut dipenuhi dengan tekanan yang mengerikan.     

Akademi Bintang Kaisar adalah pasukan tertua di Dunia Ziwei. Bagaimanapun juga, rumor mengatakan bahwa Kaisar Bintang Ziwei pernah menjadi penguasa dari Dunia Ziwei.     

Pasukan besar lainnya dari Dunia Ziwei juga memiliki asal-usul yang mengesankan. Setiap pasukan yang mampu mendekati puncak kekuatan jelas tidak bisa diremehkan. Jika tidak, mereka tidak akan bisa melangkah sejauh ini.     

Dua pasukan besar ini adalah Suku Dou dan Klan Tujuh Pembunuh.     

Rumor mengatakan bahwa Suku Dou adalah keturunan dari Dewa Pertempuran. Setelah Dewa Pertempuran dikalahkan, garis keturunannya menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tetua dari Suku Dou menyadari bahwa dia memiliki garis keturunan itu, jadi dia mendirikan Suku Dou. Ada pula rumor yang mengatakan bahwa mereka adalah pasukan dengan serangan terkuat di Dunia Ziwei.     

Sementara itu, Klan Tujuh Pembunuh membuktikan kelayakan mereka dengan cara membunuh. Terdapat dua pasukan yang diakui sebagai pasukan terbaik dalam Jalur Pembantaian: Dunia Pembantaian dari Dunia Myriad dan Klan Tujuh Pembunuh dari Dunia Ziwei.     

Namun, dua pasukan ini berkultivasi dengan cara yang sangat berbeda. Suku Dou juga membuktikan kelayakan mereka dengan cara membunuh, tetapi para kultivator dari Dunia Pembantaian menggunakan pembunuhan sebagai pola pikir mereka dan membentuk matriks-matriks pembunuh. Sementara itu, Klan Tujuh Pembunuh mengkultivasi Tujuh Trik Dewa Pembunuh. Mereka memfokuskan diri pada kultivasi Qi Pembantaian dan Aura Pembantaian. Jadi, mereka memiliki ciri khas masing-masing, tapi mereka juga memiliki kesamaan.     

Tujuh Trik Dewa Pembunuh terdiri dari tujuh serangan di dalamnya. Setelah tujuh serangan itu dikeluarkan, jika lawannya tidak mati, maka penggunanya akan mati. Dengan demikian, murid-murid dari Klan Tujuh Pembunuh hanya mengkultivasi teknik pembantaian. Mereka hanya hidup jika lawan mereka mati. Mereka harus membunuh lawan mereka dalam tujuh serangan tersebut.     

Tiga pasukan ini berdiri di puncak kekuatan dari Dunia Ziwei. Mereka tentu saja sudah mengenal satu sama lain. Jika tidak, Klan Tujuh Pembunuh dan Suku Dou tidak akan membuntuti Akademi Bintang Kaisar. Sudah jelas mereka sangat percaya pada kemampuan para kultivator dari Akademi Bintang Kaisar.     

Sekarang, Akademi Bintang Kaisar adalah lawan mereka.     

"Sebenarnya apa yang tersimpan di dalam reruntuhan bawah tanah?" seorang pemuda dari Klan Tujuh Pembunuh bertanya. Terdapat keinginan membunuh yang samar di dalam nada bicaranya. Dia adalah salah satu dari Tujuh Pembunuh di generasinya. Dia menduduki peringkat terakhir di antara mereka, yaitu di peringkat ketujuh, dan memiliki reputasi terendah.     

Enam dari Tujuh Pembunuh lainnya berada di tingkat Renhuang, yang menunjukkan betapa sulitnya persyaratan untuk menjadi salah satu dari Tujuh Pembunuh.     

Murid-murid mereka harus menjalani banyak latihan di dunia luar untuk melatih keinginan mereka dalam membunuh. Setiap anggota dari Tujuh Pembunuh telah mencapai posisi mereka di atas gundukan tulang dan lautan darah.     

"Kau akan mengetahuinya saat kau masuk ke dalam reruntuhan dan melihatnya secara langsung." Seorang pemuda dari Akademi Bintang Kaisar mengalihkan pandangannya pada Pembunuh Ketujuh. Pemuda yang baru saja berbicara, Bei Chen, adalah murid pribadi dari Pemimpin Akademi Bintang Kaisar. Dia telah berkultivasi ke puncak Saint Plane. Namanya sangat terkenal di Akademi Bintang Kaisar, serta di seluruh penjuru Dunia Ziwei.     

Tentu saja, dia bukanlah satu-satunya orang terkenal di sana. Pembunuh Ketujuh dan Dou Zhao dari Suku Dou adalah sosok-sosok paling terkenal dari generasi muda di Dunia Ziwei. Mereka juga merupakan pemimpin junior dari pasukan mereka masing-masing. Mereka semua sangat kuat.     

Para kultivator dari Suku Dou dan Klan Tujuh Pembunuh memandang ke arah pria dari Akademi Bintang Kaisar itu. Matriks yang dibentuk oleh Akademi Bintang Kaisar masih aktif. Jika mereka mencoba kabur, mereka pasti akan menerima konsekuensi yang mengerikan.     

"Periksa situasi di dalam sana," ujar Dou Zhao. Tiba-tiba, beberapa bawahannya bergegas pergi menuju istana bawah tanah itu. Mereka mengepalkan tangan dan melancarkan serangan ke udara, mengerahkan tangan mereka ke bagian luar dari istana tersebut. Dalam sekejap, banyak retakan muncul di permukaannya.     

*Boom* Terdengar suara keras saat istana bawah tanah itu bergetar hebat. Istana yang telah dihiasi oleh banyak retakan di dindingnya itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan runtuh. Istana yang terkubur di antara reruntuhan ini tampak sangat kokoh.     

Sepertinya mereka tidak masuk dengan cara ini. Jika mereka ingin masuk ke dalam istana, mereka harus menerobos masuk. Sayangnya, para kultivator dari Akademi Bintang Kaisar menghalangi jalan mereka.     

"Jika kita masuk bersama-sama, ketiga pihak ini akan bertarung satu sama lain," ujar Dou Zhao sambil memandang ke kejauhan. "Jika Akademi Bintang Kaisar ingin menguasai reruntuhan ini untuk diri mereka sendiri, sementara kita harus bersekutu dengan Klan Tujuh Pembunuh untuk mengatasi mereka."     

Ekspresi orang-orang dari Akademi Bintang Kaisar tampak dingin. Jika mereka tidak bertindak, pihak lawan akan membentuk aliansi untuk melawan mereka.     

"Ada dua pasukan yang hadir di hadapan kami, tapi kami hanya akan mengizinkan salah satu dari kalian untuk masuk ke dalam. Kalian harus memilih pasukan mana yang akan masuk ke dalam istana," ujar seorang Tetua di sebelah Bei Chen. Dia sangat terampil dalam membuat strategi. Satu kalimat yang dia ucapkan telah mengubah situasi secara keseluruhan.     

Hal ini menunjukkan bahwa hanya salah satu di antara Suku Dou dan Klan Tujuh Pembunuh yang bisa masuk ke dalam reruntuhan. Jadi, mereka harus bertarung satu sama lain.     

"Jika kami bertarung satu sama lain terlebih dahulu dan membuang-buang energi, bukankah Akademi Bintang Kaisar jadi memiliki lebih sedikit alasan untuk membiarkan kami pergi?" Ada pancaran cahaya suci di mata Dou Zhao. Matanya bersinar dengan cahaya keemasan saat dia memandang Klan Tujuh Pembunuh dan berkata, "Tidak perlu membuang-buang waktu untuk berkompromi. Langsung terobos masuk saja."     

Pembunuh Ketujuh mengangguk. "Baiklah." Dia tidak keberatan dengan usul dari Dou Zhao. Situasi yang sedang mereka hadapi cukup sederhana. Pasukan mereka memiliki keunggulan dalam hal jumlah kultivator, tetapi lawan mereka memiliki posisi yang menguntungkan karena mereka telah membentuk sebuah matriks bintang. Hal ini telah membentuk keseimbangan kekuatan di antara kedua belah pihak. Jika mereka ingin memecahkan kebuntuan ini, mereka harus bekerja sama melawan Akademi Bintang Kaisar.     

*Whoosh* Sebuah aura petarung menyebar di udara dan cahaya pertarungan ilahi menyinari tubuh Dou Zhao. Sekujur tubuhnya bersinar terang, suara retakan terdengar dari tulang-tulangnya, dan jubahnya tampak tercabik-cabik.     

Suara-suara retakan yang keras terus menerus terdengar saat jubahnya terkoyak. Tubuh Dou Zhao semakin membesar, sosoknya kini berubah menjadi seorang Dewa Pertempuran. Dadanya yang kini tidak ditutupi oleh pakaian mengandung kekuatan yang tak terukur. Dia memiliki jejak-jejak aura Renhuang di sekitar tubuhnya yang tampaknya telah menyatu dengan dagingnya.     

Lengannya berguncang dan mengeluarkan suara retakan. Sementara itu di belakangnya, para kultivator dari Suku Dou mengerahkan kepalan tinju mereka ke arahnya. Dalam sekejap, kedua lengannya diselimuti oleh cahaya suci yang mengalir ke dalam tubuhnya dan membuat aura petarung miliknya semakin kuat. Tubuhnya juga semakin membesar.     

Di sisi lain, para kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh mulai memancarkan Qi Pembantaian yang mengerikan. Kekuatan itu menyebar ke seluruh tempat disertai dengan suara siulan yang memekakkan telinga. Setiap untaian Qi Pembantaian itu setajam pisau dan bisa membunuh seorang kultivator dengan mudah.     

Saat ribuan Qi Pembantaian itu menyebar di udara, rasanya seolah-olah ada sebuah pasukan Dewa Pembantaian tak terbatas yang berderap di udara.     

Para kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh melangkah ke depan. Tatapan mata Pembunuh Ketujuh tampak mengerikan. Dengan satu perintah dari pikirannya, Qi Pembantaian yang tak terbatas itu menyebar ke arah para kultivator dari Akademi Kaisar Bintang di bagian bawah.     

Para kultivator dari Akademi Bintang Kaisar kembali menggunakan matriks bintang mereka. Dalam sekejap, cahaya bintang yang tak terbatas bersinar terang. Sinar-sinar cahaya tampak saling bertautan. Cahaya itu mengaktifkan semua kekuatan yang berada di area tersebut. Begitu Qi Pembantaian memasuki area tersebut, kekuatan itu akan terkoyak dan dihancurkan.     

Pembunuh Ketujuh kembali mengambil langkah ke depan. Saat ini dia berdiri tepat di atas matriks tersebut. Dia memegang sebuah tombak di tangannya. Itu adalah Tombak Pembantaian.     

*Brak* Dia mengambil langkah lagi. Dalam sekejap, Qi Pembantaian berkumpul dalam jumlah yang tak terbatas. Jalur Pembantaian bergemuruh saat tujuh kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh muncul dari belakang dan mengikutinya. Mereka bertujuh langsung berubah menjadi dewa-dewa pembantaian.     

Di bawah mereka, sebuah tongkat muncul di tangan Bei Chen, yang memancarkan aura yang tak ada habisnya. Cahaya dari semua bintang di atas langit langsung berkumpul di dalam tongkat tersebut.     

Pada saat berikutnya, Pembunuh Ketujuh mengumpulkan semua Qi Pembantaian untuk melancarkan serangan, berusaha menerobos matriks tersebut. Tombaknya diayunkan, dan cahaya bintang yang tak terbatas itu dihancurkan. Bei Chen bergegas mengangkat tongkatnya. Tiba-tiba, muncul cahaya bintang yang lebih mengerikan dari sebelumnya, membentuk banyak orbit bintang di sekitarnya. Bintang-bintang yang sesungguhnya muncul di dalam orbit-orbit bintang ini, mengurung Pembunuh Ketujuh di dalamnya.     

"Hancurkan." Bei Chen mengangkat tongkatnya dan mengarahkannya ke depan. Dalam sekejap, cahaya bintang pembunuh yang tak terbatas terpancar dari tombak tersebut. Setiap sinar cahaya yang dikeluarkan mengandung kekuatan yang mampu untuk menembus ruang dan waktu. Serangan itu cukup kuat untuk membuat tempat itu hancur berkeping-keping.     

Di sisi lain, Pembunuh Ketujuh memancarkan Qi Pembantaian yang menghantam cahaya bintang yang semakin mendekat. Dia masuk ke dalam matriksnya dan menggunakan Tujuh Trik Dewa Pembunuh. Sosok-sosok yang tampak seperti dewa pembantaian itu menjadi nyata. Mereka langsung melesat melintasi matriks tersebut.     

Pada saat yang bersamaan, Dou Zhao naik ke udara. Dia telah berubah wujud menjadi dewa pertempuran. Dia melesat di udara dan melihat sebuah area penuh bintang di depannya, yang menghalangi jalannya. Namun, dia mampu menembusnya dengan kepalan tinjunya dan terus melesat ke depan.     

*Whoosh*     

Terdengar suara keras saat bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di sekitar Bei Chen. Dengan satu perintah dari pikirannya, semakin banyak bintang yang bermunculan. Pada saat ini, bintang-bintang itu dihiasi oleh banyak retakan saat serangan Dou Zhao menghantam mereka.     

Saat mereka bertarung, para kultivator lainnya dari Suku Dou dan Klan Tujuh Pembunuh bergegas pergi menuju matriks, bersiap-siap untuk memaksa lawan mereka menyingkir dari matriks tersebut.     

Tiba-tiba, sebuah serangan yang dahsyat membuat seluruh area itu bergetar hebat.     

Bei Chen mundur beberapa langkah. Dou Zhao dari Suku Dou memiliki kekuatan yang sesuai dengan rumor yang beredar. Rumor mengatakan bahwa dia adalah anggota dari Suku Dou yang dialiri oleh darah Dewa Pertempuran paling kuat di tubuhnya. Dia memiliki sebuah peralatan ritual Renhuang yang dapat digunakan untuk menyerang dan bertahan di dalam tubuhnya, yang menunjukkan bahwa Suku Dou memandangnya sebagai calon penerus mereka.     

Permukaan tanah terbelah, dan area di sekitar istana bawah tanah itu berguncang. Akan tetapi, istana itu sama sekali tidak terpengaruh oleh guncangan tersebut.     

Di kejauhan, dua sosok tampak berdiri di udara dan menyaksikan jalannya pertempuran. Mereka adalah Ye Futian dan Yu Sheng.     

"Pertempuran antar orang-orang di puncak Saint Plane telah terjadi. Ye Futian tidak terburu-buru untuk bertindak. Dia menatap Yu Sheng di sampingnya dan bertanya, "Apakah kau memiliki peralatan ritual tingkat Renhuang?"     

Jika dia tidak punya, maka hal itu akan menimbulkan masalah bagi mereka. Banyak orang yang akan mereka hadapi memiliki peralatan ritual tingkat Renhuang, terutama sosok-sosok terkuat di antara mereka.     

Yu Sheng mengangguk. "Aku punya." Naga Iblis telah memberinya sebuah perlaatan ritual sebelum dia pergi meninggalkan Klan Dewa Naga.     

Terlebih lagi, itu bukanlah peralatan ritual biasa.     

Yu Sheng menatap ke arah Ye Futian. "Kapan?" Satu kata sederhana itu tentu saja mengandung arti:"Kapan kita akan bertindak?"     

Ye Futian tidak bisa berkata-kata. Bahkan ketika dihadapkan dengan pertempuran sengit antar sosok-sosok terkemuka, Yu Sheng tetap ingin terlibat di dalamnya. Dia merasa bahwa tidak lama lagi mereka akan takluk di tangannya.     

Para Saint biasa akan gemetar ketakutan saat dihadapkan dengan pertempuran seperti itu.     

Lokasi mereka saat ini tidak terlalu jauh dari medan pertempuran. Karena aura mereka menutupi seluruh area tersebut, lawan mereka pasti mengetahui bahwa mereka berada di sana. Namun, pihak lawan memilih untuk mengabaikan mereka.     

Tiga pasukan besar dari Dunia Ziwei sedang bertarung. Apa yang bisa dilakukan oleh dua orang kultivator untuk mempengaruhi hasil pertempuran tersebut?     

Hanya ada satu jalan di hadapan mereka. Jadi, mereka memilih untuk mengabaikan dua sosok itu.     

Pertempuran besar itu terus berlanjut. Para kultivator dari Akademi Bintang Kaisar akhirnya dipaksa keluar dari matriks mereka. Sementara itu, Suku Dou dan Klan Tujuh Pembunuh menekan ke depan, dimana sekarang mereka telah tiba di area di atas istana bawah tanah tersebut.     

Istana bawah tanah itu cukup besar dan memiliki sebuah serambi di depannya. Ada banyak kerangka di kedua sisi serambi tersebut. Kerangka-kerangka yang berisi aura itu sepertinya telah dijarah. Selain itu tidak ada satu pun senjata yang tersisa di sana.     

Namun, di bagian ujung dari serambi itu, tepatnya di bagian dalam istana, terpancar sebuah aura yang mengerikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.