Legenda Futian

Aura Petarung



Aura Petarung

0Suara-suara gemuruh terus menerus terdengar dari istana bawah tanah. Hampir tidak ada cukup ruang di bawah sana sebagai medan pertempuran antar orang-orang di puncak Saint Plane. Sebuah istana biasa pasti telah runtuh saat ini. Namun, meskipun istana bawah tanah terus berguncang, istana itu masih berdiri dengan kokoh di tempatnya.     
0

Sementara itu di luar istana, Ye Futian dan Yu Sheng telah maju beberapa langkah dan mengawasi istana tersebut.     

"Aku tidak bisa merasakan apa-apa," bisik Ye Futian. Apakah sebaiknya mereka masuk atau tidak?     

"Apakah kita akan masuk sekarang?" Yu Sheng bertanya.     

"Mari kita tunggu sebentar lagi," jawab Ye Futian. Pertempuran yang terjadi di dalam sana berlangsung sangat kacau. Para kultivator dari tiga pasukan terbesar di Duna Ziwei itu terjebak dalam pertempuran. Jika mereka menerobos masuk sekarang, mereka akan hancur seketika.     

Setidaknya, pilihan terbaik bagi mereka adalah menunggu sampai ketiga pasukan itu melemah.     

Ye Futian merasa yakin bahwa meskipun lawan mereka benar-benar mengabaikan mereka berdua, namun jika keduanya menerobos masuk untuk memanfaatkan situasi, lawan-lawan mereka tidak akan ragu-ragu untuk menghancurkan mereka terlebih dahulu.     

Yu Sheng berdiri di tempatnya dengan tenang. Dia merasa sedikit kecewa. Karena tidak ada Renhuang di antara ketiga pasukan besar ini, mengapa mereka harus menunggu? Seharusnya mereka langsung bergabung dalam pertempuran. Pria ini masih malas dalam mengambil tindakan.     

Suara-suara dari pertempuran sengit itu terus terdengar. Meskipun jiwa spiritual mereka dihalangi oleh sihir yang menyelimuti istana bawah tanah, namun mereka masih bisa membayangkan betapa sengitnya pertempuran yang terjadi di dalamnya. Suara-suara itu saja mampu untuk mengguncang keberanian mereka.     

Selama suara-suara itu masih terdengar, Ye Futian tidak akan terburu-buru mengambil tindakan. Pertempuran itu jelas masih berlangsung di dalam sana.     

Setelah beberapa saat, area di dalam istana bawah tanah itu tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Tidak ada lagi suara pertempuran yang sengit.     

"Apakah mereka berhenti bertarung?" Ye Futian terkejut. Dia menatap ke arah istana bawah tanah. Dia tidak bisa melihat bagian ujung dari serambi yang berada di bagian depan istana itu. Apakah pemenang dari pertempuran ini telah ditentukan?     

Dia melangkah ke depan, tetapi berhenti setelah mengambil satu langkah. Dia melihat sosok-sosok bermunculan dari istana bawah tanah. Tidak lama kemudian, mereka tiba di luar istana. Ekspresi terkejut muncul di wajah Ye Futian saat dia menyaksikan kehadiran mereka. Sosok-sosok itu terdiri dari para anggota dari ketiga pasukan itu.     

Apakah mereka memilih untuk berdamai?     

"Apakah mereka berdua akan pergi sendiri, atau haruskah kita memaksa mereka pergi?" salah satu dari mereka bertanya. Ye Futian langsung mengerutkan keningnya. Mengapa mereka tiba-tiba menaruh perhatian pada dirinya dan Yu Sheng?     

Mungkinkah orang-orang yang berada di dalam istana itu telah mencapai suatu kesepakatan?     

Apakah mereka memutuskan untuk menangani orang-orang yang mengawasi dari luar terlebih dahulu?     

Tatapan mata Yu Sheng tampak sedingin es. Untaian kekuatan iblis terpancar dari tubuhnya. Ye Futian berkata, "Aku tahu bahwa kita ingin masuk kesana dan melihat-lihat, tapi untuk saat ini, jangan bertindak semborono."     

*Whoosh* Sebuah aura pembunuh yang kuat tiba-tiba terpancar dari seorang kultivator Klan Tujuh Pembunuh. Untaian Qi Pembantaian yang tak terbatas bergejolak dengan membawa kekuatan yang mengerikan di dalamnya. Para kultivator dari Akademi Bintang Kaisar dan Suku Dou juga mengeluarkan aura yang kuat, diarahkan menuju Ye Futian dan Yu Sheng.     

Salah satu sosok di antara kerumunan kultivator itu bergerak. Kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh itu menembus udara, mengabaikan jarak yang sangat jauh di antara mereka. Dia tiba di hadapan Ye Futian dan Yu Sheng lalu mengerahkan tombaknya. Dalam sekejap, Qi Pembantaian memenuhi udara. Kekuatan itu menyelimuti dua sosok itu di dalamnya. Sementara tombak itu mengandung aura pembunuh yang luar biasa di dalamnya. Kekuatan itu membuat mereka berdua merasa bahwa jiwa spiritual mereka berada dalam bahaya.     

Yu Sheng melangkah ke depan. Pada saat yang hampir bersamaan, energi iblis terpancar dari tubuhnya. Arus iblis kegelapan menyebar di udara, hingga akhirnya bertabrakan dengan Qi Pembantai tersebut. Sementara itu, kepalan tinjunya berubah menjadi sebuah cakar, yang dia gesekkan di sepanjang tombak lawannya.     

Saat tombak itu dikerahkan ke bawah, Aura Pembantaian yang sangat kuat terpancar dari tombak tersebut.Tombak itu berusaha menembus tangan Yu Sheng , tetapi Yu Sheng kini telah mengubah tangannya menjadi cakar iblis. Aura Pembantaian itu meresap ke dalam cakar milik Yu Sheng, tapi aura itu mampu ditangkis. Sepertinya lengan Yu Sheng tidak terbuat dari daging dan darah manusia, melainkan ditempa dari tulang naga iblis yang kokoh.     

Pria itu bereaksi sangat cepat. Dia menjatuhkan tombaknya, mundur selangkah, dan berubah menjadi seberkas cahaya untuk melarikan diri.     

Yu Sheng mengusap tombak itu dari atas ke bawah. Tiba-tiba, dia mengambil satu langkah ke depan, dan menghasilkan suara ledakan yang keras. Udara seolah-olah telah meninggalkan area itu saat tekanan dari Jalur Agung membuat dunia melambat. Ruang dan waktu seolah-olah berhenti total. Kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah lawannya.     

*Boom* Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. Pada saat waktu berhenti total, dia telah mengerahkan tombak itu dan menusuk dada kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh yang berusaha melarikan diri itu. Tubuhnya menghantam salah satu dinding reruntuhan, dan memuntahkan darah. Organ-organ dalamnya berguncang karena serangan itu dan darah terus menerus mengalir dari lukanya.     

"Kau masih sangat brutal!" Ketika Ye Futian menyaksikan apa yang baru saja terjadi, dia hampir tidak bisa berkata-kata. Mereka tidak bertemu satu sama lain selama beberapa tahun, tapi gaya bertarung Yu Sheng masih sederhana dan tepat sasaran. Tidak ada teknik khusus yang digunakan olehnya. Tapi kekuatan penghancurnya sangat mencengangkan. Bahkan jika kultivator dari Klan Tujuh Pembunuh itu masih bertahan hidup, dia tidak akan bisa bangkit kembali dalam waktu dekat.     

Saat mereka menyaksikan pemandangan ini, jantung semua orang berdegup kencang. Beberapa dari mereka mengingat kembali perintah dari Tetua mereka dan merasa seolah-olah mereka telah melakukan kesalahan dengan menganggap enteng orang-orang yang telah datang ke Reruntuhan Dewa ini.     

Saat dihadapkan dengan tiga pasukan besar, tidak peduli sekuat apa pun mereka secara individual, dua kultivator tingkat Saint bukanlah ancaman bagi mereka. Namun, begitu Yu Sheng beraksi, mereka bisa merasakan bahwa dua sosok ini jauh lebih kuat dari apa yang mereka bayangkan.     

*Brak* Yu Sheng menerjang ke arah kerumunan lawannya. Dalam sekejap, langit dipenuhi dengan energi iblis kegelapan yang bergejolak. Sepertinya seekor naga iblis berwarna hitam telah muncul. Dia mengangkat cakarnya di udara. Naga hitam itu tiba-tiba meraung dan menerjang ke arah lawannya. Para kultivator lainnya bergegas naik ke udara, saling berhamburan dan melarikan diri.     

*Whoosh* Ye Futian juga menerjang ke depan, dan kemudian muncul di depan istana bawah tanah. Dia melangkah ke dalam istana itu dan berkata, "Aku akan pergi lebih dulu dan melihat-lihat."     

Tidak ada pergerakan yang terdeteksi di dalam sana. Lawan mereka telah mengirimkan beberapa kultivator untuk menangani mereka, jadi dia ingin masuk ke dalam dan melihat apa yang sedang terjadi di sana. Mengenai apa yang sedang terjadi di luar, dia menyerahkannya pada Yu Sheng. Dia memiliki keyakinan mutlak pada kemampuannya dan percaya bahwa dia akan menyelesaikan masalah itu dalam waktu singkat.     

Ada beberapa mayat yang tergeletak di serambi depan istana itu, serta banyak orang yang terluka di sana. Mereka semuanya ditelantarkan setelah pertempuran yang baru saja terjadi berakhir. Tentu saja, Ye Futian melihat banyak kerangka di sana.     

Terdapat berkas-berkas cahaya di dalam sana, tapi suasananya masih cenderung gelap. Itu mungkin karena tempat ini sudah lama terkubur di bawah tanah. Melihat dari gerbang istana ini, yang ukurannya begitu besar, dan betapa kokohnya istana ini, pasti tempat ini pernah menjadi tempat berkultivasi bagi seorang tokoh penting.     

Dia berpikir bahwa jika tebakannya benar, dan tempat ini pernah menjadi sebuah dunia tersendiri. Apa yang menyebabkan dunia ini jatuh dalam kehancuran?     

Luo Yue pernah mengatakan bahwa reruntuhan ini adalah tempat pemakaman dari para dewa. Mungkinkah sebuah perang pernah terjadi di dunia ini di masa lalu? Apakah perang itu menjadi penyebab musnahnya sejarah dari sebuah dunia yang dipenuhi dengan kultivator? Jika benar demikian, ketika Donghuang Agung menaklukkan area ini, dia menjadikan dunia ini sebagai tempat latihan untuk keturunannya.     

Ye Futian terus bergerak ke depan. Dia berjalan ke bagian dalam dari serambi tersebut. Akhirnya, dia melihat tiga pasukan yang bertarung sebelumnya.     

Para kultivator itu tidak lagi bertarung. Mereka semua hanya berdiri di tempat masing-masing.     

Di hadapan mereka adalah bagian ujung dari serambi tersebut, yang berisikan sebuah kursi singgasana. Di depan kursi itu berdiri satu sosok yang sangat mengesankan. Tatapan matanya seolah-olah bisa mengintip rentang waktu berabad-abad. Dia memiliki aura petarung yang sangat kuat dan memegang sebuah tombak yang tertancap di permukaan tanah. Aura petarung yang menakjubkan terpancar dari tombak itu, yang kemudian berubah menjadi sebuah tirai cahaya yang menerangi seluruh tempat.     

'Dia sudah mati,' pikir Ye Futian dalam hati. Sosok itu tampak tidak nyata. Itu bukanlah tubuh asli dari sosok tersebut, bahkan bukan pula bayangannya. Tidak ada aura kehidupan yang tersisa di dalam dirinya. Yang tersisa hanyalah aura petarungnya yang mengerikan.     

Apakah sosok itu berubah menjadi aura petarung yang tidak bisa menghilang setelah meninggal dunia?     

Tombak milik sosok itu sepertinya mewarisi semua aura petarung yang dia miliki selama masa hidupnya.     

Jika dibandingkan dengan aura petarung itu, maka aura petarung Dou Zhao dari Suku Dou tampak tidak ada apa-apanya.     

Suku Dou mahir dalam bertempur dan dirumorkan sebagai keturunan dari Dewa Pertempuran. Ketika mereka mampu mengerahkan kekuatan mereka secara maksimal, aura petarung mereka dapat memenuhi langit dan kekuatan mereka didorong hingga batas maksimal. Namun, aura itu masih jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan aura petarung yang berada di dalam tombak dan sosok yang tidak nyata itu. Mereka bahkan tidak berada pada tingkat yang sama. Itu seperti membandingkan seekor kunang-kunang dengan bulan purnama.     

Ini adalah aura petarung dari seorang legenda sejati. Bahkan setelah ribuan tahun lamanya, aura itu tidak menghilang dan meresap ke dalam tombak tersebut. Aura petarung itu sangat kuat sehingga orang-orang tidak bisa mendekatinya. Hal ini menunjukkan betapa mengerikannya aura tersebut.     

Terdapat kobaran api yang menyala di mata Dou Zhao. Seolah-olah tempat ini telah dipersiapkan untuknya. Jika dia bisa mendapatkan aura petarung ini, seberapa besar kekuatannya akan meningkat? Bahkan dia mungkin bisa bertarung melawan Renhuang.     

Saat ini, tidak ada satupun dari mereka yang mampu mendekati sosok itu. Karena itulah, mereka berhenti bertarung.     

Sepertinya tidak ada gunanya lagi bertarung satu sama lain. Siapa pun yang mendapatkan aura petarung itu pasti akan menjadi pemenangnya.     

Tiba-tiba, satu sosok asing masuk ke dalam area tersebut. Tatapan mata semua orang kini beralih pada Ye Futian.     

Orang-orang yang mereka kirimkan tidak berhasil mengatasi dua sosok itu. Faktanya, mereka bahkan membiarkan salah satu dari mereka masuk kemari.     

Tampaknya mereka bukanlah kultivator biasa.     

Mereka langsung mengerahkan aura mereka padanya. Tiba-tiba, Ye Futian berada di bawah tekanan yang sangat dahsyat. Dia memandang ke arah kerumunan kultivator itu sambil tersenyum, lalu berkata, "Aku datang kemari hanya untuk melihat-lihat. Kalian dapat melanjutkan apa yang sedang kalian lakukan."     

"Datang kemari hanya untuk melihat-lihat?" Semua orang menatapnya dengan dingin. Apakah dia benar-benar hendak mempermainkan mereka di sini?     

Dia mampu melangkah sejauh ini. Apakah dia benar-benar hanya akan melihat-lihat?     

Salah satu dari mereka melangkah ke arah Ye Futian. Dia adalah seorang kultivator dari Suku Dou. Aura petarungnya yang sangat menakjubkan itu bergejolak. Kekuatan dari aura itu meningkat sampai ke tingkat Saint Plane.     

*Boom*     

Terdengar suara gemuruh saat dia kembali melangkah ke depan. Cahaya suci terpancar dari tubuhnya. Dia melesat di udara, bergerak menuju Ye Futian seperti sebuah pegas suci. Aliran cahaya suci itu mengikutinya di udara.     

Ye Futian berdiri di tempatnya dengan tenang tanpa ada upaya untuk mengelak. Ketika dia melihat kepalan tinju lawannya itu semakin mendekat, dia langsung mengerahkan kepalan tinjunya.     

*Brak*     

Tiba-tiba terdengar suara keras. Istana bawah tanah itu bergetar disertai dengan suara gemuruh yang mengerikan. Kultivator dari Suku Dou itu sangat kuat, tetapi dia sangat percaya diri bahwa dia mampu menghancurkan Ye Futian. Akan tetapi, situasi yang sesungguhnya berbeda dari apa yang dia bayangkan. Disertai dengan suara keras, kultivator dari Suku Dou itu terhempas ke belakang. Kedua lengannya mengeluarkan suara gemeretak, seolah-olah tulang-tulangnya telah dihancurkan.     

Ketika tubuhnya menghantam permukaan tanah, dia bergegas mundur. Darah mengalir dari mulutnya. Hal ini membuat semua orang tampak sangat terkejut. Mereka bisa melihat bahwa tatapan mata Ye Futian kini menjadi sedikit lebih serius.     

Suku Dou dikenal karena kemampuan mereka dalam bertempur, dan mereka tak tertandingi dalam pertempuran jarak dekat. Namun, saat kepalan tinju mereka bertabrakan, dia telah dikalahkan. Sekuat apakah pemuda berambut abu-abu yang baru saja muncul ini?     

Dou Zhao berbalik. Tatapan matanya tertuju pada Ye Futian. Aura petarung yang dahsyat menyelimuti tubuhnya. Aura itu tampak sangat mengerikan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.